Zoya

11.2K 1.3K 10
                                    

Dengan turunnya jabatan Zoya yang awalnya adalah pelayan pribadi Cathleen, menjadi orang yang mengurus kuda-kuda, membuat rasa bencinya pada Cathleen semakin dalam. Dengan punggungnya yang masih terasa sakit bekas cambukkan dan pastinya bekas itu tidak akan mudah hilang, Zoya berteriak di dalam kamarnya. Untuk meredam suaranya, ia menggunakan bantal untuk menutup wajahnya saat berteriak.

Seluruh ruangannya seperti kapal pecah. Barang-barang yang berantakan itu menjadi bukti luapan amarah seorang pelayan yang tertuduh. Beberapa kali pintunya diketok oleh pelayan lain. Sepertinya mereka terganggu dengan suara berisik yang disebabkan Zoya.

Dalam sehari posisi Zoya berubah. Dia yang awalnya disegani karena menjadi pelayan pribadi Cathleen, sekarang hanyalah sasaran penindasan dari pelayan lain. Semuanya yang pelan-pelan Zoya coba raih, hilang akibat kalung itu.

Siapa pun yang menaruh kalung itu di kamarnya tidak akan pernah ia maafkan. Sampai kapan pun itu.

Tiba-tiba saja suara gedoran keras dari pintu mengagetkan pemilik ruangan itu. Zoya bahkan sampai terduduk karena terkejut.

“Hei, Zoya. Apa yang kau lakukan di dalam? Kandang kuda sudah penuh dengan kotoran.” Suara gedoran kembali terdengar. “Cepat kau bersihkan! Jangan lupa kalau sekarang tugasmu adalah mengurus kuda itu.”

Dengan perasaan penuh emosi yang bisa meluap kapan saja, Zoya keluar dari ruangannya. Di depannya ada seorang pelayan wanita yang menatapnya dengan tatapan merendahkan.

“Kenapa menatapku seperti itu?” tanya pelayan wanita dengan sinis. “Harusnya kau bersyukur nyonya Cathleen tidak memecatmu dan hanya menurunkan jabatanmu. Jadi, jangan ulangi kesalahanmu dan lakukan pekerjaanmu.”

Tanpa menjawabnya, Zoya pergi menuju kandang kuda. Bahkan dengan berjalan pelan saja, rasa sakit dipunggungnya masih terasa jelas dan sangat menyakitkan.

Zoya harus cepat menyusun rencana untuk menghancurkan Cathleen. Dia merasa sejak kepulangannya dari perang, Cathleen benar-benar berubah dan dia tidak suka itu.

Cathleen sudah tidak bisa ia hasut lagi. Semua ucapan Zoya tentang Cedric sudah tidak lagi dipedulikan Cathleen. Ini membuatnya makin membenci wanita itu.

Wanita yang merebut posisinya dan wanita yang tiba-tiba datang di kehidupannya. Dialah Cathleen Farrington, anak dari Marquess Farrington. Cathleen yang memiliki segalanya sebagai anak dari seorang bangsawan yang tak perlu diragukan lagi kekayaannya, mengambil satu-satunya kebahagiaan Zoya, yaitu lelaki pujaannya, Duke Cedric Orion.

“Wanita sialan,” ucap Zoya sambi menyapu kandang kuda. “Awas saja kau, suatu saat nanti kau pasti akan jatuh sangat dalam.”

Kemarahan mengendalikan Zoya. Dilemparnya sapu itu sampai membuat suara yang nyaring. Untung saja tidak ada orang di sekitarnya. Jadi, dia bisa dengan nyaman meluapkan emosinya.

Jika saja saat ini Zoya melihat Cathleen tepat di depannya. Mungkin ia akan langsung menyerang majikannya itu. Zoya benar-benar membenci wanita itu. Bahkan suara Cathleen akan membuat ia sangat kesal.

Zoya memikirkan cara untuk menyingkirkan Cathleen. Cara cepat yang pasti akan berhasil tanpa dia harus turun tangan. Ini sudah ke sekian kalinya Zoya memikirkan cara untuk menghilangkan Cathleen dari pandangannya. Namun, semuanya gagal, dan untuk rencana yang satu ini, Zoya harus merencanakannya dengan sangat teliti. Agar tidak ada lagi Cathleen yang bisa membuka matanya.

Rencana kali ini harus berhasil dan setelah itu ia akan hidup bahagia bersama Cedric.

Hidup bahagia selamanya.

Akhir-akhir ini entah kenapa perasaanku tidak enak seperti akan ada sesuatu yang berbahaya akan datang

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Akhir-akhir ini entah kenapa perasaanku tidak enak seperti akan ada sesuatu yang berbahaya akan datang. Ini membuatku tidak nyaman, aku tidak suka.

Pikirku mungkin ini ada kaitannya dengan pesta kemenangan yang tinggal menghitung hari. Di cerita yang asli, akan ada kejadian yang makin membuat hubungan Cedric dan Cathleen yang retak, menjadi hancur.

Zoya akan menyewa seorang pembunuh bayaran yang nantinya akan menyamar menjadi seorang pelayan untuk mencelakai Cathleen. Saat itu Cedric tidak ada di dekat Cathleen. Ia berbincang-bincang dengan pangeran dan rekan bisnisnya.

Cathleen yang tanpa pengawasan, tiba-tiba saja terkena serangan yang hampir menusuk perutnya. Untung saja Cathleen sadar lebih cepat. Namun, sebagai gantinya tangan mulus Cathleen harus menerima beberapa luka sebagai bentuk pertahanan dirinya.

Pada akhirnya pembunuh itu gagal dan ditangkap, tapi ia tidak menyebutkan siapa yang menyewanya. Itu karena selama berhubungan dengan si pembunuh, Zoya hanya mengirim surat dan tak pernah memperlihatkan dirinya di depan pembunuh itu.

Tak berhenti sampai situ, Cathleen semakin marah pada Cedric karena tidak bisa melindunginya dengan baik. Cathleen terus-terusan melontarkan kata-kata yang menyakitkan pada Cedric. Pada akhirnya Cedric kehilangan kesabarannya dan balik memarahi Cathleen.

Perdebatan mereka itu akhirnya menjadi topik hangat yang dibicarakan para bangsawan. Mereka menjadikan hal itu sebagai candaan dan membuat Cathleen malu.

Saat ketika Cathleen benar-benar tak tahu lagi cara untuk bercerai dengan Cedric. Zoya datang dengan sarannya yang sangat luar biasa.

Saat aku membaca bagian ini, kata-kata kasar tidak henti kuucapkan pada Zoya.

Zoya berkata pada Cathleen untuk mencoba bunuh diri di depan Cedric. Ancam dia untuk menceraikannya atau Cathleen akan mati. Tentu saja Cathleen yang sudah kehabisan akal menuruti perkataan Zoya.

Aku harus menghindari kejadian ini. Pun jika hal ini terjadi nanti, aku sudah tau cara mengatasinya dengan baik. Yah, aku harap begitu. Semoga saja.

“Apa yang kamu pikirkan.” Tiba-tiba lamunanku buyar ketika Cedric sudah duduk di ujung kasur.

Aku yang asyik rebahan kemudian berkata, “Hanya berpikir tentang pesta kemenangan nanti.”

“Untuk apa memikirkan itu?”

“Ini pesta yang akan kita datangi sama-sama setelah sekian lama kamu pergi berperang.” Aku duduk dan merapikan rambutku. “Apa kamu tidak menantikannya?”   

Cedric tertawa singkat. “Tidak.”

“Hah? Jadi kamu tidak ingin pergi ke pesta denganku?” Aku berbalik memunggunginya. “Baiklah, pergi saja kau sendiri.”

“Hei, aku hanya bercanda.”

“Bercandalah dengan tembok.” Aku kembali merebahkan diriku dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.

Belum ada sedetik aku di bawah selimut, Cedric langsung membukanya dan mendudukkanku. “Hei, kenapa selimutku dilempar?”

Tanpa menjawab pertanyaanku Cedric tiba-tiba saja memelukku dengan erat. Aku tidak bisa bergerak dibuatnya.

“Kamu lucu sekali.” Cedric mengeratkan pelukannya. “Rasanya aku ingin mengurungmu di kamar ini dan hanya aku yang boleh melihatmu.”

Eh? aku dibuat merinding dengan perkataan Cedric. Aku tidak pernah melihat Cedric yang seperti ini di cerita yang asli.

“Kamu bercanda, kan?” Aku mendorong badannya agar aku bisa menatap matanya langsung.

Diam beberapa saat menatapku kemudian Cedric berkata, “Yah.” Aku menghela napas lega. “Jika aku mengurungmu hanya untukku, kamu akan membencinya, bukan?” Pertanyaan yang aneh dari Cedric membuatku kebingungan dengan sikapnya.

“Tentu saja,” jawabku dengan sangat yakin.

Cedric yang mendengar itu hanya tersenyum singkat. Sepertinya di cerita asli ada beberapa sifat Cedric yang belum dijelaskan oleh penulis. Aku terkejut dengan hal yang tiba-tiba seperti ini.

Rasanya tatapan dari mata Cedric penuh dengan rasa yang tak bisa kujelaskan. Aku bingung bagaimana cara untuk menjelaskan apa yang kulihat dan kurasakan ini.

Yah, kuharap apa pun perubahan sifat Cedric nanti, tidak menyusahkanku apa pun itu.

I Am The Duchess Of This HouseDove le storie prendono vita. Scoprilo ora