Butik dan Festival

11.7K 1.4K 3
                                    

“Wah,” ucapku dengan penuh kagum memandang banyaknya manusia yang berlalu-lalang di balai kota.

“Kita harus pergi ke butik dulu untuk mengukur baju.” Untung saja Cedric mengingatkanku. Hari ini aku dan Cedric juga harus ke butik untuk mengukur baju yang akan dipakai saat pesta kemenangan di istana nanti.

Jarak butik tidak jauh dari keramaian festival. Jadi, sambil berjalan menuju ke sana, pandanganku tak bisa diam. Aku benar-benar ingin menjelajah di festival dan menikmati banyak makanan yang dijual.

Tanpa sadar, Cedric sudah menggenggam tanganku dengan erat. Aku pura-pura batuk untuk menghilangkan rasa salah tingkah ini. Tidak cukup dengan menggenggam tangan, dia juga mengelus ibu jariku.

Masuk ke dalam butik, kami sudah ditunggu oleh seorang wanita dengan gaun berwarna merah. Riasannya tebal, tapi tidak berlebihan. Jalannya yang anggun itu, bahkan lebih anggun dari aku.

Pasti dialah pemilik butik ini.

Dia menunduk dan memberi salam pada kami. “Sebuah kehormatan bagi saya karena Duke dan Duchess Orion datang ke tempat yang sederhana ini,” ujarnya dengan senyum yang ramah. “Saya Laures, biasanya orang-orang memanggil saya nona Laures.”

Sederhana? Tidak ada kata sederhana yang mendefinisikan butik ini. Semuanya sangat mewah dan terkesan mahal.

Aku tersenyum ramah padanya. “Nona Laures pasti sudah tau apa yang kami inginkan bukan?”

“Oh, tentu saja, Nyonya Duchess.” Laures menuntun kami menuju sofa empuk berwarna abu-abu. “Silakan Tuan Duke beristirahat di sini. Saya akan mengukur tubuh nyonya Duchess terlebih dahulu.”

Cedric duduk setelah melepaskan genggaman tanganku. Tanpa basa-basi Laures membawaku menuju sebuah ruangan untuk mengukur baju. Meninggalkan Cedric yang duduk sendiri ditemani beberapa pegawai butik di belakangnya.

Tidak butuh waktu lama untuk Laures mengukur ukuran tubuh Cathleen. Yah, badan Cathleen benar-benar seperti tubuh manekin yang ada di butik ini. Benar-benar tubuh idaman para wanita.

“Nyonya Duchess silakan coba gaun ini.” Gaun berwarna biru muda yang lembut dengan bagian bawah yang berkilauan dan mengembang benar-benar terlihat seperti gaun yang dipakai Cinderella. Namun, bagian atasnya terlalu terbuka. Bahu dan leherku terlihat sempurna dengan gaun ini.

Para pegawai butik yang membantuku memakai gaun ini terus memuji betapa cocoknya gaun ini di tubuhku. Yah, aku tau itu. Rasanya hampir semua wanita ingin tubuh seperti Cathleen. Aku pun dulu begitu.

“Tuan Duke, bagaimana dengan gaun ini?”

Lauren membawaku ke hadapan Cedric. Dia memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah. Cukup lama ia terdiam, kemudian tiba-tiba berdiri dengan cepat. Dia mengagetkanku.

“Hei, ada apa denganmu?” tanyaku bingung dengan pergerakan Cedric yang tiba-tiba.

“Lauren.” Nada bicara Cedric terasa menyeramkan. Rasanya ada aura berapi-api dari dalam dirinya.

Lauren bahkan kaget dengan perubahan suasana yang tiba-tiba ini. “Ya, tuan?” Dengan cepat Lauren menunduk pada Cedric.

“Tidakkah kau pikir gaun ini terlalu terbuka?”

“Hah?” Aku menganga bingung mendengar ucapan Cedric.

“Ya, Tuan?” Lauren bahkan sampai mengerutkan keningnya dan mengambil satu langkah lebih dekat pada Cedric.

“Tidakkah kau pikir gaun ini terlalu terbuka?” tanya Cedric dengan penekanan di setiap kalimatnya.

“Apa maksudmu? Memang bagian bahunya terbuka, tapi aku suka gaun ini.” Aku memutar badanku untuk membuat gaun ini terlihat mengembang cantik. “Lihat, cantik bukan?”

Belum selesai dengan berputar-putar seperti Cinderella. Tiba-tiba saja Cedric menghentikanku. Kini dia benar-benar ada di depanku. Jarak kami hanya terpaut beberapa senti saja.

“Lihat di sana!” Cedric menunjuk pada jendela butik. Di sana ada beberapa laki-laki yang menatap ke dalam butik. Aku tidak sadar itu. Sepertinya mereka memandangku. Sejak kapan mereka di sana? Aku bahkan tidak tahu dari mana mereka berasal. Sepertinya mereka pengunjung festival ini. Aku tidak suka dengan tatapan mereka. Aku tau itu tatapan terpesona atau kagum, tapi entah kenapa aku tidak suka. Niat awalku menyukai gaun ini karena kukira Cedric juga akan menyukainya.

“Apa kau suka dilihat seperti itu oleh orang lain?”

Aku menggeleng tidak suka. “Tidak.”

Cedric mengelus kepalaku dan berkata, “Ayo, kita cari gaun yang lain.”

Setelah hampir tiga jam dengan memilih baju apa yang akan kami pakai, aku dan Cedric akhirnya bisa berjalan-jalan di balai kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah hampir tiga jam dengan memilih baju apa yang akan kami pakai, aku dan Cedric akhirnya bisa berjalan-jalan di balai kota.

Ada banyak hal menarik di sini. Para penjual makanan pun berjejer di setiap tempat memanggil-manggil para pengunjung untuk datang ke tempat mereka.

Aku membeli satu permen apel dan mencoba untuk menawarkannya pada Cedric. “Apa kamu mau permen ini?” tanyaku sambil mengacungkan permen apel itu tepat di depan matanya.

Ia mendorong pelan tanganku. “Tidak, aku tidak terlalu suka manis.”

“Oh, baiklah. Aku tidak memaksa.” Aku kembali berjalan melanjutkan petualanganku dengan Cedric yang gesit mengambil tempat di samping dan menggenggam tanganku.

Ada banyak makanan yang kubeli dan ini sangat menyenangkan. Aku juga membeli beberapa hiasan dan barang-barang lucu yang bisa kutemukan di festival ini. Tanpa mengeluh apa pun Cedric membantuku untuk membawa barang belanjaanku.

“Bagaimana? Menyenangkan bukan?” tanyaku penuh antusias.

Cedric tampak tersenyum singkat kemudian berkata, “Yah, sangat menyenangkan.” Dia berkata seperti itu, tapi tidak ada tampak antusias di wajahnya.

“Ayo kita pergi ke-” ucapanku terhenti ketika ada seseorang yang berteriak di tengah kerumunan.

“MARIONETTE, MARIONETTE SUDAH DATANG.” Orang itu membuat kerumunan menjadi berisik dengan meneriaki nama Marionette.

Para pengunjung berbondong-bondong berlari menuju panggung yang di sana terlihat wanita berambut pirang berdiri di sana.

Orang-orang yang tiba-tiba berlari itu beberapa kali menyenggolku dan Cedric. Beberapa barang belanjaku terjatuh dan genggaman tangan Cedric pun lepas.

Aku terbawa arus orang-orang yang menuju panggung. Sedangkan Cedric mencoba untuk meraihku kembali. Akan tetapi arusnya terlalu cepat sehingga aku malah makin menjauh dari Cedric.

Lupakan Cedric. Sekarang aku harus fokus pada diriku sendiri agar aku tidak kehilangan keseimbangan di kerumunan ini. Jika sekali saja aku jatuh, mungkin aku akan menutup mata selamanya.

Tanpa sadar aku sampai ke depan panggung dengan orang-orang yang antusias melihat Marionette. Aku mencoba dengan sekuat tenaga untuk pergi dari kerumunan ini. Menerobos lautan manusia sangat melelahkan bagiku. Untunglah aku bisa keluar.

Masalah sekarang adalah aku kehilangan Cedric. Aku asing dengan tempat ini. Jadi, aku mencoba berjalan-jalan untuk menemukan Cedric.

Namun, sepertinya aku salah jalan. Tampaknya aku semakin berjalan menjauh dari festival. Tempat ini sepi dan tidak menyenangkan. Aku tidak sebodoh itu untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat sepi dan membahayakan diriku.

Aku berbalik menuju ke tempat asalku. Sayang sekali aku kehilangan seluruh barang belanjaan dan juga makananku. Cedric juga tidak terlihat batang hidungnya.

“Hei, nona. Sedang berjalan-jalan sendiri?” seorang lelaki paruh baya dengan bau alkohol yang kuat mencoba mendekat padaku.

“Sialan.” Sepertinya ini hari yang cukup sial bagiku.

I Am The Duchess Of This HouseWhere stories live. Discover now