Sakit

10.2K 1.2K 10
                                    

“Hei, kamu.” Aku memanggil seorang pelayan dengan tergesa-gesa.

“Ya? Duchess Cathleen? Apa ada yang bisa saya bantu?” pelayan wanita itu menunduk memberi hormat padaku.

“Bisakah kamu mengantarku ke ruang rapat?”

Kalau aku tidak salah, tadi Cedric dipanggil oleh raja untuk menemuinya di ruang rapat. Jadi aku harus segera bertemu dengannya.

“Baiklah, silakan ikuti saya.”
Aku mengikuti pelayan itu dengan rasa waswas. Melihat ke kanan-kiri untuk memastikan tidak ada yang mengikuti kami.

Apa yang kulakukan bisa dibilang cukup berbahaya karena aku pergi dari tempat yang ramai dan hanya berduaan dengan seorang pelayan. Orang mencurigakan itu mungkin akan menyerangku. Akan tetapi, di cerita asli, Cathleen diserang di ruang perjamuan. Jadi, keramaian ini tidak menjamin keamananku. Untuk saat ini, berlindung di belakang punggung Cedric adalah ide yang paling bagus.

Tidak butuh waktu lama untuk kami sampai di depan ruang rapat. Ada dua orang yang mengawal di kanan kiri pintu. Baru saja aku mau mendatangi kedua pengawal itu, pintu ruangan sudah terbuka dengan menampilkan Cedric tepat di depan mataku.

“Cathleen? Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Wah, tidak aku sangka Duchess Cathleen begitu tidak sabar untuk bertemu suaminya,” ucap raja yang tiba-tiba saja muncul dari belakang Cedric.

Aku langsung kembali memberi salam penghormatan kepada pemimpin negara ini. “Maafkan saya telah mengganggu waktu Anda, Yang Mulia. Namun, ada sesuatu hal yang penting yang perlu saya beritahukan kepada Anda.”

Awalnya aku hanya ingin mengatakan kegelisahanku pada Cedric, tapi karena ada raja di depanku, lebih baik aku meminta bantuannya juga.

“Apa yang ingin kamu bicarakan?”

“Tadi di ruang perjamuan saya melihat seseorang yang mencurigakan dengan keseluruhan pakaiannya berwarna hitam, dia juga memakai tudung yang menutupi wajahnya. Kemudian orang itu hilang entah ke mana.” Aku memasang ekspresi sedih. “Saya khawatir jika orang itu adalah orang yang berbahaya dan akan mengacaukan pesta perjamuan yang sudah lama disiapkan ini.”

Sepertinya raja benar-benar menganggap serius ucapanku. Dia langsung memerintahkan para prajurit untuk menyusuri area istana secara diam-diam tanpa mengganggu tamu pesta.

Sedangkan aku dibawa Cedric pergi menuju taman istana. “Apa orang itu ada melukaimu?”

“Tidak ada.” Aku menepuk-nepuk bahu Cedric. “Aku langsung mencarimu ketika melihat orang seperti itu.”

“Baguslah.” Cedric mengelus kepalaku.

“Tapi, aku ingin pulang. Aku sudah lelah berlama-lama di sini. Bisakah kita pulang?” Sekarang aku harus sesegera mungkin untuk meninggalkan tempat ini. Aku tidak ingin berlama-lama di bawah rasa gelisah ini.

“Baiklah, ayo kita pulang.” Cedric menggenggam tanganku dan membawaku menuju kereta kuda kami.

Di bawah bulan dan taburan bintang di langit malam yang indah, kami berjalan dalam diam. Sepertinya aktivitas yang banyak hari ini cukup menguras energi kami berdua. Tanpa sadar aku menguap karena sudah mengantuk.

“Sudah mengantuk?”

“Ya, aku tidak sabar untuk tidur di kasurku yang empuk.” Membayangkan rebahan di kasur saja sudah membuatku kembali menguap. “Kamu, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”

“Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku harus menyelesaikan itu terlebih dahulu sebelum beristirahat.”

“Ada yang bisa kubantu?”

“Tak perlu. Kamu hanya perlu beristirahat saja.”

“Apa kamu kira aku tidak bisa membantumu?”

“Tidak, bukan itu. Hanya saja kamu terlihat lelah.” Cedric mengelus tanganku dan menatapku dengan hangat. “Kalau kamu mau membantu pekerjaanku, besok akan kuberikan pekerjaan yang cocok untukmu.”

“Benarkah?” tanyaku penasaran makin mendekat padanya.

“Tentu saja.”

Aku tersenyum menanggapinya. Laki-laki satu ini memang selalu membuatku senang. Memang tokoh utama yang diidam-idamkan banyak wanita.

Akan tetapi, senyumku tidak bertahan lama. Tiba-tiba saja aku merasakan rasa sakit kepala yang sangat sakit. Rasanya seperti mau memecahkan kepalaku. Aku terjatuh ke tanah. Memegangi kepalaku dengan erat berharap dengan ini bisa menghilangkan rasa sakitnya.

“Cathleen, apa yang terjadi?”

Air muka Cedric tampak khawatir. Dia memegang tanganku, mencoba menahanku agar tidak terlalu menekan kepalaku, tapi ini rasanya sangat sakit aku tidak bisa menahan rasanya.

“Sakit, kepalaku sakit.” Kini aku memukul kepalaku dengan kuat, tapi Cedric menahannya dengan sekuat tenaga.

Tanpa banyak bicara dia langsung menggendong dan kembali membawaku masuk ke istana. Dalam gendongannya aku menangis kesakitan. Aku menggigit bibirku sampai berdarah dan sekarang, hidungku pun mengeluarkan darah.

Bisa kurasakan langkah kaki Cedric semakin cepat dan ekspresinya yang panik itu membuatku merasa bersalah karena membuatnya merasa begini.

Namun, aku sudah tidak kuat lagi menahan kesadaranku. Aku pun menutup mata dalam gendongan Cedric. Kuharap setelah aku sadar, rasa sakitnya menghilang.

Di dalam kamar mewah di istana yang megah ini, ada beberapa orang di dalam ruangan itu yang menghadapi sesuatu yang menegangkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di dalam kamar mewah di istana yang megah ini, ada beberapa orang di dalam ruangan itu yang menghadapi sesuatu yang menegangkan.

Dua dokter istana diutus langsung oleh raja untuk mengobati sakit Duchess Cathleen. Akan tetapi hasilnya nihil, Duchess Cathleen masih terbaring lemah di kasur sambil menahan sakit. Ini sudah hari kedua sejak insiden itu dan rasa sakit kepala Duchess Cathleen tidak kunjung menemukan titik temu.

“Maafkan kami, Duke Cedric.” Kedua dokter itu menunduk hormat padanya. “Kami masih belum bisa menemukan penyakit apa yang diderita istri Anda.”

Dengan tatapan tajam Cedric berkata, “Pergilah kalian sebelum aku kehilangan kesabaran.” Dengan gesit kedua dokter itu langsung berlari pergi meninggalkan mereka berdua.

Tampilan Cedric sekarang benar-benar mengkhawatirkan. Dia belum ada tidur dan terus saja emosi pada para dokter yang tidak bisa menyembuhkan istrinya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan satu-satunya wanita yang dicintainya ini.

Bagi Cedric, melihat Cathleen yang masih menangis menahan rasa sakit benar-benar menghancurkan hatinya. Jika bisa, dia ingin rasa sakit Cathleen diberikan kepadanya saja.

“Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untukmu.” Cedric mengusap air mata Cathleen. Bahkan dalam tidurnya, Cathleen masih merasa kesakitan. “Tolong cepatlah sembuh.”

Semua hal di dunia ini terasa abu-abu jika Cathleen tidak ada di sampingnya. Wanita ini adalah satu-satunya manusia yang bisa memberi warna di kehidupan Cedric. Cedric tidak bisa membayangkan hidup tanpa wanita ini.

Pikiran buruk terus menghantui pikirannya. Ia takut istrinya akan menutup mata untuk selamanya atau ini adalah penyakit mematikan yang pada akhirnya juga akan merenggut nyawa Cathleen. Semua kemungkinan buruk terus mengalir di pikiran Cedric. Rasanya dia bisa gila.

Cedric bahkan kehilangan nafsu makannya. Kantung matanya terlihat jelas karena kurang tidur dan tatapannya yang lesu menandakan betapa lelahnya ia. Dengan keadaan yang seperti itu dia tetap memikirkan istrinya sebagai prioritas nomor satu.

Digenggamnya tangan Cathleen dengan erat. Bisa ia rasakan tangan Cathleen sedikit bergetar. Cathleen tidak bisa tenang dalam tidurnya. Beberapa kali dia bangun dan berakhir dengan menangis kencang karena kesakitan. Sekarang yang bisa dilakukan para dokter hanyalah memberinya obat tidur agar bebannya sedikit berkurang.

Akan tetapi mereka tidak bisa terus menggunakan cara itu. para dokter harus menemukan cara untuk menyembuhkan Cathleen. Jika tidak, Cedric bilang akan membunuh mereka karena tidak becus menyembuhkan seorang wanita.

Cedric mencium tangan Cathleen. Kali ini dia berharap ada keajaiban yang datang untuk menyembuhkan istrinya. Apa pun itu asal bisa membuat istrinya kembali tersenyum akan Cedric lakukan.

“Kumohon cepatlah sembuh istriku tersayang.”

I Am The Duchess Of This HouseWhere stories live. Discover now