Kepercayaan

11.1K 1.4K 13
                                    

“Tuan, percayalah pada saya.” Zoya berlutut di hadapan Cedric. “Saya tidak mencuri kalung nyonya Cathleen.

Para pelayan menyaksikan Zoya yang selama ini bisa dibilang sebagai salah satu pelayan yang sudah lama mengabdikan dirinya pada kediaman Orion, menangis tersedu-sedu bagaikan anak kecil yang kehilangan mainannya.

“Saya adalah pelayan setia nyonya Cathleen, tidak mungkin saya berani mengambil barang milik majikan saya.”

“Tapi buktinya ada di kamarmu,” celetuk Ellie dengan pelan, tapi bisa didengar para pelayan.

“Bukan saya pelakunya, tolonglah percayalah pada saya.” Zoya tidak sebodoh itu untuk mencuri kalung majikannya hanya karena dia tidak suka Cathleen. Zoya lebih suka menggunakan cara yang perlahan tapi pasti untuk memisahkan Cathleen dengan Cedric.

Cedric menatap Zoya dengan tatapan benci. Zoya tidak suka itu. Laki-laki yang ia cintai selama ini menatapnya bagaikan ia adalah seorang penjahat. Bukan begini harusnya cara Cedric menatapnya. Harusnya tatapan penuh cinta yang ia dapatkan dari Cedric.

Zoya percaya kalau Cedric hanya menjalankan tugasnya sebagai orang nomor satu di rumah ini. Pasti itu alasannya Cedric menatapnya seperti itu. Cedric harus memberikan contoh kalau dia adalah pemimpin yang tegas di rumah ini dengan menyelesaikan masalah ini secara bijaksana.

Ya, pasti begitu. Zoya percaya itu. Cedric pasti hanya terpaksa saja seperti ini. Zoya percaya kalau Cedric pasti akan membelanya nanti. Zoya hanya perlu menangis untuk membuat Cedric kasihan padanya.

“Kenapa kau mencuri kalung istriku? Apa gaji pelayan tidak cukup untuk memuaskanmu?” ujar Cedric dengan emosi yang tertahan. Terlihat sekali ia tidak suka ketika Zoya terus-terusan bersujud di hadapannya menangis tanpa henti.

“Saya tidak mencuri kalung nyonya Cathleen.” Zoya menatap Cedric dengan penuh harapan. “Saya yakin pasti ada seseorang yang menjebak saya. Percayalah pada saya, Tuan.” Zoya kemudian bersujud di hadapan Cedric, mencoba memperlihatkan kesungguhannya.

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”

Zoya menghapus tangisnya kemudian berkata, “Saya tau banyak pelayan yang iri dengan saya karena saya adalah pelayan pribadi nyonya. Banyak dari mereka yang ingin menggantikan tempat saya.” Zoya menatap barisan para pelayan, kemudian pandangannya tertuju pada Ellie. “Pasti kamu, kan, yang membuatku seperti ini?”

Ellie yang tiba-tiba ditunjuk kaget dengan suasana yang berubah tiba-tiba seperti ini. Pasalnya semua orang sekarang memperhatikannya. Dia harus tetap tenang jika ingin keluar dari masalah ini.

“Saya? Pelayan rendah seperti saya yang bahkan harus menunggu dipanggil terlebih dahulu untuk memasuki kamar nyonya Cathleen, tidak mungkin berani untuk mencuri.”

“Akhir-akhir ini kamu terus-terus saja menempel pada nyonya, bukan? Kamu pasti ingin menggantikan posisiku.”

“Itu karena nyonya membutuhkanku. Kalau kamu berguna, harusnya nyonya tidak perlu terus-terusan memanggilku.”

Zoya tertegun mendengar perkataan Ellie. Berani-beraninya dia berkata seperti itu. Awas saja kalau nanti Zoya sudah menjadi Duchess Orion, pasti ia akan memecat Ellie si pelayan rendahan itu.

“Tuan, Tuan percaya pada saya, kan? Bukan saya pencurinya, tapi Ellie. Dia terus-terus saja menempel pada nyonya Cathleen untuk menarik perhatian Nyonya.”

“Tidak, Tuan.” Kini Ellie berlutut dengan dramatis. “Menjadi pelayan di rumah ini sudah menjamin kehidupan saya dan keluarga saya. Saya tidak berani melakukan hal berisiko seperti itu.”

Cedric menghela napas yang berat. Ia pusing dengan keadaan ini. Di satu sisi Zoya adalah pelayan yang sudah ia kenal dan sudah lama bekerja di sini sebagai pelayan. Bahkan sebelum ia menikah dengan Cathleen, ia mengenal Zoya lebih dahulu. Ini membuatnya sedikit ragu apakah benar pelayan yang sudah mengabdi lama pada keluarganya akan melakukan hal berbahaya seperti ini?

“Eleanor, bagaimana menurutmu?” kalau sudah begini, Cedric sangat membutuhkan saran dari kepala pelayan.

“Zoya, tunjukkan bukti kalau kamu bukan pelakunya!”

“Saya tidak punya bukti, tapi pelakunya pasti Ell-”

“Yang kubutuhkah adalah bukti. Bukan prasangka kepada orang lain.”

Zoya diam tak bersuara. Ia tidak tahu cara membuktikannya. Kenapa bisa jadi seperti ini? Harusnya tidak begini. Setelah kepulangannya dari perang, banyak hal yang tidak sesuai pada tempatnya. Rasanya sesuatu yang baru telah lahir di rumah ini, membuatnya susah untuk menghancurkan hubungan Cedric dan Cathleen.

“Zoya?”


Setelah cukup lama aku diam-diam memperhatikan Keadaan dari lantai atas, akhirnya dengan pelan-pelan dan dengan perjuangan menahan sakit karena kaki yang masih belum sembuh, akhirnya aku sampai pada ujung tangga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah cukup lama aku diam-diam memperhatikan Keadaan dari lantai atas, akhirnya dengan pelan-pelan dan dengan perjuangan menahan sakit karena kaki yang masih belum sembuh, akhirnya aku sampai pada ujung tangga.

Ini saatnya aku memperkeruh suasana ini.

“Zoya?” ucapku dengan nada kebingungan.

Semua orang menatapku. Bisa kulihat ada binar yang menunjukkan rasa senang di mata Zoya. Sepertinya dia berpikir aku akan membelanya. Akan tetapi itu hanya berlangsung sebentar. Sorot matanya berubah menjadi kebencian ketika melihat Cedric yang berlari datang padaku.

Kulihat raut wajah Cedric yang khawatir karena aku ada di sini.

“Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana dengan kakimu? Apakah sakit? Bisakah kamu berjalan?” Cedric berlutut sambil memegang kakiku. Kekhawatirannya terlihat jelas di seluruh wajahnya.

“Aku ingin tau siapa yang mencuri kalungku.” Saatnya akting dimulai. “Tapi apa yang kutemui di sini? Kenapa kamu membuat Zoya menangis?”

Cedric berdiri dan kemudian mengusap wajahku, sepertinya ia mencoba menenangkanku. “Kalungmu ada di kamarnya.”

“APA?!?!”

Zoya tiba-tiba saja langsung datang padaku dan berlutut. Sepertinya ia ingin meyakinkanku.

“Nyonya, pasti percaya pada saya, kan? Saya tidak mungkin mengambil kalung itu.”

Bagai tak dengar apa yang dikatakannya barusan, aku berucap, “Zoya, jika kamu butuh sesuatu pasti akan kuberikan. Kenapa kamu harus mengambil kalung ibuku?” Aku mencoba untuk terlihat sesedih mungkin. “Kenapa kamu menghancurkan kepercayaanku?”

Zoya terlihat panik, ia lebih mendekat lagi untuk bersujud di kakiku, tapi tentu saja tidak semudah itu.

Aku meringis kesakitan ketika ia mencoba mendekat. “Ada apa? Apakah kakimu sakit lagi?” tanya Cedric.

“Iya, bisakah kamu mengantarku kembali ke kamar? Seluruh tubuhku sakit.” Aku memeluk Cedric, menunjukkan betapa lemahnya aku di hadapannya. Yah, bisa kulihat para pelayan yang masih belum terbiasa dengan pemandangan seperti ini, dan tentu saja Zoya yang kutebak pasti sedang terbakar api cemburu.

Tanpa basa-basi Cedric menggendongku dan membawaku kembali ke kamar. Meninggalkan Zoya yang kebingungan.

“Nyonya, Tuan, bagaimana dengan saya? Saya tidak mencuri kalung itu.”

Sebelum Cedric bicara, aku mencoba mendahuluinya. “Cambuk dia 10 kali dan mulai sekarang pekerjaannya adalah mengurus para kuda di kandang.”

Setelah itu Zoya mencoba berkali-kali memanggilku, tapi tak kuhiraukan. Suara tangisnya bena-benar mengisi seluruh ruangan.

“Kenapa kamu tidak memecatnya?” tanya Cedric penasaran.

“Dia sudah ada di sini lebih lama dariku, mungkin saja ia terdesak sampai harus mencuri kalungku. Tak apa, kali ini dia kumaafkan.”

Yah, sebenarnya bukan itu alasannya. Aku hanya ingin Zoya benar-benar tersiksa sampai aku yang memecatnya nanti. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan di luar sana untuk menghancurkanku, tapi dengan mempertahankannya sedikit lebih lama di rumah ini. Aku bisa mengawasi gerak-geriknya.

Dan untuk kalung itu, sebenarnya sudah kurencanakan dengan Ellie. Aku beraliansi dengan Ellie untuk membuat Zoya seperti ini. Tentu saja Ellie mendapat bayaran lebih besar untuk menutup mulutnya.

Aku menyuruh Ellie untuk menaruh kalungku di tempat tersembunyi di kamar Zoya, dan itu saat aku pergi ke istana menemani Cedric untuk bertemu raja menyiapkan acara kemenangan.

Itu sudah beberapa hari yang lalu dan ternyata Zoya juga tidak sadar akan kalung itu. Rasanya aku ingin tertawa melihat wajah Zoya yang riasannya sudah luntur karena air matanya.

Tenang saja, Zoya. Masih ada lagi kejutan untuk kamu di lain waktu, dan pasti akan lebih menakjubkan dari pada yang ini.

Aku ingin kasihan padanya, tapi dialah yang membuat Cathleen mati di cerita asli. Jadi, mari buat nasib Zoya lebih buruk lagi daripada Cathleen.

I Am The Duchess Of This HouseWhere stories live. Discover now