Ada Rencana

2.8K 317 28
                                    


Sejak kejadian itu, Cedric merasakan Cathleen seperti memberi jarak di antara mereka berdua. Wanita itu tak bisa lama-lama menatap mata Cedric, dia seperti tak tenang akan sesuatu. Ketika ditanya ada apa, Cathleen berkata tak ada apa-apa, tapi tingkahnya menunjukan hal yang berlawanan. Hal ini sangat mengganggu bagi Cedric.


Mengapa ucapan seorang wanita tua bisa membuat perubahan sikap yang drastis? Padahal Cedric tak mempermasalahkan perkataan wanita tua itu, mungkin saja dia gila dan bicara seenaknya. Namun Cathleen berbeda. Seperti memang ada sesuatu yang lama ia sembunyikan tiba-tiba saja muncul.

"Cathleen." Cedric menepuk pundak Cathleen yang tengah asyik minum teh di taman. Dia ditemani beberapa pelayan dan juga ksatria, tapi dia duduk sendiri menikmati suasana di luar.

Cathleen terkejut, tapi dia mengendalikan dirinya untuk tidak berekspresi berlebihan. Sekarang yang dia bisa lakukan hanya tersenyum singkat untuk merespon kehadiran Cedric.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Cathleen memulai pembicaraan.

Cedric mengambil tempat duduk di satu-satunya kursi kosong yang ada, yaitu di depan Cathleen. Namun sebelum itu, dia menarik kursi tersebut agar bisa duduk berdampingan dengan Cathleen. "Aku? Hanya mencari istriku yang hilang."

"Alasan apaan itu? Aku tidak hilang."

"Tapi kenapa kamu menghindar terus akhir-akhir ini?"

Mendengar pertanyaan itu, Cathleen makin tak enak hati. Akhir-akhir ini dia terus merasa perasaan yang mengganjal sejak wanita tua itu mengatainya 'Jiwa dari dimensi lain.' Dia merasa tak pantas bersenang-senang bersama dengan suami orang lain. Bukankan harusnya jiwa Cathleen yang asli yang merasakan ini?

"Tolong jangan seperti ini." Cedric menggenggam erat tangan Cathleen. "Katakan jika aku ada salah padamu." Sikap ini yang membuat Cathleen makin tak enak hati. Cedric selalu bersikap baik karena dia pikir wanita di depannya adalah Cathleen yang asli.

Kalau dipikir-pikir lagi, Cathleen bahkan sudah melupakan kehidupannya di dunia modern. Sebagian besar memori di dunia sana menghilang. Bahkan sekarang Cathleen melupakan nama aslinya. Kebanyakan ingatan yang dia punya adalah ingatan Cathleen yang asli. Mulai dari Cathleen kecil sampai dia dewasa. Semua memori itu datang perlahan ketika Cathleen sakit kepala.

Cathleen menatap dalam-dalam pria di depannya. Cathleen yakin dia sudah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada pria ini. Cathleen tak mau berpisah dengan Cedric. Rasa cinta yang awalnya dibuat untuk pura-pura saja, kini berubah menjadi serius.

Bolehkah Cathleen yang palsu serakah untuk hal ini saja?

"Cedric, akhir-akhir ini aku hanya merasa tak enak badan saja. Aku menghindarimu karena aku takut kamu tertular." Cathleen mengusap surai indah milik Cedric. "Tak ada yang salah denganmu."

"Benarkah?" Cedric tahu bahwa wanita di depannya ini berbohong, tapi dia juga tak bisa memaksanya untuk bicara. Dia tak mau Cathleen tertekan karena Cedric terlalu ingin tahu. Cedric ingin Cathleen bicara padanya secara sukarela. Untuk kali ini, Cedric memilih untuk memperhatikan saja.

Cathleen mengangguk dengan penuh keyakinan, kemudian berkata, "Oh, ya. Bukankah sebentar lagi ada kompetisi berburu? Apa kamu ikut? Aku akan membuatkanmu sapu tangan rajut untukmu."

"Aku akan dengan senang hati menerimanya jika itu dari kamu.," jawab Cedric dengan nada bersemangat.

"Kalau kupikirkan lagi, aku jarang sekali memberikanmu hadiah atau semacamnya." Cathleen baru sadar untuk yang satu ini. "Katakan saja apa yang kamu inginkan, aku akan berusaha untuk mengabulkannya."

"Apa kamu serius?" Kali ini Cedric bertanya dengan nada penuh rasa penasaran. Didekatkannya wajahnya sampai tepat di samping telinga Cathleen. "Bagaimana dengan versi kecil dari dirimu?"

Butuh waktu beberapa detik untuk Cathleen memproses apa yang Cedric katakan. Netra matanya melebar tak percaya. Ditatapnya Cedric dengan penuh keheranan. Cathleen tak sebodoh itu untuk tak mengerti maksud suaminya.

"Hah? Ak-aku ...."

"Tidak usah gugup. Aku hanya bercanda," ucap Cedric dengan senyum jahilnya. "Tapi kalau kamu bersedia, aku juga akan senang."

Cathleen hanya bisa menggelengkan kepalanya keheranan dengan sikap Cedric yang seperti ini. dia masih belum terbiasa kalau digoda seperti ini.

Sejenak, Cathleen melupakan masalahnya. Terima kasih kepada suaminya yang telah menghibur. Cathleen bisa sedikit terhibur sekarang. Waktu seperti ini yang akan sangat berharga dalam memorinya.

Semoga saja bertahan lama.

***

Guild adalah serikat yang dibentuk untuk memenuhi berbagai permintaan pelanggan. Mulai dari hal biasa, sampai yang ilegal. Hampir semua bisa dilakukan oleh guild, termasuk membunuh orang lain. Kehadiran guild biasanya tidak diketahui banyak orang, dan guild yang paling terkenal di kerajaan ini adalah guild Rose.

Seorang wanita masuk ke dalam rumah yang terlihat seperti rumah biasa lainnya jika dilihat dari luar. Tak ada yang menarik di lingkungan ini. Namun, ketika dia masuk ke dalam, dia disambut oleh seorang pelayan yang murah senyum.

"Selamat datang kembali, Nona pelanggan." Pelayan itu menggiring pelanggannya ke sebuah ruangan. "Ketua kami sudah menunggu Anda di dalam."

Tanpa menjawab pelayan itu, Wanita bertudung hitam masuk dan menutup pintu di belakangnya. Tanpa basa-basi, dia langsung duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Halo, Nona pelanggan. Lama tidak bertemu." Dia Gilbert, si ketua guild. "Apa ada yang bisa kami bantu?"

Zoya menyingkap tudung hitamnya. Memperlihatkan rambut palsu berwarna hitam dan bekas riasan yang sudah mulai pudar. "Aku butuh beberapa orang untuk membunuh seseorang di festival berburu nanti."

"Dan siapa kah orang itu?"

"Cathleen Orion."

"Dia lagi? Sepertinya Anda benar-benar terobsesi untuk membunuh wanita ini," Ucap Gilbert dengan nada penasaran. "Entah berapa kali Anda meminta kami untuk membunuhnya. Terakhir kali ketika salah satu orangku berniat datang ke kamar wanita itu, tapi sayang sekali suaminya datang."

"Dan kalian selalu gagal membunuhnya. Ini akan jadi terakhir kalinya aku menggunakan jasa kalian jika kalian gagal lagi." Cathleen melemparkan sekantung koin emas ke meja di depannya. "Jangan kecewakan pelanggan setia kalian."

Gilbert meraup rakus kantung koin emas di depannya. Jelas sekali matanya menunjukkan kesukaan pada benda yang ada di dalam kantung ini. "Kali ini saya akan mengerahkan orang-orang terhebat saya, tapi itu tentu saja akan mebutuhkan uang yang lebih banyak."

"Jangan khawatir, aku akan memberi sisanya jika kalian berhasil membunuhnya." Zoya bangkit dari duduknya. "Pastikan mayatnya harus tercabik-cabik sampai tak bisa dikenali lagi."

"Keinginan pelanggan adalah keinginan kami." Gilbert menunduk hormat pada Zoya. Dipikirannya sekarang adalah uang dan uang. Hanya dengan membunuh seorang wanita, dia akan kaya. Sangat kaya. Gilbert tak sabar untuk mendengar kematian wanita itu.

***

Hola, semua. Sudah lama tak bersua. Maafkan diriku yang hilang sebulan. Aku sibuk dengan UAS yang memusingkan kepala. Setelah itu libur dan kebablasan sampai lupa update.  

By the way, selamat untuk kalian yang keterima di perguruan tinggi negeri. Aku harap masih ada hype untuk merayakan ini. Semoga kuliah kalian lancar. Siap-siap untuk ospek nanti. Semoga gak ketemu kating yang galak juga 🤣🤣

That's all for me, See you next time. 

I Am The Duchess Of This HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang