Chapter 19. Interogasi.

1.7K 228 11
                                    

20 Oktober 2018. Jam 10.00 Gunung Matsumae Hokkaido.

Di Pedesaan, sebuah ruangan sederhana ala tradisional. Disana terdapat kepala Sekolah Kyoto Gakuganji, kepala Sekolah Tokyo Masamichi Yaga, dan juga wali kelas 2 SMA Jujutsu Tokyo Kusakabe.

"Apa dia sudah mau bicara?" Ucap Masamichi Yaga dengan tenang seraya menyesap teh plum.

Kepala sekolah Gakuganji menggelengkan kepalanya pelan. "Dia masih tidak mau memberitahu tentang masa lalunya, namun dia hanya ingin kita mempercayai nya kalau dia tidak bersekongkol dengan siapapun."

Kusakabe dan Masamichi saling menatap satu sama lain dan menghela nafas.

"Aku tidak terlalu masalah dengan itu semua. Namun ... Apakah para petinggi akan menerima alasan tersebut?" Kusakabe membuka suaranya, mendapatkan tatapan dari kedua kepala sekolah.

"Itulah situasi saat ini, mereka tidak akan puas dengan jawaban yang di berikan oleh Rimuru. Aku hanya takut ... Mereka sendiri yang akan mengambil alih semua ini." Balas Masamichi dengan tenang.

"Jika salah satu petinggi datang, maka mereka akan melakukan apapun agar dapat membuat Rimuru membuka suara." Lanjutnya seraya menghela nafas.

"Apa kita tidak dapat menemukan data apapun tentang riwayat hidup Rimuru? Pasti ada kesalahan ketika pencarian di lakukan bukan?" Tanya Kusakabe. Namun di balas dengan gelengan kepala oleh Masamichi.

"Itu percuma... Dia bagaikan datang secara tiba-tiba di Shibuya, tidak ada riwayat hidup sama sekali. Kebetulan bertemu dengan Satoru pada saat itu ... Mungkin para petinggi berpikir kalau pertemuan mereka bukan lah sebuah kebetulan semata." Balas Masamichi.

"Jika begitu ... Maka Rimuru sudah tau tentang keberadaan Satoru saat itu, jika dia membawa persiapan yang matang dengan mengenal Satoru sebelumnya. Para petinggi pasti berpikiran kalau dia memanfaatkan kejelian mata Satoru untuk menilai seseorang. Kalian bisa melihat sendiri betapa berbakatnya seorang Rimuru. Ketika jantungnya telah hancur saat melawan oleh kutukan spesial yang tidak terdaftar ketika menjalankan misi saat itu, di saat terkahirnya dia membuat kembali jantung barunya. Dengan teknik kutukan yang unik 'Petir Hitam' yang mengambil alih di saat terakhir dengan membuat kejutan di jantungnya, membuatnya kembali berdetak membuat Rimuru terlepas dari kematian." Jelas Masamichi lalu menghela nafas kasar..

"Itu benar-benar tidak masuk akal untuk membuat jantung baru ..." Lanjutnya.

"Mungkin dia akan segera di promosikan lagi menuju tingkat spesial jika sudah keluar dari permalasahan ini." Gumam Kusakabe.

Masamichi kembali menghela nafas ketika menatap mereka berdua bergantian.

"Aku akan berbicara dengannya kali ini." Ia bangun dengan anggukan dari kepala sekolah Kyoto. Masamichi kemudian berjalan keluar dari ruangan itu dan pergi menuju jalan setapak, menaiki gunung dengan hutan yang rimbun.

"Merepotkan sekali ..." Ia menghela nafas di perjalanan. Hingga tiba di sebuah gundukan tanah dengan pintu yang di samarkan, membuka pintu tersebut. Ia berjalan dengan lorong gelap, bersama dengan cahaya lampu yang redup sebagai penerangan. Menuruni tangga yang memuat, ia kembali berjalan di lorong hingga menemukan sel tempat Rimuru berada. Melihatnya di sana masih dalam posisi yang sama pada saat malam kedatangannya. Duduk dengan kedua tangan di depan yang di bungkus oleh kain bersama Tali besar yang mengikatnya, kedua kakinya juga di ikat bersama lehernya dengan tali yang terhubung ke ujung ruangan. Bersama dengan jimat jimat yang tertempel di dinding ruangan selnya.

Suara gaduh sedikit membuat kepala Rimuru bergerak ke arah suara, ia hanya sedikit bergeming karena dia juga tidak bisa menengok dengan leluasa di karenakan lehernya yang di ikat oleh Tali.

"Bagaimana kabarmu, Rimuru." Suara Masamichi terdengar sangat ramah ketika dia duduk di kursi depan Rimuru.

Rimuru hanya membalasnya dengan senyum tipis." Seperti yang anda lihat, kepala sekolah."

Masamichi hanya tersenyum ringan mendapatkan balasan dari Rimuru.

"Rimuru ... Kenapa kau tidak ingin memberitahukan asal usul mu?"

"Kepala sekolah Masamichi, aku tidak mempunyai alasan untuk memberitahu kepada kalian pasal masa laluku. Kalian hanya perlu tau kalau aku bukan lah bagian dari mereka, atau pun berkomplot dengan mereka."

Masamichi menghela nafas kasar mendengar jawaban tersebut. "Ya, aku tidak perduli dengan itu semua karena Satoru sendiri mempercayai mu. Jadi aku juga akan mempercayai mu. Namun, tidak dengan para petinggi yang akan menerima begitu saja alasan yang absurd seperti ini."

"Benar juga ya, Hahaha."

Masamichi menepuk dahinya sendiri karena keacuhan dari Rimuru.

"Ini bukan waktunya untuk tertawa ..." Gumamnya lemas.

Gadis yang ada di depannya ini telah matang, entah dari segi apapun. Dia masih bisa bersikap tenang meskipun dalam situasi yang bahkan nyawanya sendiri tidak di ketahui akan menghilang kapan. Pikir Masamichi.

"Bisakah kita bekerja sama saja Rimuru? Ini akan menguntungkan kedua belah pihak, jika kau memberitahu kami alasan kenapa kau memasuki sekolah Jujutsu dengan baik. Maka akan di berikan pertimbangan dan pencabutan dari dirimu yang di curigai."

"Aku akan memberitahu mu sekali lagi kepala sekolah Masamichi, bahwa aku tidak akan menceritakan apapun tentang 15 tahun riwayat hidup ku. Yang perlu kalian tau kalau aku bukanlah bagian dari mereka. Aku Rimuru Tempest kelas 2 dari sekolah Jujutsu. Shaman peringkat Special grade 1. Itu lah aku, dan akan tepat menjadi diriku."

Masamichi menghela nafasnya kembali seraya memijat dahinya karena penat.

"Apakah ada alasan kenapa kau tidak bisa memberitahu tentang asal usul mu?"

"Tentu ada, alasan yang tidak akan kalian terima. Alasan yang tidak akan pernah ku beritahu kepada siapapun."

"Ini benar-benar merepotkan."

"Apa kau istirahat dengan cukup kepala sekolah Masamichi? Kau terdengar sangat kelelahan."

"Terimakasih atas perhatiannya. Namun kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, Rimuru."

"Hehe, anda benar-benar orang yang baik. Jangan terlalu di pikiran tentang masalah ini kepala sekolah. Itu tidak baik untuk kesehatan mu. Lagian ... Sebentar lagi aku akan bebas dari sini. Jadi kau bisa tenang dan luangkan waktumu untuk berisitirahat."

"Bagaimana kau bisa memastikan itu?"

"Hanya insting seorang perempuan." Balas Rimuru ringan dengan senyum tipisnya.

Masamichi kembali menghela nafas seraya bangkit dari duduknya dan keluar dari sana.

"Aku akan pergi."

"Ya, jangan terlalu memaksakan diri. Kepala sekolah." Balas Rimuru dengan ramah.

Masamichi kembali berjalan di lorong yang redup, menaiki tangga yang memutsr ke atas dengan sisi yang di berikan lilin penerangan. Perasaannya benar-benar campur aduk, dia menilai Rimuru sebagai seorang murid yang luar biasa. Biasanya di tempat yang hening gelap dan sepi seperti itu. Kekhawatiran akan terjadi karena heningnya sebuah area, namun Rimuru masih terlihat baik-baik saja. Mental anak itu benar-benar patut untuk di puji. Ia berjalan dan membuka pintu hingga cahaya di luar masuk membuat silau matanya.

Berjalan beberapa langkah ke depan, matanya melebar terkejut untuk sementara. Namun tersenyum tipis seraya berjalan dan menepuk pundak dari pria yang ada di sebelahnya.

"Kau tidak melangkah terlalu jauh kan?" Ucap Masamichi.

"Karena mereka tidak melangkah terlalu jauh, maka aku juga melakukan itu."

"Apa yang mereka katakan?"

"Mereka setuju kalau Rimuru di lepaskan, namun dengan syarat harus berada dalam jangkauan ku setiap saat. Mereka mempercayai dia kepadaku."

"Begitu, kalau begitu baguslah. Kerja bagus!" Balas Masamichi menepuk pundaknya dan pergi dari sana. Berjalan di jalan setapak dengan keheningan alam. Dia menggelengkan kepalanya dengan kekehan kecil.

"Hanya insting seorang perempuan ..." dia terkekeh mengingat perkataan Rimuru sebelumnya.

Bersambung.

Rimuru x Jujutsu Kaisen.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora