TABU - 13

4.1K 365 12
                                    

"Lancang kamu, Gibran!"

Telapak tangan yang mendarat di pipi kanan Gibran terasa sangat menyakitkan, perih dan kebas. Gibran terlalu kaget saat dadanya didorong dengan sekuat tenaga, memisahkan kontak fisik pertamanya dengan perempuan yang belakangan ini memforsis pikirannya.

"Kamu anggap aku ini apa, Gibran? Seperti perempuan-perempuan kamu yang bisa kamu mainin? Aku ini kakak ipar kamu, Gibran, sadar! Nggak bisa kamu nunjukin sedikit saja sopan santunmu sama aku? Begini caramu memperlakukan perempuan yang seharusnya kamu hormati? Kamu benar-benar kurang ajar, Gibran!"

Gibran tidak bermaksud membuat perempuan itu menangis, apalagi sampai merasa terhina seperti yang baru saja diungkapkan. Kendali dirinya selalu raib saat berhadapan dengan kakak ipar yang selama ini Gibran bahkan tidak pernah anggap.

"Ya Allah, aku ini istrinya Mas Bara, abang kamu, Gibran! Kenapa kamu giniin aku?! Ya Allah ...."

Perempuan itu histeris. Gibran terpaku, diam, tidak punya solusi. Hanya bisa menatap segala pola tingkah perempuan itu dalam diam, mulai dari cara perempuan itu memaki-maki Gibran di sela-sela kesibukannya mengusap air mata. Lalu sempat duduk di kursi menangis tersedu-sedu, hingga buru-buru meraih tasnya di sofa dan memutuskan untuk pergi dari ruangan ini, meninggalkan Gibran seorang diri.

Seumur hidup baru kali ini Gibran merasa sangat menyesal dengan keahliannya berciuman. Nyatanya satu-satunya perempuan yang ingin sekali ia cicipi justru menatapnya jijik. Menganggap sentuhannya layaknya penyakit yang harus dihindari. Gibran tidak pernah memiliki pengalaman ditolak, yang sudah-sudah perempuan sendiri yang akan menyodorkan diri padanya, bukan sebaliknya.

"Eh, itu Mbak Ara kenapa? Kok nangis? Tadi aku tahan mau aku antar pulang nggak mau." Beno muncul tiba-tiba dan langsung menyerbunya dengan pertanyaan.

"Nggak ada hubungannya sama lo kan?" lanjutnya seraya menyorot selidik.

Gibran berdecak bosan. Sampai mampus ia tidak akan membagi pengalaman pertamanya ditolak perempuan. Mengingat kejadian beberapa waktu lalu Beno terbukti tidak bisa menjaga rahasia.

"Lo mau ngapain ke sini buruan! Nggak usah nanyain hal yang nggak penting." Buru-buru Gibran mencegah manusia di depannya yang hendak kembali melontarkan sesuatu.

"Curiga gue! Lo apakan Mbak Ara sampai nangis kayak gitu?" Tukas Beno masih menyorot curiga. Sembari meletakkan tas dan mengeluarkan map berisi beberapa kertas, lalu diserahkan pada Gibran. "Ini yang perlu lo tanda tangani."

Belum genap 24 jam di rawat di rumah sakit, pekerjaan sudah terasa menumpuk. Gibran mempelajari berkas-berkas itu terlebih dahulu sebelum membubuhkan teken di atasnya.

Gibran mendirikan perusahaan ekspedisi dilatarbelakangi dengan dunia logistik Indonesia yang masih tertinggal dan belum maksimal. Banyak pengiriman barang yang sering mengalami keterlambatan dan tidak sesuai dengan jadwal sehingga menjadi peluang bisnis yang tepat.

Pengalaman dari PalingKilat Owner yang pernah menangani perusahaan elektronik Indonesia merupakan salah satu modal berharga yang ia dapatkan untuk bisa menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Di mana, ia sudah bisa memetakan jalur-jalur untuk distribusi di Indonesia sehingga lahirlah PalingKilat Express. Hal ini dibuktikan dengan waktu lima tahun, PalingKilat Express mampu menjangkau seluruh wilayah di Indonesia.

Didukung infrastruktur yang mumpuni, Gibran berharap layanan yang diberikan bisa lebih cepat, aman, dan mengurangi terjadinya kesalahan kerja yang dapat mengurangi kualitas layanan dari jasa ekspedisi maupun logistik. Selain itu, dalam proses pembangunan infrastruktur bagi PalingKilat Express, perusahaan ini menggandeng beberapa perusahaan.

Mulai dari Garuda Indonesia Cargo sebagai jalur udara hingga marketplace untuk bisa mendongkrak pertumbuhan ekspedisi pengiriman milik PalingKilat Express. Bahkan dari tahun 2017 hingga 2022, PalingKilat Express masih bekerja sama dengan artis papan atas Dinda Sudrajad sebagai brand ambassador dan berekspansi ke beberapa negara seperti Malaysia dan Vietnam pada 2019 lalu.

"Tumben Dinda nggak di sini? Biasanya dia nggak pernah absen kalau lo lagi tepar gini?" Beno membereskan semua kertas-kertas dari hadapan Gibran dimasukkan kembali ke dalam tas. "Seenggaknya lo sedikit perhatian sama Dinda. Selama ini dia sudah berjasa banget. Lagian, kurang apa sih Dinda, Bro? Dia cantik. Terkenal. Dan dia cinta mati sama lo. Dia satu-satunya perempuan paling berbobot yang pernah dekat sama lo."

Gibran pikir Beno masih akan melanjutkan pembahasannya soal layanan unggulan milik ekspedisinya yang menjadi kiblat para ekspedisi lain. Tapi rupanya Beno lebih mendalami perannya sebagai si tukang intervensi asmara orang.

"Gue sudah nurut waktu lo minta gue buat pacarin dia. Nggak usah lo minta gue yang aneh-aneh lagi. Satu itu aja sudah bikin gue repot."

"Ya gue pikir entar lama-lama lo juga tertarik sendiri, Dinda kan cantik! Seksi pula! Sekali-kali lo ajak tidur deh siapa tahu setelah itu lo ketagihan. Punya cewek cantik dianggurin. Malah mikirin jand...."

"Lo bisa diam nggak, Njing?!" Gibran menatap kesal. Beno sudah benar-benar keterlaluan. Pasti dosa Gibran sudah terlalu banyak hingga harus berurusan dengan manusia di depannya ini.

"Jujur aja, lo apakan Mbak Ara sampai nangis? Kasian gue lihatnya. Kelihatan berantakan banget. Cabul lo sama kakak ipar lo sendiri?"

"Bukan urusan lo. Terserah gue mau ngelakuin apapun. Lo nggak perlu tahu."

"Tumben. Biasanya ketemu semut aja lo curhatin ke gue."

"Sejak mulut lo kayak emak-emak mending gue pendem aja sendiri daripada gue ceritain ke lo."

"Dih, pendendam banget kayak cewek lagi PMS."

"Mending lo balik ketimbang berisik di sini."

Manusia setengah gila itu tertawa keras seraya merebahkan tubuhnya di sofa. "Sudah tahu alergi kenapa tetap lo makan sih? Siapa cewek pakai jilbab itu? Lo nggak mau cerita juga?"

Gibran memilih tidak menanggapi. iPad di hadapannya sedang memutar tayangan Dinda Sudrajad dalam acara PalingKilat Fashion Show. Penampilan sang artis sangat memukau penonton hingga menuai banyaknya viewer video yang diungguh di Youtube beberapa waktu lalu. Benar kata Beno, Dinda memang pembawa hoki di bisnisnya.

"Dinda tanya ke gue soal perempuan itu. Ya, gue jawab aja jujur kalau gue nggak tahu. Tapi rasa-rasanya gue nggak asing sama perempuan itu. Dilihat dari bodynya. Hanya saja bedanya kepalanya ditutup jilbab."

Mau tak mau Gibran kembali memikirkan keadaan perempuan yang baru saja ia buat kecewa. Perbuatannya tadi memang salah, meski jauh di kedalaman hatinya terasa benar. Perasaan nyaman dan lengkap selalu ia rasai saat bersama perempuan itu, dan dari situlah Gibran sadar jika hatinya sudah jatuh sejatuh-jatuhnya, yang ironisnya pada janda kakak kandungnya sendiri.

Apakah ini lucu dan tidak masuk akal? Mungkin ia sudah terlalu lama hidup sendiri sehingga ia harus memikirkan rencana untuk mencari pasangan yang sesungguhnya.

Demi Tuhan, sebagai lelaki yang memiliki titel don juan, Gibran masih tidak memercayai bisa berada di titik seperti yang dirasakan sekarang.

LENGKAP DI KARYAKARSA!

TABU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang