TABU - 26

2.8K 371 40
                                    

"Harus banget ya kamu bawa kabur aku jauh dari rumah cuma buat ngomong sesuatu? Sepenting apa sih?"

Ara menggerutu kesal, dan sedikit was-was. Pantai tempatnya berpijak sekarang ini totalnya lima puluh kilo meter perjalanan dari kediamannya. Dan lelaki yang berdiri di sebelahnya ini pelakunya.

Gibran menghubungi karena ada sesuatu yang akan dikatakan padanya. Lalu selang beberapa menit setelah menutup telepon lelaki ini sudah muncul di pelataran rumah Ara dan memintanya untuk ikut ke suatu tempat.

Ara sempat menolak, karena banyak hal yang ia pertimbangkan, pertama karena Ara masih sangat marah dengan adik iparnya ini dan ia butuh penjelasan tentang keributan di tokonya waktu itu. Yang kedua, Ara tidak ingin berada di satu tempat yang di situ hanya ada dirinya dan adik iparnya saja.

Bahaya, batin Ara.

Perbuatan tidak senonoh Gibran di rumah sakit waktu itu masih menjadi mimpi buruk yang susah dihilangkan. Lelaki ini adalah paman yang baik untuk Saka, oke, Ara akui itu, tapi bukan seorang ipar yang bisa dipercaya lagi. Gibran melihatnya sebagai seorang janda ditinggal mati suaminya, bukan sebagai saudara ipar yang harus dihormati dan dilindungi.

Sekarang Ara tidak perlu repot-repot memposisikan dirinya sebagai kakak ipar, sementara manusia satu ini saja tidak pernah menganggapnya demikian.

"Mau ngomong apa, Gibran? Buruan, kerjaan aku banyak. Tahu gitu tadi aku nggak mau!" Ungkap Ara tak sabar. Di rumahnya memang sedang banyak pekerjaan meski sudah ia limpahkan pada para karyawannya.

Risi saat Gibran hanya menatapnya tanpa berniat mengucapkan sesuatu. Kebiasaan sekali! Ara membuang napas gusar, mengeratkan blazer tipisnya lalu melangkah menyusuri pantai. Adik iparnya itu mengekor di belakangnya.

Angin pantai di siang hari cukup kencang, membuat rok plisket yang dikenakan Ara sedikit terangkat. Dibenarkan letaknya dan lanjut berjalan. Sebenarnya Ara suka pantai, terakhir ia menyambangi tempat ini saat suaminya masih ada. Di depan sana ada penginapan yang akan dijadikannya tempat untuk berbulan madu.

Berada di tempat ini Ara seperti sedang bernostalgia. Ara sangat menyukai suasana damai pantai. Tanpa terasa senyum Ara mengembang, membayangkan suaminya berada di dekatnya, membersamainya menghirup aroma pantai yang khas.

"Anginnya kencang banget. Kita bicara di dalam mobil saja." Suara lelaki yang sedari tadi berjalan di belakangnya membuyarkan lamunan Ara. Lelaki itu menyentuh sikunya untuk kembali ke tempat kendaraannya diparkir.

"Di situ aja!" Ara menolak dan menunjuk salah satu tempat duduk kosong. Sengaja ia tetap berada di suasana ramai untuk meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Kewaspadaan yang dirasakan Ara sudah di atas normal. Ngeri sekali berada dalam ruangan sempit bersama adik iparnya yang suka bertindak asusila ini.

Lelaki itu menurut, keduanya akhirnya saling duduk bersebelahan dengan pemandangan pantai di depan sana. Ara benar-benar menyukai tempat ini, namun sayang bukan suaminya yang berada di dekatnya.

Beberapa kali Ara mendapati para pengunjung perempuan yang curi-curi pandang ke arahnya. Lebih tepatnya kepada lelaki yang duduk di sampingnya sejak sampainya mereka di tempat ini. Ara tidak menampik, dibalik minusnya etika yang dimiliki, adik iparnya ini memang sangat rupawan. Gaya berpakaiannya pun selalu menarik perhatian. Mengenakan jaket merek belasan juta untuk menutupi tatonya yang menjijikkan di mata Ara.

Gibran ini benar-benar makhluk adam paling mesum dan cabul sedunia. Tatonya di lengan kiri bergambar badan wanita tidak menggunakan baju. Menunjukkan belahan pantat dan dadanya dari samping.

Setelah nyaris satu abad Ara menunggu kalimat yang akan dilontarkan manusia satu ini, hingga telinganya mendadak tuli. Gibran sudah repot-repot membawanya pergi jauh dari rumah, seolah benar-benar ada hal serius yang ingin dikatakan. Dari sekian banyak alasan yang berseliweran di kepalanya, hanya satu ungkapan ini yang Ara tidak pernah menebaknya.

"Maaf kalau terkesan tiba-tiba dan bikin kamu kaget. Beberapa bulan terakhir aku sudah memikirkan matang-matang untuk mengatakannya padamu. Bagaimana kalau kita menikah? Sudah lama aku menyukaimu."

-REPOST-
Baca selengkapnya di Karyakarsa // Total 52 chapter

TABU (TAMAT)Where stories live. Discover now