05: Kakak Gugup

1.7K 102 61
                                    

YOU POV

Mataku mengerjap perlahan seiring rasa sakit yang terasa di sekujur tubuhku, terutama di bagian selangkangan hingga kakiku. Kepalaku terasa berdenyut hingga bayangan kegiatan yang baru saja aku lakukan bersama dua laki-laki asing kembali memenuhi ingatanku. Alisku bertaut seiring kesedihan yang mulai memenuhiku, dapat ku dengar jelas kehebohan di dalam ruangan ini. Aku beranikan diri membuka kedua atensiku dan pandanganku bertemu dengan seorang laki-laki bermata boba yang baru saja melakukan hal yang tidak seharusnya kami lakukan bersama seorang temannya.

Tangisan tak bisa lagi aku bendung seiring rasa bersalah yang semakin memenuhiku, aku menyesal atas sikapku yang seolah menikmati permainan tadi, padahal aku harus menjaga hati seorang lelaki yang aku cintai. Xiaojun, maafkan aku, maafkan aku yang selama ini selalu menginginkanmu pergi meninggalkanku sendiri. Kali ini, aku sangat membutuhkanmu, berharap kau hadir disini dan melindungi ku dari mereka. Maaf, telah menduakan perasaanmu dan sekarang aku harus mendesah untuk lelaki lain yang bahkan tidak aku kenal seperti ini.

"Y/n, maafkan oppa." Taeyong ingin memeluk tubuhku, tetapi keburu ditahan oleh seorang laki-laki berkaca mata bulat yang tak lain adalah teman satu fakultas ku.

Dia terlihat sangat khawatir atas keadaanku, namun aku sedang tak ingin mendapatkan pandangan seperti itu. Aku alihkan perhatianku darinya dan menoleh ke sisi yang lain, tepat ke seorang laki-laki menggunakan hoodie berwarna biru, dia adalah teman lelaki berkaca mata bulat itu, bernama Jung Jaehyun. Refleks, aku telan ludahku dengan susah seiring rasa takut yang semakin memenuhiku.

"Terima kasih Y/n." Bukan Jaehyun yang mengatakan itu, tetapi lelaki bersurai cokelat yang berdiri di samping lelaki itu, aku tak mengenalnya, sungguh aku bahkan tidak pernah melihat wajahnya sebelumnya. Lalu darimana ia mengetahui namaku?

Para lelaki itu yang terjebak bersama kami telah berada di kamar ini dalam kondisi tubuh yang mendapatkan lebam di masing-masing wajahnya. Aku ingin masuk ke dalam selimut yang menutupi sekujur tubuhku, tetapi keburu ditahan oleh lelaki bernama Johnny. "Y/n, maafkan aku." ucap lelaki bertubuh tinggi itu padaku.

Aku tak ingin menjawabnya karena ingin sekali menghilang dari perhatian mereka semua. Jantungku terus berdegup kencang, apalagi saat Johnny mulai mendukkan diri di pinggiran kasur.

"Kau membuatnya takut, hyung!" itu Jaehyun yang akhirnya angkat bicara dan meminta Johnny bangkit dari kasur tersebut. Langsung aku paksakan diru untuk masuk ke dalam selimut yang menutupi tubuhku, berusaha menghindar dari mereka semua hingga aku menyadari sedang mengenakan baju tidur laki-laki saat ini, tanpa pakaian dalam. Aku menangis di dalam selimut tersebut, sambil berusaha menahan isakanku agar tak di dengar mereka. Tubuhku bergetar hebat, menahan ras takut yang tak bisa hilang setelah melalui kegiatan yang mengerikan.

Taeyong meminta semua orang agar menyingkir dari sekitaran kasur tersebut, tetapi dia sendiri tidak melakukan hal itu. Dia malah mendudukan diri di pinggiran kasur sambil bertanya tentang keadaanku, padahal aku sedang ingin sendiri saat ini. Aku berusaha tidak memperdulikan Taeyong hingga aku merasa tak kuat lagi menahan hasrat ingin buang air kecil. Akhirnya aku singkirkan selimut yang menutupi wajahku dan perhatian semua lelaki dalam ruangan ini kembali tertuju padaku.

Ruangan ini merupakan sebuah kamar tidur yang berbeda dari kamar pertama kali kami disekap. Terasa lebih nyaman, jika tak ada mereka semua dalam ruangan ini.

Aku berusaha bangkit dari tidurku, hingga aku merasakan seorang lelaki yang nekat membantuku bangkit bahkan mau menggendong tubuhku ke arah kamar mandi dalam kamar tersebut. Membuatku harus melingkarkan tanganku di pundaknya. Walau tubuhnya tak terlalu besar, namun kak Doyoung begitu kuat menggendongku memasuki kamar mandi dalam kamar ini. Ia letakkan secara perlahan tubuhku untuk duduk di meja wastafel lalu berkata, "Kakak tunggu di luar ya." setelah itu, dengan penuh rasa canggung ia berjalan keluar meninggalkan kamar mandi tersebut. Tak lupa ia tutup pintunya yang membuatku terdiam sambil memandang pintu itu dari kejauhan.

NEORUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang