08: Teman

1.4K 88 47
                                    

YOU POV

"Jangan lupa kenakan earpods NEORUM dan sambungkan ke handphone kalian masing-masing! Saya akan berkomunikasi menggunakan earpods tersebut serta jangan lupakan chip di tubuh kalian! Jika kalian berusaha melaporkan atau menceritakan NEORUM pada orang lain, baik itu teman, sahabat, dosen hingga orang tua maka saya tidak akan segan membunuh kalian melalui tegangan listrik dari chip tersebut! Kalian mengerti?!!" ancaman master mengalun kencang memenuhi seisi mobil yang telah ia atur sedemikian rupa untuk memudahkan komunikasi kami. Langsung aku sambungkan airpods yang diberikan bertuliskan namaku dengan handphone milikku, setelah tersambung ada sebuah aplikasi yang terinstall secara otomatis pada handphone milik kami dengan nama yang sama yaitu, NEORUM.

Setelah mengetes komunikasi kami melalui earpods pada master. Akhirnya kami diperbolehkan turun dari mobil dan masuk ke area kelas kami yang tak berada jauh dari parkiran kampus. Baru aku membuka pintu mobil, banyak sekali perhatian para mahasiswi baik itu seangkatan hingga adik tingkat yang tertuju kami. Sedikit membuatku tak nyaman, apalagi saat kak Doyoung dan Jaehyun berjalan beriringan di sampingku sambil mengajakku berbicara. Tanpa sadar, aku menjawab ucapan mereka dengan ketus karena aku tak suka mendapat banyak perhatian, aku sampai nekat memelankan langkahku agar menjauh dari kedua orang itu. Walau sesekali keduanya menoleh ke arahku sambil menunggu berjalan mendekati mereka.

Aku gigit bibir bawahku, berniat pergi ke suatu tempat agar tak bersama keduanya lagi, namun secara tak terduga, tiga teman dekatku bernama Hana, Saerom dan Dawon tiba-tiba menghampiriku sambil menyapa hangat, "Hai Y/n!". Senyuman terukir di wajahku seiring euphoria yang aku rasakan perlahan memenuhi diriku, aku merasa terselamatkan setelah bertemu dengan ketiganya.

"Katanya kau akan tampil di malam dies natalis bersama Winwin? Tapi setelah kami tunggu kok malah bukan kamu yang nampil?" tanya seorang temanku bernama Hana. Sontak membuatku tertawa canggung sambil melirik kedua lelaki yang berjalan di depanku. Ya, masalah inilah yang membuatku tak bisa tenang sejak semalam, karena pasti aku telah membuat kekacauan atas hilangnya kabar dariku tepat sebelum penampilan inti yang sangat digadang-gadang oleh komunitas yang menaungiku. Aku malu hanya sekedar untuk menatap dunia, tapi aku sudah sampaikan permintaan maafku ke grup komunitas dan Winwin secara pribadi. Alasannya? Mengenai masalah kesehatan dan hal itu tentu atas izin master sebagai dalang dari kekacauan tersebut. Tak ada yang membalas pesanku, baik itu di grup komunitas hingga Winwin secara pribadi, seolah semua orang tak bisa memaafkan kesalahan yang aku lakukan tadi malam..

"Iya, tiba-tiba perutku sakit sekali yang membuatku tak bisa naik ke atas panggung dan digantikan oleh seorang temanku." ucapku, tak berusaha memberi penjelasan karena mereka tak perlu tahu tentang apa yang aku lalui semalam.

"Kau tahu? Acara dies natalis sempat dihentikan selama beberapa menit tepat setelah penampilan Winwin? Aku dengar sih karena Winwin berkelahi dengan teman dekatmu bernama Xiaojun di belakang panggung. Tapi, aku tak tahu masalah pastinya, aku hanya diberitahu Gomin mengenai hal tersebut." ungkap Hana membuatku semakin merasa bersalah. Ya, hampir semua anggota di komunitas ku mengenal Hana karena selain ia adalah seorang social butterfly, Hana juga pernah bergabung ke komunitas tari kami selama beberapa bulan sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berhenti perihal karena masalah kesehatan.

Aku hembuskan napas kasar lalu berdiri memandang Doyoung dan Jaehyun yang telah menungguku di pintu masuk kelas. Mereka seolah tak ingin membiarkan aku sendiri walau aku yakin mereka pasti sadar atas ketidaknyamanan yang aku rasakan.

"Ayo masuk!" ajak Jaehyun dengan ekspresi yang datar padaku. Sukses menarik perhatian ketiga temanku hingga berbisik, "Dia berbicara denganmu?" yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala bisikan Saerom itu.

"Heol, daebak!" Saerom terlihat terkejut dan tak menyangka akan hal yang terjadi diluar kebiasaan ku itu. Saking pendiam nya aku sampai membuatnya terkejut saat salah satu pangeran di kampus ini mengajakku berbicara? Yang benar saja, aku juga tak mau hal tersebut terjadi. Bisakah kami berpura-pura tak kenal dan dekat selama berada di kampus ini?

NEORUM Where stories live. Discover now