31: Tangis

1K 77 37
                                    

YOU POV

Sesampainya di rumah NEORUM..

Aku langsung turun dari mobil yang membawaku beserta dua master NEORUM lalu berlari menuju lantai dua guna memasuki kamar tidurku. Aku dudukkan di pinggiran kasur dalam posisi memunggungi pintu kamar. Aku tundukkan kepalaku seiring air mata yang mengalir membasahi wajahku. Rasanya, aku tak bisa lagi menahan kesedihan dan perasaan sakit hati berkat perlakuan Jungwoo selaku master NEORUM.

Aku memang ingin bertahan untuk melihat karma yang datang pada mereka, tapi jika aku diperlakukan seperti ini terus menerus oleh master, aku juga tak bisa menahannya. Aku menyerah atas keadaan, harga diriku benar-benar dihancurkan oleh mereka, yang tersisa sekarang hanya rasa sakit berkat perlakuan kasar yang Jungwoo berikan padaku.

Aku menangis hingga tersedu-sedu di pinggiran kasur ini. Tanpa sadar, aku memukul pahaku sendiri sebagai bentuk pelampiasan dari rasa sakit yang aku terima. Aku tak peduli, walau harus menciptakan rasa sakit baru di tubuhku, yang penting emosi dalam diriku tersalurkan dengan memukul diriku sendiri, hingga aku merasakan ada seorang lelaki yang datang menghampiriku untuk membawaku ke dalam pelukan hangatnya. Lelaki itu tak mengatakan apapun, namun gesture tubuhnya seolah mengizinkan aku menangis di dalam pelukannya.

Sempat aku terdiam dengan bibir yang bergetar, berusaha menahan tangisan yang semakin pecah berkat pelukan mendadak dari lelaki yang tak pernah aku sangka akan memberikan kenyamanan untukku. Lelaki itu tak pernah berusaha mendekatkan diri denganku, padahal semua temannya seolah berlomba ingin menundukkan aku dengan cara yang kotor, seperti meniduri ku. Ya, lelaki itu bernama Nakamoto Yuta.

Aku tarik napas dalam lalu menghembuskan dengan kasar seiring tangisan yang tak dapat ku bendung lagi. Aku balas pelukan lelaki itu guna menumpahkan seluruh rasa sedihku padanya. Baru aku ingin meremas baju Yuta, seorang lelaki memasuki kamarku lagi dan berusaha melepaskan pelukan kami dengan kasar. Lelaki itu begitu percaya diri seolah aku mau berpindah pelukan padanya, namun aku malah menenggelamkan wajahku pada dada Yuta untuk meminta perlindungan. Seolah tidak memperdulikan lelaki itu karena yang aku butuhkan saat ini hanyalah ketenangan dan lelaki bersurai cokelat itu malah membuatku semakin takut.

"Ada apa, sayang? Kemari lah!" bujuk Jaehyun sedikit memaksa untuk aku melepaskan pelukanku dari Yuta. Yuta yang kesal pun terdengar seperti berbisik untuk menghentikan lelaki itu, namun Jaehyun malah menarik tubuhku agar lepas dari pelukan Yuta. Detik itu juga Yuta bangkit guna mendorong lelaki yang lebih tinggi darinya itu seraya membentak, "Bisakah kau tak bersikap kekanakan seperti ini?!!" tanya Yuta, langsung dibalas oleh Jaehyun dengan bentakan balik.

"Tak bisa! Kenapa?! Kau berani membentakku hyung?!" tanya Jaehyun balik sungguh membuatku muak dengan keadaan. Aku berjalan meninggalkan keduanya yang masih beradu mulut di kamar tersebut dengan membuka pintu kamar. Saat aku mendapati seseorang ternyata sedang menguping pembicaraan kami dari balik pintu kamar. Langsung aku menghambur ke dalam pelukannya yang terasa begitu hangat dan memberikan kenyamanan yang tak pernah aku rasakan selain bersama dirinya. Ya, dia adalah kak Doyoung.

"Lihatlah, kau malah membuatnya takut, Jae! Berhenti bersikap kekanakan seperti itu, Y/n hanya perlu pundak untuk menangis dan kau datang di waktu yang tidak tepat!" setelah mendengar ucapan Yuta itu, dapat aku dengar Jaehyun yang masih mencoba menarik perhatianku, "Apa aku terlalu kasar? Y/n, maafkan aku. Aku tak bermaksud-".

"Jae, biarkan dia menenangkan diri dulu. Bisakan?' kak Doyoung langsung menghentikan ucapan Jaehyun, hingga aku merasakan tubuh kak Doyoung yang sedikit terguncang berkat senggolan Jaehyun di lengan kanannya. Walau begitu, kak Doyoung masih memeluk tubuhku erat guna menyembunyikan tangisanku yang tak bisa berhenti. 

Lelaki itu berhasil menciptakan tempat ternyaman untuk aku mengadu dari kejamnya dunia, terutama dari master NEORUM yang berstatus sebagai temannya sendiri. Ya, aku yakin, kak Doyoung sebenarnya hanya ikut-ikutan dengan teman-temannya yang lain. Ia sama sekali tak pernah berlaku kasar padaku, lelaki itu malah memberikan rasa aman dan nyaman untukku dalam lingkungan ini. Jika tak ada kak Doyoung, mungkin aku tak akan bertahan hingga selama ini.

NEORUM Donde viven las historias. Descúbrelo ahora