42: Janji

470 59 21
                                    

YOU POV

"Seperti yang kau bilang, Jaehyuk-ssi. Keadaan diluar sedang kacau-kacaunya berkat video yang tersebar dari situs yang anak kita buat. Mau bagaimana lagi? Semua telah terjadi." ujar bapak Johnny sebagai penengah dalam kasus yang sedang kami hadapi. Jaehyuk sendiri adalah nama bapak kandung Jaehyun. Sementara ibu Johnny telah mendudukkan diri di sofa tepat di sampingku. Wanita itu begitu perhatian yang membuatku awalnya merasa tak nyaman, perlahan mulai membiasakan diri atas kehadirannya.

Bapak Jaehyun sempat terdiam sebentar sebelum ia lontarkan pernyataan pada kami, "Saya tak peduli dan tetap ingin membawa Jaehyun pulang sebagai bentuk pertanggung jawaban dari kekacauan yang telah ia buat." Pria tua itu begitu kekeuh atas keputusannya, membuatku tersadar jika sifat keras Jaehyun ternyata menurun dari ayah kandungnya.

Ayah Johnny pun bangkit untuk mendudukkan diri tepat di samping bapak Jaehyun, "Daripada terus memaksa, lebih baik kau dengarkan keputusan dari anakmu sendiri. Dia sudah besar dan berhak menentukan pilihan hidupnya sendiri." usul bapak Johnny, membuat seluruh perhatian tertuju pada lelaki itu. Jaehyun gigit bibir bawahnya saat bapak Johnny bertanya, "Bagaimana Jaehyun, apa kau ingin pulang atau menetap di lingkungan ini?" tanya bapak Johnny.

Jaehyun menoleh ke arahku dengan tatapan lemah yang tidak aku sukai. Sungguh, Jaehyun, jika kau pergi meninggalkanku. Maka aku akan sangat membenci dirimu. Ku mohon, bertahanlah bersamaku walaupun selama ini aku tak begitu memperdulikan perasaanmu tapi sekarang semua telah berubah. Aku tak bisa membayangkan jika harus melanjutkan hidup tanpa kehadiran lelaki itu. Membuat bibirku tanpa sadar bergetar hebat saat berusaha ku tahan sekuat tenaga tangisan yang ingin pecah.

"Keputusanku ada di tangan Y/n. Jika ia memilih untuk tetap tinggal maka aku juga akan tinggal bersamanya. Aku mencintainya, eomma, appa. Aku akan bertanggung jawab atas kehidupan Y/n kedepannya." ujar lelaki itu sukses memecah tangis dari ibu Jaehyun begitu parau. Bahkan, Jaehyun sampai menatap mata kedua orang tuanya secara bergantian saat memberikan jawaban itu. Membuat pandangan mata ayah Jaehyun mulai tertuju padaku, seolah kecewa atas keputusan yang anaknya ambil dan berusaha mengancam ku menggunakan tatapan tajamnya.

"Kau bagaimana Y/n, apa kau ingin pulang ke rumahmu atau tetap tinggal di NEORUM?" tanya bapak Johnny yang langsung aku jawab dengan tegas. "Seperti jawaban saya sebelumnya, om. Kalau saya akan tetap tinggal bersama mereka di NEORUM. Saya tak mungkin hidup tenang setelah semua kekacauan ini terjadi. Saya juga tak memiliki masa depan lagi sehingga saya mau semua anggota NEORUM mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka lakukan padaku." jawabku sambil menatap satu per satu mata anggota NEORUM. Mulai dari Jaehyun, Taeyong, Jungwoo, Johnny serta Doyoung yang terus saja menundukkan kepala.

Aku sadar atas senyuman penuh arti yang bapak Johnny berikan padaku. Membuatku dengan cepat mengalihkan pandanganku ke arah Jaehyun yang ikut memandangku. Sungguh, aku sangat menyukai sikap tanggung jawab yang lelaki itu tunjukkan di depan kedua orang tuanya. Walaupun ibu Jaehyun menangis begitu parau, setidaknya tangisan itu tidak membuat Jaehyun mengubah keputusannya untuk terus bersamaku.

"Baiklah, kita juga harus mendengar jawaban dari anggota yang lain, kau bagaimana master Jungwoo dan Taeyong?" tanya bapak Johnny.

"Tentu saja, saya akan tetap tinggal di NEORUM. Lingkungan ini kami yang buat, sehingga saya tak mungkin meninggalkannya begitu saja." jawab Jungwoo berusaha sopan walaupun kedua orang tua Jaehyun dan Doyoung telah mencaci dirinya tadi. Sementara Taeyong pun ikut menambahkan, "Kami telah merencanakan kehidupan yang lebih baik di New York bersama anggota yang lain, sehingga bapak dan ibu tak perlu merasa khawatir tentang masa depan kami". Baru ibu Doyoung ingin berkomentar atas jawaban yang Jungwoo dan Taeyong lontarkan. Ayah Johnny keburu bertanya pada anak wanita itu yang terus saja menundukkan wajahnya penuh rasa bersalah.

"Doyoung, saya juga ingin mendengar keputusanmu!" tanya bapak Johnny. Doyoung terus menundukkan kepalanya sebelum ia bergumam pelan, "Saya tak tahu, pak. Saya akan menjawabnya nanti." yang sukses membuat kami bingung dengan lelaki itu. Apa yang ia ragukan? Kenapa ia tak bisa menjawabnya sekarang? Apa Doyoung tak ingin mempertanggung jawabkan perbuatannya padaku? Sungguh, aku pikir Doyoung benar-benar peduli padaku, tapi ternyata lelaki itu begitu mudah digoyahkan hatinya atas perasaan bersalah yang ia rasakan pada kedua orang tuanya. Wajar memang tapi bolehkah aku hanya memikirkan diriku sendiri saat ini? Sungguh, aku tak ingin lelaki itu pergi dari lingkungan ini. Cukup Yuta saja, karena Doyoung merupakan alasan utamaku bertahan di awal penjebakan yang mereka lakukan. Jika tidak ada dia, mungkin aku sudah mengakhiri hidupku sendiri. Sekarang, walaupun perhatianku sedang tertuju pada Jaehyun tapi aku juga tak ingin kehilangan lelaki itu.

"Kalau kau, Johnny?" tanya bapak Doyoung akhirnya angkat bicara. Seolah membantu anaknya mencari teman yang tak ingin bertahan lagi di lingkungan ini. Sontak membuatku menoleh ke arah Johnny yang duduk tepat di samping kananku, aku berikan tatapan memohon pada Johnny sebelum ku rasakan tangan ibu lelaki itu yang menggenggam tangan kiriku. Wanita itu sadar atas air mata yang tanpa sadar mengalir atas situasi ini. Sungguh, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak terlihat lemah, tapi air mata ini keluar dengan sendirinya. Tak bisa aku kendalikan.

"Aku akan tetap tinggal." jawab Johnny yang langsung ibunya tambah dengan ucapan, "Ya, Johnny harus tetap tinggal untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalian masih bisa menempuh pendidikan di Amerika dan mencari sumber pemasukan lain seperti memulai bisnis makanan atau menjadi apapun yang kalian inginkan. Kami akan mendukung apapun yang anak kami pilih kedepannya, walaupun kesalahan yang ia buat kemarin sungguh merusak nama baik keluarga kami. Tapi mau bagaimana lagi? Johnny anak kami satu-satunya." jawab ibu lelaki itu begitu mendukung anaknya apapun yang terjadi. Membuatku teringat akan kedua orang tuaku, sungguh aku merasa sangat bersalah telah merusak nama baik keluargaku.

Hingga ku rasakan tangisan yang tak bisa ku bendung lagi, aku tundukkan kepalaku guna menutupi tangisan yang semakin pecah. Sengaja aku bawa seluruh rambut menutupi wajahku, sebelum ku rasakan kedatangan seorang laki-laki yang berlutut di hadapanku. Lelaki itu bawa aku ke dalam pelukan hangatnya, membuat tangisanku semakin pecah.

Lelaki itu tak mengatakan apapun tapi aku sangat bersyukur ia selalu menepati janjinya untuk tetap bersamaku apapun yang terjadi. Ya, dia adalah lelaki yang mencintaiku, Jung Jaehyun.

Dapat ku lihat, ibu Jaehyun yang bangkit dari duduknya. Aku pikir wanita cantik itu akan pergi dari rumah kami karena merasa begitu kecewa, tapi ternyata wanita itu berjalan menghampiriku untuk bergantian dengan anaknya memeluk tubuhku. Sungguh, aku tak menyangka semua ini akan terjadi. Ibu Jaehyun memelukku juga? Apa semua ini adalah sandiwara atau memang sebuah reaksi yang menunjukkan tanda penyesalan dari orang tua mereka?

"Kami yang akan mengawasi mereka semua di New York, kau tak perlu takut, Jaehyuk-ssi." ujar bapak Johnny berusaha meyakinkan bapak Jaehyun yang terdiam melihat istrinya memeluk tubuhku. Entah apa yang kedua ibu sosialita ini inginkan tapi Jaehyun yang melihat kejadian ini sampai tak bisa lagi menutupi senyuman bahagia di wajahnya. Aku tahu, dia pasti merasa bahagia karena ibunya telah menerima keberadaan ku melalui pelukan ini.

Ibu Jaehyun lepaskan pelukan kami untuk menghapus air mata yang mengalir membasahi wajahku, "Maaf atas perlakuan kasar Jaehyun selama ini, ya nak." ujar wanita itu yang langsung aku jawab, "Jaehyun sangat baik tante, dia tak pernah menyakitiku. Maaf juga atas segalanya tante." jawabku dengan air mata yang terus membasahi wajahku.

Sungguh, entah mengapa aku seperti melihat sosok Jaehyun yang manis dan baik pada ibunya itu. Seolah Jaehyun memiliki campuran dari kedua orang tuanya, sifat keras diturunkan dari ayahnya, sementara sifat yang penuh kasih sayang dan manis diturunkan langsung dari ibunya. Ibu Jaehyun menatapku tulus penuh rasa kasihan, sama seperti tatapan yang aku dapatkan dari ibu Johnny juga. Aku merasa keduanya bersikap baik padaku hanya karena merasa begitu bersalah, sekaligus untuk memperbaiki nama mereka karena mereka sadar atas CCTV yang terus merekam kami di ruangan ini.

Entahlah, aku jadi memiliki banyak pikiran buruk pada orang lain.

Sementara kedua orang tua Doyoung sempat memberikan ultimatum pada anaknya, "Kami tunggu di rumah, Doyoung!" sebelum keduanya pergi begitu saja dari rumah kami tanpa berpamitan pada seorang pun di rumah ini.

TBC

NEORUM Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz