40: Taeyong

681 65 35
                                    

YOU POV

Beberapa hari kemudian..

Sudah tiga hari aku tak membuka handphone milikku. Ada begitu banyak alasan yang mendasari aku melakukan hal tersebut. Mulai dari tak ingin membaca berita buruk mengenai diriku dan NEORUM, hingga tak ingin mengingat kembali berbagai kenangan manis yang aku habiskan di negara ini bersama orang-orang yang aku sayangi.

Ya, jika semakin aku pikirkan maka akan semakin berat pula aku meninggalkan negara ini. Padahal kepindahan kami ke New York sudah di depan mata. Sebagian perabotan dan barang-barang pribadi milik kami bahkan sudah master terbangkan ke New York sebagai pelengkap rumah baru di negara tersebut. Aku hanya tak ingin merusak suasana dengan kesedihan yang aku rasakan, walaupun setiap malam aku harus menahan suara agar tangisku tak didengar oleh siapapun yang tidur bersamaku malam itu.

"Y/n mau makan apa untuk malam ini?" tanya seorang laki-laki sukses menghambur lamunanku. Lelaki itu berjalan menghampiri ku yang sedang duduk menikmati hembusan angin senja di balkon lantai dua rumah NEORUM. Tak lupa dengan segelas teh hangat dan sepotong kue penganjal lapar. Aku tersenyum ke arahnya lalu bertanya balik, "Apa ya?" sungguh aku bingung dengan diriku sendiri.

Lelaki bersurai hitam itu dudukkan dirinya tepat di sebelahku sambil merenggangkan kedua tangannya ke atas. "Huaamm, aku tak sabar menghirup udara Amerika Serikat." ujar lelaki yang merupakan master kedua di lingkungan ini.

Saat melihat Taeyong, aku jadi teringat thread twitter yang menyatakan dirinya adalah seorang yatim piatu. Pasti, hidup terasa sangat berat untuk Taeyong hingga memaksanya melakukan cara apapun untuk menghasilkan uang yang banyak, termasuk membangun lingkungan porno ini bersama Jungwoo.

"Oppa, aku ingin mengenalmu lebih dekat, apakah boleh?" pertanyaanku tersebut sukses membuat Taeyong terkejut sampai menatapku dengan mata bobanya itu. Lelaki itu tertawa kemudian meletakkan kedua tangannya sebagai bantalan dengan sedikit membaringkan tubuh pada sofa yang kami duduki. "Tak ada yang menarik di kehidupanku." jawab lelaki itu diakhiri tawa yang terkesan canggung.

Aku pun mengubah posisi duduk untuk menghadap Taeyong di sampingku, aku tumpu kepalaku pada sandaran sofa sambil terus memperhatikan lelaki berwajah tampan itu dengan senyuman di wajahku. "Kita memiliki hobi yang sama oppa, yaitu menari." ujarku, sebagai pancingan untuk lelaki itu. "Kau benar, kita harus membuat project dance bersama suatu saat nanti!" jawab lelaki begitu antusias.

Sempat aku anggukkan kepala sebelum melayangkan pujian untuknya, "Oppa memiliki stage presence yang kuat, visual yang menawan, stamina dan power yang luar biasa konsisten dan masih banyak kelebihan lain yang oppa miliki. Dulu, aku ingin sekali mengenal oppa lebih dekat dan belajar lebih banyak hal pada oppa, sekarang kita malah terjebak di lingkungan yang sama." ungkap ku sukses membuat Taeyong menaruh perhatiannya padaku. Lelaki itu tersenyum malu. "Benarkah?" kemudian bertanya seolah tak menyangka aku akan mengatakan hal tersebut.

"Iya, oppa juga memiliki banyak sekali teman. Selalu memberikan penampilan terbaik di setiap penampilan dan sukses menjadi pusat perhatian dimanapun oppa berada." masih aku layangkan pujian untuk lelaki yang memiliki ego tinggi seperti Taeyong, agar mau meruntuhkan tembok tinggi yang tanpa sadar ia bangun diantara kami. Aku tahu, Taeyong sengaja membangun tembok itu agar aku tak mengetahui sisi lemah dalam dirinya. Lelaki seperti Taeyong atau master lainnya pasti tak ingin orang lain memandang kasihan padanya.

"Kamu juga demikian, selalu menjadi pusat perhatian dimanapun kamu berada." puji Taeyong balik mampu menyenangkan hatiku. Kami sempat terdiam sebentar dengan masih saling menatap, "Kamu pasti membaca thread di twitter ya?" sebelum lelaki itu bertanya yang langsung mengenai inti masalahnya. Pantas saja, Jungwoo mempercayakan banyak hal pada lelaki itu. Taeyong tak hanya tampan, tapi juga sangat cerdas membaca situasi yang sedang ia hadapi saat ini.

Aku gigit bibir bawahku lalu menjawabnya dengan anggukan kepala, membuat lelaki itu tertawa pelan. Taeyong elus puncak kepalaku dengan lembut seraya berkata, "Ya benar, aku dibuang oleh kedua orang tuaku sejak kecil. Bahkan sampai sekarang, aku tak berniat mencari tahu tentang identitas keduanya pada siapapun." ungkap lelaki itu yang memancing diriku untuk membawa tangan yang mengelus kepalaku menuju pipiku.

Aku berikan tatapan lemah, seolah ikut merasakan sakit hati atas jalan kehidupan lelaki itu. Taeyong sangat pintar menutupi perasaannya, orang-orang seperti dialah yang harus aku waspadai dalam lingkungan ini. Setidaknya, aku tak boleh termakan perasaanku sendiri agar tidak menimbulkan sakit hati.

"Aku dibesarkan di sebuah panti asuhan yang terletak di pesisir daerah Ansan. Aku hidup dengan serba berkekurangan tapi hal tersebut tak menghentikan niatku untuk belajar. Aku sangat menyukai matematika dan tari, namun setelah mempelajari ilmu pemrograman, aku bertekad ingin membuat sebuah website yang mampu menghasilkan banyak sekali uang untuk kehidupanku." Taeyong lanjutkan ceritanya sambil mengelus wajahku menggunakan jemari tangannya.

Aku cium punggung tangan lelaki itu kemudian berkata, "Dan kau sudah mewujudkan keinginanmu tersebut oppa." jawabku, begitu penasaran dengan reaksi yang akan Taeyong berikan atas ucapanku tersebut. Taeyong tersenyum tipis lalu menatap mataku penuh arti, "Walau harus mengorbankan banyak orang, termasuk dirimu, Y/n. Maafkan oppa atas segalanya." ujar lelaki itu yang tidak aku sangka akan meminta maaf diakhir ucapannya. Aku menatap mata indah Taeyong, berusaha mencari keraguan dan kebohongan di sorot matanya, namun hanya rasa sedih dan penyesalan yang aku temukan. Lelaki itu bersungguh-sungguh atas apa yang ia ucapkan.

"Semua telah terjadi, oppa. Mulai sekarang, oppa adalah anggota keluarga kami. Kita akan hidup bersama di New York, jadi aku minta jangan adalagi rahasia diantara kita." ucapku. Tak memungkiri kalau aku merasa senang setelah mendengar permintaan maaf daei Taeyong. Apalagi, Taeyong merupakan anggota sekaligus master yang cukup berpengaruh dalam lingkungan ini. Setidaknya, tak perlu ada dendam yang begitu mendalam lagi diantara kami. Walaupun masa depan ku yang hancur, tak akan mungkin bisa ia kembalikan lagi. Setidaknya, masa depan kita harus sama-sama hancurnya.

"Oppa tak penasaran dengan masa laluku?" tanyaku setelah lelaki itu menyetujui permintaanku sebelumnya mengenai, jangan ada rahasia lagi diantara kami, para anggota NEORUM. Taeyong pun tertawa seraya membuka kedua tangannya untuk mengajakku menghambur ke dalam pelukannya. Lelaki itu mainkan helaian suraiku saat ku sandarkan tubuhku pada dada lelaki itu.

Dapat ku dengar jantung Taeyong yang berdegup sangat cepat seolah habis melakukan olah raga ekstrim. Entah apa yang membuat jantung lelaki itu berdegup kencang, tapi jawabannya sungguh terdengar lucu di telingaku. "Tak perlu, kami bahkan tahu siapa nama lengkap nenekmu. Kami tahu segala hal tentangmu, Y/n. Makanan kesukaanmu, kebiasaanmu, film favoritmu bahkan tipe lelaki yang kamu sukai." jawab lelaki itu sungguh diluar ekspetasi ku.

"Sampai ukuran bajuku juga tahu?" tanyaku begitu iseng. Taeyong pun menjawab dengan tawa pelan, "Sampai ukuran bra dan celana dalammu, kami tahu. Apa kau tak pernah curiga mengenai pakaian yang kami berikan, kenapa sangat cocok di tubuhmu?" tanya lelaki itu balik, memancing diriku menatap matanya.

Aku gelengkan kepalaku tak percaya, "Oh tuhan, ternyata selama ini aku memiliki stalker yang tampan!" pujiku memancing lelaki itu mencium bibirku di dalam pelukannya. Tak lama karena setelah itu Taeyong tertawa malu sampai memalingkan wajah tampannya dariku. Sungguh, lelaki itu sangat imut saat merasa malu, membuatku ingin menggodanya terus menerus!

TBC

AN: Satu per Satu masa lalu master terungkap ya. Kalian paling nunggu momen bersama siapa?

NEORUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang