22: Lemah

1K 83 53
                                    

YOU POV

Aku memandang kosong televisi di hadapanku saat kak Doyoung terus mengelus belakang kepalaku dengan lembut. Rasa kantuk perlahan tergantikan oleh pikiran-pikiran buruk yang terus menghantui berkat lingkungan yang membawaku dekat dengan kak Doyoung. Aku merasa suasana hatiku perlahan membaik akibat keberadaan lelaki itu, tapi di satu sisi aku merasa lemah dan tak bisa berbuat apapun untuk membela diriku sendiri tanpa kehadiran lelaki itu.

Aku tahu, sebenarnya aku tak boleh menumpu harapan pada satu manusia, yaitu kak Doyoung saja, tapi jika bukan karena lelaki ini mungkin pikiran mengakhiri hidupku semakin kuat mempengaruhi kehidupanku. Aku harus kuat, untuk diriku sendiri dan walau perasaanku telah tenang setelah mendengarkan janji dari kak Doyoung, tetap saja aku merasa harus berdiri di kakiku sendiri. Aku tak boleh lebih dalam jatuh padanya, dan aku harus memutar keadaan agar lingkungan NEORUM balik menguntungkan diriku seorang.

"Keluar yuk? Sepertinya makanan yang dibuat Taeyong sudah jadi." ajak kak Doyoung yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala. Aku tersenyum ke arah lelaki itu lalu melepaskan pelukan di tubuhnya. "Aku menunggu Jaehyun kak, ia sudah janji akan menggendongku ke ruang makan." jawabku. Doyoung tersenyum lalu menjawab, "Kakak juga bisa menggendong mu, Y/n." ucap kak Doyoung tetap menawarkan dirinya. Aku tolak tawarannya tersebut dengan baik-baik, "Tak apa kak, aku menunggu Jaehyun saja. Kakak diluan saja, nanti aku menyusul." jawabku tetap berpegang teguh pada janji yang Jaehyun berikan padaku.

Sebagai salah satu pembuktian, kalau hanya omongan kak Doyoung saja yang tak dapat aku percaya. Satu sisi aku kecewa atas kebohongan yang pintar sekali mereka rencanakan, tameng untuk melindungiku? Ah, aku yakin itu hanya akal-akalan kak Doyoung dan Jungwoo saja. Lalu apa aku terlalu naif jika mengharapkan dia tetap berpihak padaku dengan tidak menyakitiku? Hanya waktu yang bisa menjawab, untuk saat ini aku hanya perlu menahan rasa tertarik ku pada lelaki itu agar aku tak jatuh terlalu dalam.

Kak Doyoung berusaha mengerti atas alasan yang aku berikan, ia tinggalkan aku untuk keluar dari kamar tersebut menuju meja makan. Sementara aku semakin tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Aku merasa tak berharga, disatu sisi aku juga merasa kecewa pada Winwin yang ternyata telah menjadi bagian dari lingkungan ini. Padahal aku telah berharap lebih padanya, lalu ucapan jahat Xiaojun kembali terngiang-ngiang di kepalaku yang membuat akhirnya tangisan tak bisa lagi aku bendung. Aku ubah posisiku menjadi berbaring lalu menutup keseluruhan tubuhku menggunakan selimut. Aku ratapi seluruh kesedihanku dengan menangis dalam keheningan kamar. Rasanya moodku benar-benar hancur berkat kenyataan yang terungkap semalam dan kegiatan seks yang Jaehyun lakukan sampai tak bisa membuatku berjalan normal.

Aku benci harus bergantung pada orang lain, tapi aku juga tak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain disekitaran ku. Aku benci kesendirian, namun aku juga tak berani mengambil langkah untuk membebaskan diri dari lingkungan ini. Banyak ketakutan yang aku hadapi, termasuk ketakutan saat aku harus menghadap dunia sendirian setelah semua video porno ku tersebar. Aku harus bagaimana tuhan? Tolong berikan aku jalan keluar.

Disaat aku berusaha menghapus air mata yang mengalir, semakin kencang pula tangisanku hingga mampu membuat dadaku sesak. Aku pukul kepalaku sendiri dalam selimut tersebut, berulang kali hingga ku rasakan pusing yang teramat sangat di kepalaku. Perlahan tangisanku mulai mereda seiring perasaan lega yang aku rasakan. Sepertinya aku memang hanya perlu menangis dan menyakiti diriku sendiri agar membuatku lega atas kesedihan yang aku rasakan.

Aku hapus air mata yang mengalir membasahi wajahku, lalu bangkit dari kasur Jaehyun dengan kaki hingga selangkangan yang masih terasa sakit. Berusaha aku tahan rasa sakit itu sekuat tenaga, sambil menanamkan dalam diri, jika rasa sakitnya terasa semakin kuat maka kamu harus memasang wajah yang lebih kuat dari rasa sakit itu. Ya, walaupun belum terbiasa, berusaha aku ulaskan senyuman di wajahku sambil berulang kali aku hembuskan napas kasar di depan sebuah cermin besar. Aku rapikan penampilanku dan kasur yang berantakan sisa permainan semalam. Setelah aku merasa Jaehyun tak kunjung menepati janjinya, aku keluar dari kamar tersebut dengan langkah yang sedikit tertatih. Sialnya, jarak antara kamar Jaehyun dan ruang makan cukup jauh untuk aku bisa berjalan menggunakan kaki yang sakit seperti ini.

NEORUM Where stories live. Discover now