4. Menuntut Keadilan

711 95 39
                                    

"Kalian pernah mendengar gosip tentang anak terakhir keluarga Alegreya?"

"Maksudmu, anak pembawa sial itu? Yang kelahirannya saja telah membuat ibunya meninggal? Kenapa dengannya?"

"Apa wajahnya benar-benar seburuk itu? Maksudku, sampai-sampai ia tidak pernah merayakan pesta ulang tahun lagi?"

"Tidak-tidak, aku justru mendengar dia mengidap penyakit langka yang membuat kulitnya menjadi rusak dan berkeriput. Itulah mengapa sosok Anya tidak pernah mau muncul ke hadapan publik."

"Penyakit langka maksudmu? Sayang sekali, padahal Arrio, Aitana dan Agnese begitu menawan."

"Hey, itu yang dinamakan dengan kutukan karena telah membuat ibunya meninggal!"

"Tetapi kalian pernah mendengar tidak? Menurut desas-desus yang bekerja di kediaman keluarga Alegreya. Justru sosok Anya tidak kalah menawan!"

"Tidak, itu tidak mungkin!"

"Ada orang yang pernah melihat sosok Anya justru seperti Upik Abu! Hidungnya yang besar, kulit kotor tidak terawat, pendidikan yang kuno karena kurang pergaulan dan dia bahkan melakukan pendidikan dari rumah! Benar-benar menyedihkan!"

"Tapi Tuan Muda Arrio selalu memanjakannya ketimbang adik-adik yang lain."

"Tentu saja Tuan Muda Arrio merasa kasihan! Bukan karena ia yang sebagai kakak kandung, tetapi karena Anya tidak memiliki kawan sama sekali! Siapa yang mau dengan putri bangsawan si jelek Upik Abu?"

_🖤_

Langkah kakinya tergesa-gesa menelusuri lorong rumahnya. Untuk pertama kalinya Arrio mengumpati siapapun sosoknya yang telah menjadi arsitektur membuat kediaman keluarga Alegreya. Ini sangatlah panjang dan melelahkan. Arrio tergesa-gesa begitu mendengar penuturan dari sang Putra Mahkota.

Ayahnya sama sekali tidak memberitahukan tentang ini padanya sama sekali! Mau bagaimanapun yang hendak dijodohkan bukan hanya adiknya, Anya, semata. Tetapi adik tirinya juga. Keterlaluan sekali!

"Apa Ayah ada di dalam?" tanya Arrio saat melihat tangan kanan ayahnya baru saja keluar dari ruang kerja kepala keluarga Alegreya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa Ayah ada di dalam?" tanya Arrio saat melihat tangan kanan ayahnya baru saja keluar dari ruang kerja kepala keluarga Alegreya.

"Iya, Tuan ada di dalam, Tuan Muda. Anda bisa masuk ke dalam. Beliau tengah beristirahat sambil menikmati minuman sore harinya."

"Terima kasih."

Arrio mengetuk pintu kayu besar berwarna putih yang ada di depannya. Dua kali ia mengetuk, dan saat hendak mengetuk kembali pintu tersebut sahutan dari dalam sudah menjadi perintah tersendiri agar Arrio masuk ke dalam.

Tanpa berbasa-basi lagi, Arrio duduk tepat di sofa yang berhadapan dengan ayahnya.

"Aku mendengar berita ini dari mulut Putra Mahkota secara langsung. Apa Ayah masih tidak mau menjelaskan apapun sekarang?"

Be My Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang