18. Farewell Kiss

416 54 1
                                    

Aitana berdiri dengan pikiran yang gamang dalam benaknya. Satu sisi berkata untuk ia segera pergi ke tempat yang dituju. Sisi yang berlawanan justru memberikan tanda tanya berupa pertanyaan, untuk apa dirinya datang ke tempat tersebut?

Pergulatan batin dan pemikiran nampak membuat wanita itu secara tidak sadar justru berjalan dengan sendirinya. Menuju sebuah kamar yang setelah sekian lama akan ia masuki lagi. Bahkan jika dipikir-pikir kembali, memangnya kapan terakhir kali dirinya datang ke sana? Bukankah sudah belasan tahun lamanya.

Alasan sederhana cukup jelas. Karena Aitana tidak mempunyai hubungan yang baik dengan si pemilik kamar. Setibanya di sana justru dirinya dikejutkan dengan sosok wanita lain. Sama-sama tengah berada di depan kamar tersebut.

"Kak Aitana?" panggil Anya.

"Sedang apa kau di sini?"

"Kakak sendiri sedang apa?"

"Aku-"

Suara pintu yang terbuka membuat mereka berdua langsung siap siaga. Seperti sepasang maling yang tengah menjarah kamar yang akan menjadi target selanjutnya. Namun nahas, pemilik tempat tersebut jauh lebih dahulu menangkap mereka berdua.

"Sedang apa kalian di depan kamarku?" ungkap Agnese dengan raut wajah kelelahan.

"Memberikan salam perpisahan. Siapa tahu ini adalah perpisahan terakhirku denganmu, setidaknya aku memiliki waktu untuk meminta maaf," cecar Aitana.

"Kau mengira aku akan mati bunuh diri di negara orang? Atau memang kau menginginkan aku segera mati?"

Aitana memutar kedua matanya dengan malas. Lantas membuka pintu kamar Agnese lebih lebar lagi agar dirinya bisa masuk ke dalam tanpa menunggu izin terlebih dahulu. "Lupakan, otak bodohmu tidak akan paham dengan maksud dan tujuanku."

"Hei! Ini kamarku!" bentaknya. "Dau kau, Anya! Untuk apa kau ikut-ikutan masuk ke dalam kamarku! Kembali masuk ke kamarmu sendiri!"

"Aku hanya ingin mengenal lebih dekat dirimu saja, Kak. Aku tidak ada maksud apapun," jawab Anya.

Baik Aitana maupun Anya sama-sama terdiam saat melihat keadaan kamar Agnese yang berantakan. Barang-barang masih bertumpuk tidak karuan. Tas besar, tas kecil, koper berjejer rapih ada banyak sekali. Serta beberapa buku yang terdapat gambar desain masih belum jadi.

Agnese dengan segala kehebatannya yang selama ini menjadi sumber pundi-pundi uang untuk dirinya sendiri.

"Jadi, kau akan pergi?" ucap Aitana membunuh keheningan di antara mereka bertiga. Ia duduk di pinggiran ranjang disusul oleh Anya. Sedangkan Agnese berdiri di depan mereka berdua.

"Tentu. Aku ingin berkeliling dunia. Belajar dan mencari pengalaman. Aku ingin pergi dari tempat ini untuk sementara."

"Oh sayang sekali. Aku pikir kau akan pergi selama-lamanya dari kerajaan ini."

"Kau ingin aku pergi selamanya begitu? Setidaknya biarkan aku hidup bagaikan seorang Tuan Putri sebelum aku meninggal. Sial, bahkan aku belum sempat menikah dan kau sudah berharap aku sudah tiada."

"Bangun, kau ingin menikah dengan Pangerang siapa? Namamu saja sudah ada dalam buku hitam kerajaan bahwa dirimu dilarang menikah dengan keluarga kerajaan Adelaide. Karena kelakuan bodohku itu!" sindir Aitana.

"Kau pikir Pangeran tampan hanya ada di kerajaan ini? Hei, lagi pula aku bisa mencari lelaki manapun."

"Dengarkan prinsip yang satu ini. Biarkan dia hanyalah rakyat biasa tetapi jika ia begitu mencintai dirimu, jangankan seorang Tuan Putri, kau bahkan bisa diperlakukan sebagai seorang Ratu olehnya."

Be My Lady حيث تعيش القصص. اكتشف الآن