21. The Answers

353 48 1
                                    

"Akan aku beri keputusan terakhir jika kau bisa memilihnya. Antara aku atau tahtamu itu."

Kalimat itu selalu teringat dalam benaknya. Setiap saat, setiap waktu, bahkan disaat ia tengah sibuk bekerja sekalipun kalimat itu selalu saja muncul. Bak hantu datang tanpa diundang, hanya memberikan hawa seram dan juga ketakutan.

Terhitung sudah hampir satu minggu Damian dan Nilo di desa Ader ini. Besok pagi sudah dijadwalkan untuk keduanya kembali ke istana. Masih ada setumpuk pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

Namun Damian tak kunjung mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari gadisnya. Dua hal yang sampai detik ini tidak ia ketahui harus memilih yang mana?

Apa Damian mencintai Anya?

Jika sebuah rasa tidak rela saat melihat Anya dengan lelaki lain. Atau takut saat Anya pergi jauh bisa dikategorikan sebagai rasa cinta, maka dengan tegas Damian katakan, iya. Damian begitu mencintainya.

Sejak kapan? Entahlah Damian saja tidak tahu kapan pastinya. Entah saat pertemuan pertama atau setelah keduanya semakin dekat satu sama lain.

Dan pertanyaan mengapa Damian tidak mudah melepaskan tahtanya demi Anya. Masalahnya itu bukan sekedar tahta atau jabatan serta kekuasaan. Melainkan karena tanggung jawab yang selama ini sudah Damian emban.

Malam ini kantor desa Ader begitu sepi. Bahkan tidak ada orang sama sekali. Biasanya anak-anak muda baik itu laki-laki maupun perempuan semuanya berkumpul di tempat ini. Sekedar mencari sinyal atau hanya untuk duduk bercengkrama dengan bermain gitar dilanjut bernyanyi bersama.

Namun untuk saat ini kantor desa begitu sepi. Damian berdiri seorang diri. Melihat desa Ader secara keseluruhan. Lampu-lampu dari setiap rumah rakyatnya yang kini sudah semakin baik. Keadaan desa jauh lebih hidup lagi setelah Damian ikut mengurus tentang perkembangannya.

Jalan raya sebagai sarana transportasi sudah diperbaiki. Beberapa infrastruktur desa dibangun dan dibenahi. Sekolah mendapatkan perlengkapan yang lebih memadai. Bahkan Damian menjamin akan ada guru yang mengajar di desa ini agar tidak tertinggal lagi dalam sistem pendidikan.

Semua itu semakin membuat Damian sadar. Kelak saat menjadi Raja Adelaide menggantikan sosok ayahnya. Apakah sudah layak? Apakah ia sanggup?

Masih banyak desa yang belum dia singgahi. Masih banyak desa lain seperti desa Ader yang harus ia lihat satu persatu.

Saat sibuk memikirkan itu semua, lagi-lagi kenyataan pahit menghantam dirinya. Ia belum bertemu dengan Anya selama satu Minggu ini. Besok sudah saatnya ia kembali namun sia-sia saja perjuangannya jika dalam perjalanan kembali itu tidak bersama dengan Anya.

Hampir tengah malam seperti ini apa Anya masih terjaga? Atau sudah memejamkan mata?

"Damian."

Mendengar suara yang begitu dirindukannya membuat Damian langsung membalikkan badan. Gadisnya datang.

Namun yang membuat Damian kesal adalah baju yang dikenakan Anya tidaklah tebal. Di sini sangat dingin. Udara malam hari tidak bagus bagi gadisnya. Tidak masalah Damian bisa memberikan pelukan apalagi ciuman agar Anya tetap hangat. Tetapi apa Anya mau?

"Kenapa kau belum tidur? Mengapa pula memakai pakaian seperti ini, di sini sangat dingin. Bisa-bisa yang ada nanti kau jatuh sakit," cecar Damian.

"Aku tidak bisa tidur," jawab Anya jujur.

"Mengapa?"

"Menunggu jawaban dari seseorang yang sampai detik ini sama sekali tidak memberikan jawabannya. Apa satu Minggu kurang lama untuk ia berpikir?" sindir Anya begitu halus. Damian hanya tersenyum.

Be My Lady Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora