9. Pemotretan

552 69 19
                                    

"Kau menyukainya?"

"Kak, mengejutkanku!" bentak Anya tidak sengaja saat mendengar suara Aitana tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya. "Sungguh, Kak. Jangan seperti itu lagi."

Aitana melipatkan kedua tangannya di dada, dengan santai tidak merasa bersalah ia berdasar pada dinding. Sedangkan Anya bersandar pada pembatas balkon. Balkon yang ada di dalam kamarnya.

"Aku tidak mengejutkanmu, aku sudah mengetuk pintu namun kau terlalu tuli. Itu sebabnya mengapa tidak mendengar saat aku masuk."

"Sekarang jawab pertanyaanku. Apa kau menyukainya?"

"Menyukai siapa?" tanya Anya balik.

"Jangan menguji batas kesabaranku, Anya."

"Aku tidak mengerti arah maksud pembicaraan ini, Kak."

"Damian. Kau menyukainya?"

"Entah," jawab Anya jujur. "Jika dia bisa memberikan aku cinta dan kasih sayang. Mungkin aku bisa memberikan hal yang serupa."

"Jadi atas dasar apa kau menerima lamaran itu? Jika kau jawab hanya karena itu lamaran pertamamu, maka kau benar-benar bodoh."

"Lantas Kakak sendiri bagaimana?"

Kini giliran Aitana yang hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Aku sudah bilang pada Ayah. Agnese juga telah memberikan alasannya. Tetapi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan."

"Antara Nilo dan Yugo, mereka sama-sama tidak mau melepaskannya. Pada akhirnya Yang Mulia Raja memberikan kesempatan untuk kami agar bisa dekat dan mengenal satu sama lain. Lagi pula bintang tamunya bukan aku atau Agnese. Tapi kau, Anya."

"Bersiaplah. Kau akan masuk ke dalam medan perang. Istana Valkyrie tidak seindah yang kau kira. Jangan terlalu percaya dengan Damian," tambah Aitana.

"Mengapa?"

"Karena dia tidak sebaik yang kau kira. Damian tetap Damian. Dalam hidupnya hanya ada tahta dan kerajaan. Tidak ada yang namanya cinta dan kasih sayang."

"Bagaimana kau bisa mengenal seseorang yang bahkan kau sendiri belum pernah bertemu dengannya, Kak?"

"Karena aku sudah bertemu dengannya, Anya. Beberapa kali tanpa aku sadar jika dia adalah seorang Putra Mahkota kerajaan ini. Daripada kau, aku mengenalnya lebih dahulu. Maka berhati-hatilah, kau percaya padaku bukan?"


Saat itu Aitana tidak mengetahui apa-apa. Baru saja tiba sudah diperlihatkan jika sekolah yang hampir ambruk itu tengah dalam renovasi besar-besaran. Apa iya secepat itu, pikirnya.

Namun saat melihat semua guru, murid dan warga yang ada disekitar situ. Wajah mereka yang cerita dan tersenyum merekah. Aitana sekarang percaya jika pihak kerajaan benar-benar mengabulkannya.

Ketika Aitana bertanya siapa yang mengurus ini semua. Dengan kompak semuanya menjawab jika lelaki kemarin yang melakukan obrolan dengannya datang dan memberikan semua ini. Berkata ini semua hadiah dari sang Putra Mahkota.

Beberapa kali Aitana kembali bertemu dengan sosok dia lelaki tersebut selama proses pembangunan sekolah berlangsung. Keduanya akan bertemu di sana untuk sama-sama saling memantau proses bangunan.

Tidak, Aitana bukan tipe gadis yang mudah jatuh cinta. Sedari awal Aitana tidak tertarik dengan apapun yang berbau kerajaan. Bahkan sekelas pengawal sekalipun, jika ia bekerja untuk kerajaan. Aitana tidak sudi untuk menerima sosoknya.

Lelaki itu memperlihatkan dirinya sebagai Gil. Lelaki yang telah membantunya untuk mengajukan sebuah permohonan dengan kata-kata menohok pada Sang Putra Mahkota.

Be My Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang