37. Damian Dan Keluarga Kecilnya

272 28 2
                                    

"Wow entah mengapa aku merasa jika Luc kelak besar nanti akan nampak terlihat seperti Ayahnya," ejek Nilo.

"Lihat saja wajahnya. Ia masih kecil tetapi ekspresinya sungguh mampu membuat orang sepertiku gemas ingin memukulnya. Sangat menjengkelkan, persis sama seperti Damian."

"Oh jangan lupakan fakta di mana hanya dia yang paling enggan untuk aku sentuh! Ya Tuhan padahal aku baru saja datang tetapi wajahnya langsung tidak bersahabat, atau kadang kala justru menangis."

Nilo yang masih berdiri bersilang dada. Menunjuk ke arah bayi mungil Luciano yang dipanggil Luc dengan bertanya-tanya. "Hei anak kecil. Salahku ini apa?"

"Kau memang sepantasnya untuk dimusuhi," balas Damian tidak terima anaknya diejek seperti itu.

Tidak salah. Apa yang Nilo katakan sudah sesuai dengan fakta. Luciano persis seperti Damian. Tidak ada hal pemberian Anya melekat pada anak laki-lakinya. Semua yang ada pada diri Luciano, pemberian Damian semua.

Oleh karena itu setiap kali bertemu dengan Nilo, benar, Luciano akan menampilkan wajah ketidaksukaannya. Jika tidak seperti itu biasanya akan menangis. Jangankan untuk Nilo bisa menyentuh Luciano. Lelaki itu baru datang saja sudah dilempari bendera perang oleh sang keponakan.

Berbanding terbalik dengan Lucresia, yang dipanggil dengan panggilan, Lu. Justru anak perempuan itu tidak bisa dekat dengan Ayahnya sendiri. Lucresia lebih mencintai Nilo daripada Damian. Begitu lekat sampai-sampai ada yang mengatakan jika Lucresia bukanlah anak Damian. Tetapi anak dari Nilo.

Lucresia akan dekat dengan Ayahnya jika tidak ada Nilo. Tetapi jika Damian tengah bermain dengan Lucresia lantas sosok Nilo datang. Maka reputasi sebesar apapun yang dimiliki Damian, akan kalah melawan Nilo. Mengenaskan...

Jika saja tidak teringat Anya melahirkan bayi kembar. Damian pasti sudah curiga Lucresia adalah anak dari adiknya. Bagaimana tidak? Lucresia tidak pernah tenang jika digendong olehnya. Selalu tidur dengan damai jika dalam gendongan Nilo.

Bahkan saat tertidur lelap saja. Damian hendak mengambil anaknya dari gendongan Nilo. Lucresia justru terbangun seakan memiliki alarm sendiri.

"Kau tidak ada pekerjaan? Mengapa selalu berkeliaran di sekitar ruangan anakku?" sungut Damian.

"Aku merindukan princess kecilku, apa salah?"

"Dia anakku Nilo."

"Dan siapa yang mengatakan dia anakku?" balas Nilo semakin membuat Damian jengkel.

Anya keluar dari kamar tidur anak-anakknya. Bergabung dengan pasangan kakak-beradik yang tidak pernah ada kata damai. "Mereka baru saja tertidur, sedari tadi sulit aku tenangkan karena sama-sama menangis."

"Jangan sampai keduanya terbangun karena ulah kalian. Aku sungguh lelah mengurusnya."

"Apa suamimu itu tidak memberikan pelayan serta pengasuh untuk membantumu mengurus Luc dan Lu?" sindir Nilo.

Damian rasanya ingin mengusir Nilo detik itu juga jika tidak melihat wajah lelah Anya mengurus anak-anaknya. "Aku jelas-jelas sudah memberikan banyak pelayan dan pengasuh, kau pun tahu fakta tersebut."

"Anya hanya tidak mau bergantung pada para mereka. Luc dan Lu harus tetap merasakan sentuhan dari Ibunya langsung."

"Dan akan selalu seperti ini?"

"Maksudmu?" tanya balik Damian. Anya pun tidak mengerti akan perkataan dari adik iparnya itu.

"Kalian akan tetap seperti ini? Ayok lah Ayah sudah mendesakku untuk melakukan pembicaraan dengan kalian pasal pengalihan kekuasaan. Ayah sudah ingin 'pensiun' menjadi Raja."

Be My Lady Where stories live. Discover now