16. Nilo & Aithana

384 46 3
                                    

"Aku sudah memberitahukan informasi ini kepada Ayah," ucap Arrio tiba-tiba. Fokusnya masih sama, menatap jalan raya yang ada di depannya.

Kini semua anak-anak keluarga Alegreya ada di dalam mobil. Semenjak kejadian barusan itu tidak ada obrolan apapun yang terjadi. Terkecuali baru saja tadi Arrio memecahkan keheningan di antara mereka.

Arrio sebagai supir, Aitana duduk berada di sebelahnya. Sedangkan Agnese dan Anya ada di belakang. Semenjak mengetahui fakta itu pula Anya berulang kali menatap takjub pada kakaknya itu.

Sekuat apa Agnese menanggung semuanya seorang diri. Berlindung dibalik mulut pedas dan tempramennya yang buruk. Agnese bahkan jauh lebih tangguh daripada Aitana.

"Keluarga kita masih memiliki harga diri. Jika ia hanya menikahi Anya sekedar untuk mengukuhkan kan dirinya sebagai pewaris. Lebih baik dibatalkan saat ini juga, sesegera mungkin."

Lagi-lagi hening tidak ada pembicaraan selanjutnya yang terjadi. Justru kini bukan hanya Anya saja yang melihat Agnese melalui kaca mobil atau ekor mata. Arrio dan Aitana juga sama.

Merasa, mereka berdua bukan kakak yang baik karena kurang mengerti akan Agnese. Sedangkan Anya, walaupun Aitana terkadang kasar, tetapi masih menyisipkan perhatian. Sedangkan Agnese, justru sering kali pertengkaran terjadi.

"Berhenti menatap kasihan pada diriku!" bentak Agnese. "Kembalilah seperti sikap kalian sebelumnya. Tidak perlu memberikan belas kasihan apalagi mendengar itu semua dari orang lain."

"Lantas kau mau kami memberikan apa? Uang? Bukankah uangmu sudah banyak?" sindir Aithana.

"Kau bahkan lebih kaya daripada aku. Lantas mengapa sejak awal tidak kau tolak saja lamaran dari pihak kerajaan dan melawan Ibumu yang kurang ajar itu."

"Kau pikir Ibuku mudah dilawan? Kau kira Jorgina wanita lemah yang sekali pukul bisa jatuh? Kau harus merasakannya terlebih dahulu sekeras apa tamparan yang selalu dia berikan agar tahu se-mengerikan apa dia."

"Lantas jika kau tidak mau menjadi menantu di keluarga kerajaan mengapa masih saja mengerja Nilo?"

Agnese menatap penuh ejekan pada kakaknya. "Kenapa? Kau cemburu?"

"Oh Tuhan! Kau benar-benar pandai memancing emosi. Bagaimana bisa aku peduli pada dirimu. Saat kau saja sering memancing diriku untuk beradu mulut!"

"Kau bodoh, Kakak," ejek Agnese.

"Kau benar-benar mencintai Nilo?" tanya Anya.

Agnese hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Sejujurnya aku tidak memiliki rasa apapun. Aku akui, pesona Nilo sulit untuk ditolak. Banyak client-ku yang sering membicarakan tentang dia."

"Tidak ada rasa cinta, hanya ada rasa penasaran dan aku sudah merasakannya. Dia memang bajingan, tetapi pada aslinya dia hanyalah seorang malaikat yang terjebak dalam tubuh seorang iblis."

"Sedangkan Yugo. Dia begitu baik, aku hanya ingin ia menjauhi diriku. Sejak awal aku bersikap kasar padanya agar dia mau menjauh. Tetapi Yugo tidak mengerti. Dia justru semakin dekat dan baik. Dan itu membuat diriku takut."

"Mengapa?" tanya Arrio yang kini membuka suara.

"Jika aku menikahi Yugo. Maka Ibuku akan mengontrol dirinya. Memperlakukan Yugo sebagai boneka. Bisa-bisanya kedepannya Yugo akan melawan keluarganya sendiri. Aku tahu sifat licik dan jahatnya ibuku."

"Yugo begitu baik hatinya. Aku tidak bisa membuat lelaki itu terluka dan terjebak memiliki mertua seperti Jorgina."

"Itu sebabnya mengapa kau menginginkan Nilo sebagai pasanganmu?" tanya Aitana.

Be My Lady Where stories live. Discover now