16. Kupu-kupu Pembawa Pesan

66 64 7
                                    

"Kau yakin sudah menemukan Hwan Min dan puterinya?"

"Iya Sajangnim. Aku sudah menyelidikinya. Putrinya membuka sebuah toko bunga di Pasar Seomun yang diberi nama Sun Flower Shop. Mereka ternyata tidak pernah meninggalkan Daegu seperti apa yang dikabarkan. Mereka hanya sering berpindah-pindah rumah karena masalah ekonomi."

"Apakah kau sudah menemukan rumahnya sekarang?"

"Iya Sajangnim. Saat ini mereka tinggal di kawasan Jung-gu. Mereka hanya tinggal berdua. Rumahnya tidak terlalu sempit untuk dihuni dua orang."

"Apa kau sudah menyelidiki kegiatannya?"

"Anaknya setiap hari berada di toko dan ibunya sehari-hari berada di rumah karena puterinya tidak mengizinkan ia bekerja. Dua hari yang lalu ibunya pergi ke rumah sakit Dongsan."

"Apa dia sakit?" wajahnya tampak cemas.

"Aku sudah bertanya pada dokter di sana. Katanya ia memiliki penyakit jantung yang sudah kronis. Seharusnya ia mendapatkan perawatan intensif, tetapi karena ia tidak ingin di rawat di rumah sakit, akhirnya ia menjalani rawat jalan."

Pria itu menghela nafas panjang sambil terus memandangi foto seorang wanita yang sedang duduk tersenyum bersama puterinya. Wanita itu masih terlihat cantik diusianya yang sudah berumur empat puluh lima tahun. Rambutnya hitam pendek sebahu, bola matanya bulat alami, hidungnya mancung, dan senyumannya masih terlihat manis. Senyuman yang tidak bisa dilupakan oleh pria itu.

Pria itu tampak sudah membulatkan tekadnya kali ini dan tidak akan mundur lagi. Ia sudah tidak takut lagi. Ia tidak ingin menjadi seorang pengecut yang terus bersembunyi di balik tabir masa lalu. Ia sudah berjanji akan memperbaiki dosanya di masa lalu. Dosa lima belas tahun yang lalu, yang mungkin saja tidak bisa dimaafkan oleh orang yang ada dalam foto yang ia genggam saat ini.

"Siapkan mobil! Kita akan pergi sekarang!"

"Iya Sajangnim," anak buah itu pun langsung pergi keluar dari ruangan dan berpapasan dengan anak laki-laki sajangnimnya. Ia langsung menunduk memberi hormat.

***

Ibu Sun keluar dari pintu rumahnya. Ia melihat ada kupu-kupu hinggap di dekat jendelanya yang kemudian terbang menjauh. Ia kemudian mengunci pintu dan berjalan menuju pagar. Hari ini hari rabu dan setiap hari rabu ia harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya. Mobil hitam yang parkir di depan rumahnya menghalangi jalannya. 

Ibu Sun pun bermaksud menegur pemilik mobil yang sudah memarkir mobilnya sembarangan. Saat ia ingin mengetuk kaca mobil, seorang pria berjas hitam keluar dari dalam mobil. Ibu Sun terkejut setengah mati melihat pria yang keluar dari dalam mobil. Matanya melotot keluar. Wajahnya langsung pucat. Kedua tangannya membekap mulutnya yang menganga karena terkejut.

Ia sangat mengenal sosok pria itu. Pria dengan garis mata yang tegas, hidung yang mancung, kulit yang kecoklatan dengan garis-garis keriput yang sudah mulai terlihat di sekitar lehernya. Semua yang terlihat olehnya tidak ada satu pun yang berubah. Sosok pria itu masih sama dengan yang dulu. Hanya tatapan matanya saja yang sudah berubah.

Tatapan matanya saat ini adalah tatapan sendu yang menyiratkan banyak kesedihan selama masa hidupnya, bukan lagi tatapan yang menakutkan seperti dulu. Setiap orang yang melihatnya dulu selalu tidak berani menatap matanya secara langsung karena takut dengan tatapan mematikan yang dimiliki pria itu.

"Annyeonghaseyo!" pria itu membungkuk untuk memberi salam, "Sudah lama ya?"

"Kau...kau...ke..napa bisa ada di sini? Bukan...kah kau sudah pindah ke Jepang?" ucap Ibu Sun terbata-bata. Ia tidak percaya pria yang tidak ingin dia temui tiba-tiba ada di hadapannya.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now