9. Saat Aku Memandang Punggungmu

48 43 10
                                    

Suara musik di dalam ruangan sungguh memekakkan telinga Sun. Ia mengikuti gangster itu melewati orang-orang yang sedang menari-nari sambil mabuk-mabukan. Mereka terkadang menari sambil meraba-raba tubuh para wanitanya. Ia harus berjalan dengan menghindari beberapa lelaki hidung belang yang memandangnya dengan pandangan penuh nafsu. Beberapa lelaki yang sedang menari mencoba meraba pantat Sun. Tapi untung saja Sun selalu berhasil menghindar. Sun memandang mereka dengan pandangan jijik.

Sun melihat orang-orang yang duduk di ruangan-ruangan yang di sekat dengan dinding pembatas yang tipis dan ditutup dengan kerai kain transparan sehingga kita hanya bisa melihat bayangan mereka. Mereka tampak seperti tamu VIP yang diberikan pelayanan terbaik oleh pemilik tempat hiburan itu. Beberapa pasang pria dan wanita di dalam ruangan-ruangan itu terlihat berciuman tanpa tahu malu. Orang-orang sampah! Tempat ini benar-benar menjijikkan. Sun tidak habis pikir ada banyak sekali orang-orang seperti ini di dunia.

Sun dibawa masuk ke salah satu ruangan. Di ruangan itu hanya ada seorang lelaki tua yang usianya sekitar 50 tahunan. Ia mengenakan jas hitam lengkap dengan kalung dan gelang berwarna emas yang menyilaukan mata. Jam tangan berwarna emas yang dikenakan pria itu juga tak luput dari pandangan Sun. Rambutnya yang diminyaki dan senyumannya seperti binatang buas yang siap memangsa mangsanya. "Dasar tua bangka! Apa kau tidak ingat anak dan istrimu di rumah? Lelaki hidung belang!" maki Sun dalam hati.

"Bos!" ucap gangster itu sambil sedikit membungkuk. Ia kemudian menghampiri pria itu sambil berbisik sesuatu di telinganya, "Aku membawa gadis yang kujanjikan waktu itu. Gadis ini sangat cantik bukan?"

Pria itu tampak tersenyum puas mendengar perkataan si gangster, "Akan kuberikan bonus ganda untukmu," ia kemudian tertawa keras. Sun langsung ketakutan mendengar suara tertawa pria itu.

Gangster itu meninggalkan ruangan. Sun tampak ketakutan ditinggal berdua dengan lelaki hidung belang seperti ini. Tapi ia tidak perlu khawatir karena gangster itu berjanji kalau Sun hanya menemani pria itu minum dan karaoke di sana. Jadi tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi. Sun terus mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Yaa! Sampai kapan kau mau berdiri di sana?" tanya pria itu. "Duduk!" tangannya menepuk-nepuk sofa di sebelahnya sambil tersenyum. Senyumannya membuat Sun merasa jijik berdekatan dengan pria itu.

Sun berjalan menuju sofa itu sambil menundukkan kepalanya. Tangan sebelah kanannya tetap memegangi dadanya dan tangan kirinya menurunkan gaunnya yang sangat minim. Ia duduk agak jauh dari pria itu. Kepalanya celingukan mencari bantal duduk untuk menutupi gaunnya yang minim.

Belum sempat Sun menemukan bantal duduk, ia sudah dikejutkan dengan tangan pria itu yang tiba-tiba meraba pahanya. Tangannya menyingkirkan tangan pria itu dengan pelan sambil tersenyum paksa. Jantungnya langsung berdetak kencang. Keringat dingin mulai menetes di dahinya. Ia mengelap keringat yang menetes dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya tetap memegangi dadanya.

Pria itu bergerak mendekat ke arah Sun. Ia meletakkan tangannya di pundak Sun. Sun langsung menghindar dengan memajukan posisi duduknya dan mengambil botol soju. Ia menuangkan soju ke gelas kecil dan memberikannya ke pria itu.

"Ahjussi, silahkan diminum!" ucap Sun dengan senyum yang memaksa.

"Aaa! Kau rupanya ingin bermain-main dulu denganku," pria itu langsung mengambil gelas soju dan meminumnya. "Tambahkan aku segelas lagi!"

Tangan Sun tampak gemetar ketika mengisi kembali gelas soju itu.

Pria itu kembali meletakkan tangannya di pundak Sun, tetapi kali ini Sun tidak bisa menghindar karena pria itu mencengkram erat pundaknya. Ia memandangi Sun dari atas sampai bawah dan kembali meraba paha Sun. Sun benar-benar ketakutan setengah mati. Ia langsung bangun dari tempat duduknya. Gangster itu telah menipunya. Ia telah menjual Sun pada lelaki hidung belang ini.

A Thousand Tears in DaeguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang