5. Benang Merah yang Mengikat

110 89 16
                                    

"Terima kasih" ucap Sun sambil membungkuk kepada lelaki yang membantunya membawakan pot-pot bunga, "Aku tidak seharusnya merepotkanmu," Sun tersenyum tulus, "Tunggu sebentar!" Sun berlari masuk ke dalam toko.

Ponsel lelaki itu berbunyi, "Hallo? Aaa Hyuk...aku? Aku sekarang di depan..." lelaki itu melihat papan nama toko Sun, "Sun Flower Shop yang ada di seberang salon."

"Kim Seung Joon!" teriak seorang laki-laki dari seberang jalan. Ia melambai-lambaikan tangan kanannya.

"Aaa Hyuk!" teriak lelaki di depan toko Sun. Begitu ia melihat Hyuk, ia langsung berlari menyebrang jalan.

Hyuk langsung melingkarkan tangannya di bahu Joon, "Kau ini kenapa bisa janjian di sini?" Hyuk menertawakan sepupunya. Mereka masuk ke dalam mobil Hyuk.

"Aku sedang mencari seseorang, kupikir akan bertemu dengannya di sini," Joon menggaruk-garuk kepalanya. Joon baru saja tiba dari Jepang kemarin.

Sudah lima belas tahun ia dan ayahnya meninggalkan Daegu dan tinggal di Jepang. Ia tidak mengerti ketika ayahnya tiba-tiba mengajaknya kembali lagi ke Daegu. Daegu merupakan kota terpahit bagi ayahnya. Ada banyak kenangan menyakitkan yang disimpan di Daegu. Entah alasan apa yang membuat ayahnya kembali lagi ke kota itu.

"Lalu, kau bertemu dengan orang yang kau cari?"

"Tidak," pandangan Joon melihat ke luar jendela.

"Hei, gadis Jepang cantik-cantik tidak?" tanya Hyuk sambil menyetir. Ia memang terkenal playboy di Daegu. Semua gadis cantik yang ia temui pasti ia rayu. Kim Joo Hyuk adalah sepupu Joon. Sejak kecil, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Maklum saja, Hyuk anak tunggal dan hanya Joon satu-satunya sepupu yang ia miliki. Berbeda dengan Joon, Hyuk tipe orang yang mudah dekat dengan semua orang dan termasuk tipe lelaki yang bawel.

"Tidak ada yang cantik, biasa-biasa saja," ucap Joon datar. Ia memang tidak mudah tertarik dengan wanita.

"Ahhh kau ini, apa semua gadis di dunia ini tidak ada yang cantik menurutmu?" Hyuk menggeleng-gelengkan kepalanya. "Paman menyuruhku untuk cepat mencarikanmu kekasih, apa kau mau..."

"Astaga!" umpat Joon dengan pelan tetapi Hyuk masih mendengarnya.

"Ada apa?" tanya Hyuk menoleh ke arah Joon.

Gadis tadi. Ia pasti sekarang mencariku, pikir Joon. Ia baru teringat dengan gadis yang ia tolong tadi. Wajahnya tampak sangat familiar dalam ingatan Joon. Ia mencoba menggali ingatan-ingatannya lagi, tapi tidak menemukan sosok gadis yang ia temui tadi.

Sun keluar toko dengan membawa sekaleng hot coffee. "Ke mana lelaki itu?" Sun menoleh ke kanan dan kiri tokonya dan ke ujung jalan tetapi tidak menemukan laki-laki yang tadi membantunya. Ia pun melihat kaleng hot coffee yang ia pegang. Kenapa ia pergi begitu saja? Aku bahkan belum menanyakan namanya.

***

"Kita bicara sebentar!" suara yang berat terdengar dari ujung koridor rumah Joon. Tampak ayahnya memanggil Joon yang sedang berjalan di koridor rumahnya bersama Hyuk. Joon menghampiri ayahnya. Hyuk pun mengikutinya dari belakang.

"Besok bisakah kau mewakiliku menghadiri pembukaan pameran lukisan di galeri kita?" tanya Tuan Kim. Ayahnya adalah pemilik Daegu Arts Center. Tuan Kim membangun bangunan itu untuk mengenang mendiang istrinya. Ibu Joon sangat suka melukis. Ibu Joon sudah meninggal sejak Joon masih kecil. Ibunya meninggal karena terkena penyakit kanker hati. Sejak ibunya meninggal, Joon tidak banyak bicara dengan ayahnya. Ia seperti menutup diri. Joon adalah seorang anak yang penurut. Ia malas jika harus bertengkar dengan ayahnya sehingga ia selalu menuruti semua perintah ayahnya.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now