3. Lelaki Teraneh

132 96 46
                                    

'Tak pernah aku bertemu laki-laki sepertimu'

"Apa kau bilang? Satu bulan?" Yeol bangun dari kursinya. Apa perempuan ini sudah gila? Ini namanya pemaksaan.

"Kau harus mengganti semua kerugianku. Dasar lelaki tidak bertanggung jawab! Kau mau kabur begitu saja khan?" Sun menuding-nuding muka Yeol dengan jari telunjuk kanannya.

Laki-laki tidak bertanggung jawab? Apa-apaan maksudnya? Yeol geram mendengar perkataan Sun , ia tidak ingin dibilang sebagai lelaki tidak bertanggung jawab, ia pun duduk kembali, "Baik.. baik.. satu minggu. Hanya satu minggu. Aku akan bekerja di sini selama satu minggu," Yeol mengajukan penawaran.

"Satu bulan! Kau harus bekerja di tempatku selama satu bulan!" Sun tetap pada pendiriannya. Kalau Yeol hanya bekerja selama satu minggu, nanti siapa yang akan membantunya di toko. Sun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk meraup uang pada hari valentine. Aku harus memanfaatkan lelaki ini. Harus!

"Apa kau sudah gila? Aku hanya merusak beberapa pot bungamu. Kenapa aku harus bekerja di sini selama sebulan? Aku akan membayarnya nanti tapi tidak dengan bekerja di sini selama satu bulan," Yeol berdiri dari kursinya dan melangkah ke pintu keluar.

Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Di saat-saat seperti ini otak Sun harus berpikir dengan cepat. Ia langsung mengambil keputusan. Ia pun mulai meneteskan air mataya perlahan sambil sedikit menangis sesenggukan, "Kumohon bantulah aku! Kurir pengantar bungaku sedang menengok istrinya di Gwangju. Aku tidak tahu kapan ia akan kembali. Aku tidak bisa bekerja sendiri. Anggaplah kau sedang membantu gadis yang kesusahan," ucap Sun memohon sambil menggesek-gesek kedua tangannya ke arah Yeol. Aktingnya kali ini ia harap bisa menggugah hati lelaki di hadapannya.

Yeol langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang. Tidak tega melihat orang kesusahan. Ia menghela nafas pelan lalu mengalihkan pandangannya ke sekeliling toko dan matanya tertuju pada satu ruangan di belakang Sun.

"Baiklah. Aku akan membantumu. Tapi..." Yeol mendekat ke arah Sun. Ia melewati Sun dan berjalan ke arah ruangan yang ada di belakang Sun. Ia membuka pintunya dan masuk ke dalam.

"Hei! Mau apa kau?" Sun berusaha menghalangi Yeol.

"Izinkan aku tinggal di sini!" pinta Yeol. Ruangan itu dipenuhi sarang laba-laba dan debu di mana-mana.

"Hah? Kau bercanda khan?" Sun tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut Yeol.

"Apa ini gudang?" tanya Yeol sambil menyingkirkan sarang laba-laba yang ada di depannya. Sun mengangguk.

"Hei! Kau tidak bisa... Hei!!!" Sun mengikuti Yeol di belakang sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Ruangan ini tidak terpakai kan?" Yeol menoleh ke arah Sun.

Sun berjalan menghadang Yeol, "Ruangan ini memang tidak terpakai, tapi kau tidak bisa tinggal di sini!" Sun takut kalau nanti ibunya tahu kalau ia menyembunyikan seorang pria di tokonya. Habislah ia nanti. Pasti penyakit jantung ibunya bisa kumat lagi.

"Kenapa? Kau bilang ruangan ini tidak terpakai," papar Yeol.

"Aaa.. tidak... tidak...pokoknya kau tidak bisa tinggal di sini," Sun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat seperti kepala boneka yang baru saja diganti baterainya.

"Yasudah, kalau aku tidak boleh tinggal di sini, aku juga tidak akan bekerja di sini," Yeol keluar dari ruangan itu.

"Kau harus membantuku di sini!" Sun kebingungan. Ia harus berpikir dengan cepat apa yang harus ia lakukan sekarang. Jangan sampai ia salah menentukan pilihannya. Sedetik, dua detik, tiga detik, otaknya terus berpikir dengan matang.

A Thousand Tears in DaeguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang