14. Menggali Kepingan Kenangan

38 37 2
                                    

"Benar ini rumahnya?" tanya Sun memandangi pagar kayu yang berada di depannya. Ia mengintip ke dalam pekarangan rumah itu. Rumah yang terlihat sangat asri. Sepertinya pemiliknya merawat tanaman-tanaman di pekarangan dengan sangat baik. Tetapi rumah itu terasa sepi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.

Yeol melihat secarik kertas berisi alamat yang dipegangnya. Benar ini rumah 322-4 yang ada di Songpa-gu. Alamat yang ia dapat dari wanita setengah baya yang ada di panti asuhan tadi.

"Ah, sejak Han Se Oh meninggal, semua barang-barangnya dibawa semua oleh adiknya. Ia bilang akan disumbangkan atau apa ya? Aku lupa waktu itu ia mengatakan apa. Kalau kalian ingin ke sana, aku ingat alamatnya," ucap wanita setengah baya itu sambil mengambil kertas dan menuliskan alamat tempat adik Han Seo Oh tinggal.

Yeol menggaruk-garuk kepalanya. Matanya kemudian mencari letak bel pintu. Ia pun menemukan bel pintu di sebelah kiri dalam pagar rumah itu. Ia menekan bel pintu itu dua kali.

Ting Tong.....Ting Tong

Selang lima menit seorang wanita berusia 70 tahunan yang tampak sudah keriput keluar dari dalam rumah dan membukakan pagar untuk Yeol dan Sun.

"Siapa?"

"Annyeonghaseyo!" ucap Yeol dan Sun serempak sambil memberikan hormat.

Yeol menceritakan kepada wanita itu maksud kedatangannya. Ia pun memberitahu kalau Han Seo Oh dulu yang telah memungut dan mengasuhnya. Wanita itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia menikmati cerita demi cerita tentang kakaknya. Ia serasa mengenang kembali kakaknya yang masih hidup.

"Apakah Halmoni masih memiliki tas ransel merah itu?" Yeol bertanya dengan penuh harap.

"Sebentar!" wanita itu berjalan dan menghilang di balik pintu. Sepertinya pintu itu adalah pintu kamarnya. Ia keluar dengan membawa sebuah tas ransel merah sudah terlihat usang dan berdebu.

Yeol dan Sun saling bertatapan, mereka tersenyum lebar seakan telah menemukan harta karun. "Kita berhasil menemukannya!" tangan Sun meraih tangan Yeol. Yeol yang merasa kikuk langsung melepaskan tangan Sun. Yeol kemudian mengulurkan tangannya mengambil tas ransel merah itu. Jantungnya berdetak kencang saat ia memegang resleting tas itu. Membuka isi dari tas ransel itu berarti ia sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Eonni mengatakan kalau ia tidak pernah membuka isi tas ini karena kau tidak membolehkannya membukanya. Sebelum meninggal, ia berpesan agar menyerahkan ini padamu. Ia mengatakan padaku kalau orang tua kandungmu pasti orang Daegu, karena ketika kecil logat asli Daegumu terdengar kental sekali. Kau pasti orang asli Daegu."

Yeol dan Sun langsung menoleh bersamaan.

"Aku sebenarnya sudah mencarimu di seluruh Seoul, tapi aku tidak menemukanmu. Kurasa suatu saat kau pasti akan kembali lagi. Ternyata benar kau kembali lagi," wanita itu tersenyum ramah.

Yeol terdiam. Wajahnya terlihat sedih. Ia memang tidak pernah ingin membuka tas ransel itu seperti ia ingin mengubur semua kenangan-kenangannya saat ia masih kecil. Ia pun membuka tas itu dan melihat ke dalamnya. Tas itu hanya berisi dua buah kaos anak-anak, sebuah topi biru dengan warna yang sudah pudar, dan sebuah tempat pensil berwarna biru dengan coretan di mana-mana. Di bagian kiri tempat pensil itu terdapat coretan sebuah nama, Kim Seung Yeol.

***

Yeol berjalan dengan langkah pelan sambil memegangi tas ransel merah kecilnya. Kakinya terasa enggan untuk berjalan. Tatapan matanya terlihat kosong. Rohnya seakan pergi entah ke mana meninggalkan badannya yang terombang-ambing saat ini. Sun merasakan kesedihan di mata Yeol.

Ia menatap punggung Yeol yang terlihat besar namun rapuh. Yeol memang terlihat cukup kuat menghadapi goresan-goresan luka dalam hatinya, tapi Sun tahu kalau hati yang tergores itu pasti akan terasa sakit. Membawa Yeol mencari masa lalunya sama saja membawanya membuat goresan luka baru dalam hatinya. Goresan luka sepi yang menyakitkan.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now