20. Kenapa Selalu Membuatku Khawatir?

35 31 2
                                    

Yeol melihat ke arah pintu masuk Sun Flower. Ia kemudian membuka pintu dan keluar dari dalam Sun Flower. Wajahnya celingukan memandang sisi kanan dan kiri jalanan. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeansnya kemudian menghentak-hentakkan kedua kakinya ke tanah untuk menghilangkan rasa bosan yang menyerang dirinya. Wajahnya menatap ke sisi kanan dan kiri jalan lagi. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana jeansnya. Tidak ada panggilan masuk maupun pesan. Kenapa ia tidak memberi kabar kepadaku?

Sudah tiga hari Sun tidak datang ke Sun Flower. Ia juga tidak memberi kabar kepada Yeol. Apa ia marah padaku? Apa ia mengurung dirinya di rumah? Jangan-jangan ia sakit? Tidak mungkin. Badannya itu sangat kuat. Yeol mengangguk-anggukkan kepalanya. Tapi bagaimana jika ia benar-benar sakit? Atau dia tidak mau menemuiku lagi? Tapi ini khan tokonya. Tidak mungkin ia tidak datang lagi ke sini.

"Aarrghhh kenapa aku harus peduli padanya?" teriak Yeol. Ia masuk lagi ke dalam toko, membalik tulisan open yang ada di pintu dan menggantinya dengan tulisan close.

Yeol berjalan masuk ke dalam kamarnya dan memandang matras yang ada di sudut ruangan. Kenangannya kembali saat Sun tertidur di sana setelah Yeol menyelamatkannya dari klub malam. "Arrrgghhh kenapa aku terus teringat padanya?" Yeol berteriak sambil mengacak-acak rambutnya. Ia membanting badannya ke atas matras dan mencoba memejamkan matanya, mencoba menghipnotis dirinya sendiri agar tidak teringat Sun lagi.

"Arrgghhh kenapa wajah cerewet itu selalu saja muncul?" Yeol bangun dan menghentak-hentakkan kakinya di atas matras.

Ia berdiri, mengambil nafas panjang, dan mengambil jaketnya yang ia gantungkan di belakang pintu kamarnya. Ia menekan tombol yang ada di ponselnya dan menelpon Hyeon.

"Hyeon. Ini aku Yeol. Bisakah kau memberikan padaku alamat Sun?... Ah aku mengerti. Terima kasih," Yeol mematikan teleponnya dan berjalan ke arah pintu keluar toko.

Tepat saat Yeol membuka pintu toko, Sun datang. Yeol menghentikan langkahnya karena terkejut. Kedua kakinya lalu mundur satu langkah saat Sun masuk ke dalam toko. Ia membalikkan badannya dan berjalan menuju kamar gudang. Tetapi langkahnya langsung berhenti mendengar teriakan Sun yang memekikkan telinganya.

"Yaa! Apa kau tidak mengganti tulisan ini?" tangan Sun menunjuk-nunjuk papan yang tergantung pintu yang bertuliskan close.

"Oh itu...Kenapa kau...bisa ada di sini?" Yeol menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. Tapi kemudian tersenyum senang. Syukurlah, ia sudah kembali seperti biasa.

Teriakan Sun membuyarkan lamunan Yeol, "Jawab aku! Jangan-jangan selama ini kau tidak membuka tokoku?" Sun terus mencerca Yeol dengan pertanyaannya serta pandangannya yang menusuk-nusuk Yeol.

"Tidak..aaa..aku tadi sedang..."

"Sedang apa?" Sun memotong perkataan Yeol. Ia mendekat ke arah Yeol. Melihatnya dari atas sampai bawah dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tumben kau rapi sekali. Kau mau pergi ke mana?" Sun meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Memangnya aku tidak boleh berpakaian rapi. Aku baru saja..."

Sun memotong pernyataan Yeol, "Ckckckckck..kau ini sudah kuberi kepercayaan menjaga toko malah pergi meninggalkan tanggung jawabmu begitu saja. Apa kau ingin makan gaji buta?" Sun masih terus mengomel tanpa henti.

"Yaa! Kenapa kau selalu saja memotong ucapanku? Aku baru saja mau menjelaskannya kepadamu! Kenapa kau tidak pernah memberikan kesempatanku berbicara?" berontak Yeol. Nada suaranya semakin lama semakin meninggi.

"Sudah salah masih berani berteriak kepadaku. Kau ini memang lelaki tidak bertanggung jawab," cibir Sun.

"Tidak bertanggung jawab apanya? Aku baru saja ingin menjengukmu!" Emosi Yeol yang tersulut itu membuatnya kelepasan bicara. Dalam sekejap ia langsung membalikkan badannya.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now