24. Betapa Aku Merindukanmu

28 27 2
                                    

Yeol terbangun dengan kepala menempel di atas meja dan kedua mata yang mengerjap-ngerjap. Ia mengangkat tubuhnya yang terasa berat. Kepalanya pusing. Ia ingat kemarin malam ia minum sampai tengah malam hingga tubuhnya ambruk. Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kulkas. Ia mengambil sebotol air putih dan meneguk isinya sampai habis.

Pikirannya lalu teringat pada kejadian semalam. Saat ia mencoba memutuskan untuk mengikuti Sun dari toko menuju taman di dekat sungai Geumho. Ia tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Sun dan Joon. Pembicaraan yang memicu perdebatan serta pertengkaran antara kedua orang itu. Hati Yeol masih terasa hangat saat teringat Sun membelanya.

"Sun ...." ia langsung tersadar begitu mengetahui Sun Flower Shop tidak ada orang.

Matanya yang masih terbuka setengah melihat ke arah jam dinding di atas meja kasir. Ia lalu melangkah gontai menuju pintu toko dan pintu toko itu masih terkunci. "Kukira ia sudah datang. Tumben sekali, sudah jam segini ia belum datang juga?" Yeol mengambil ponselnya dan langsung menekan panggilan cepat pertama, yaitu nomor ponsel Sun.

"Yeoboseyo," suara Sun terdengar jelas dari seberang telepon.

"Yaa! Kau di mana? Dasar pemalas! Apa kau tidak niat membuka toko? Kenapa kau belum datang juga?" Yeol terus menyemprot Sun. Entah kenapa Yeol yang tadinya tidak banyak bicara jadi suka sekali mengomeli gadis itu.

"Kau buka toko saja duluan! Rumahku semalam kemasukan maling, jadi aku..."

"Kemalingan?" Yeol langsung memotong perkataan Sun. Kedua matanya kini terbuka lebar mendengar berita dari seberang telepon.

"Apa polisi sudah datang ke sana? Aku akan datang ke sana sekarang!" Yeol dengan cepat menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban dari seberang telepon.

Ia berlari ke dalam kamar gudang dan langsung menyambar jaket yang ada di atas tempat tidurnya. Tepat selangkah sebelum Yeol keluar dari dalam toko, Yeol memberhentikan langkahnya.

Apa yang kulakukan? Kenapa aku khawatir padanya? Yeol terdiam. Sejenak ia ragu untuk pergi ke rumah Sun, tapi sejenak kemudian ia melangkahkan kedua kakinya lagi. Ia bolak balik melakukan hal yang sama selama beberapa menit sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah Sun.

Setengah jam kemudian, Yeol sudah berada di depan rumah Sun. Nafasnya tersengal-sengal karena berlari dengan kencang. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari. Ia membungkukkan badannya dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua dengkulnya.

Ia mengatur nafasnya yang tidak karuan sambil menyeka bulir-bulir keringat yang menetes dari pelipisnya. Saat mendongakkan kepalanya, ia melihat Joon yang juga berlari keluar dari dalam mobilnya dengan tergesa-gesa. Ah, kenapa aku harus bertemu dengannya di saat seperti ini?

Tatapan mata Yeol dan Joon beradu. Mereka saling menghela nafas pelan seolah tidak menyukai kehadiran satu sama lain. Yeol ingat kejadian yang kemarin telah terjadi dan ia tampak belum siap untuk bertemu Joon. Begitu juga dengan Joon.

Setelah perdebatannya dengan Sun semalam, ia banyak merenung dan berpikir tentang akan seperti apa hubungannya dengan Yeol. Joon butuh waktu. Hanya dengan waktu ia dapat memaafkan kakaknya. Hanya dengan waktu ia dapat perlahan melupakan kejadian lima belas tahun yang lalu.

Sun berjalan di halaman rumahnya menuju pintu gerbang dengan dua orang polisi. Sun tampak mengangguk-angguk pelan tanda ia mengerti perkataan salah seorang polisi yang sedang berbicara.

Saat ia tiba di gerbang untuk mengantar kepergian kedua orang polisi, Sun melihat Joon dan Yeol sedang saling menatap dengan nafas yang terengah-engah dan keringat yang membasahi baju mereka.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now