25. Ingatan yang Hilang

55 49 5
                                    

Langkah kaki Sun terdengar ribut melangkah menuruni tangga dengan cepat, berpacu dengan suara dering telepon yang sejak tadi berdering nyaring tetapi tidak ada yang mengangkat telepon itu. Sun menengok ke sekeliling ruangan keluarga tempat di mana telepon rumah Joon berada.

Seorang wanita tengah baya yang sudah tampak menua dengan keriputnya meraih gagang telepon dengan cepat dan menjawab telepon sambil memandang ke arah Sun. Wanita tengah baya yang merupakan pengurus rumah itu tampak menundukkan kepalanya saat melihat Sun yang sedang memandangnya.

"Yeoboseyo! Oh tuan muda sudah pergi sejak tadi," jawab pengurus rumah yang biasa dipanggil Bibi Jung itu. "Tuan muda Yeol? Sepertinya ia juga ikut bersama tuan muda. Iya...baik tuan," sahut bibi Jung sambil menutup teleponnya.

"Siapa yang menelpon?"

"Oh," bibi Jung membalikkan badannya ke arah Sun , "Tuan besar. Ia menanyakan tuan muda Joon dan Yeol."

"Memangnya ke mana mereka berdua pagi-pagi begini?" Sun memandang bibi Jung dengan penuh tanya. Ia memang baru selesai mandi dan langsung turun ke lantai bawah saat mendengar dering telepon yang tidak kunjung diangkat.

"Tuan besar menyuruh mereka datang ke pembukaan acara lelang lukisan. Sepertinya tuan besar ingin mengenalkan tuan muda Yeol pada rekan-rekannya. Tuan besar..."

Belum sempat bibi Jung menyelesaikan perkataannya, telepon rumah berdering lagi dan ia langsung mengangkat gagang telepon lalu menempelkan di telinganya. Bibi Jung langsung menatap Sun yang berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh cemas sambil terus membiarkan orang yang ada di seberang telepon berbicara. 

Ia tidak dapat berkata apa-apa setelah menutup teleponnya. Kedua tangannya gemetar dan mulutnya terasa kaku untuk menyampaikan kabar yang baru saja ia dengar dari seberang telepon.

"Tu...tu...tuan muda. Mereka mengalami kecelakaan."

Lutut Sun mendadak lemas. Ia berpegangan pada salah satu lengan bibi Jung. Tenaganya seolah tersedot hingga tak bersisa. Wajahnya pucat seakan aliran darahnya terhenti begitu saja. Berbagai kemungkinan terburuk mulai meracuni pikiran Sun. Ia mulai berpikir hal yang tidak-tidak. Tapi dengan segera, ia langsung mengusir pemikiran-pemikiran bodoh tesebut. Ia mencoba bersikap tenang.

"Kau telepon Tuan Kim! Aku akan langsung ke rumah sakit," tanpa menunggu jawaban dari bibi Jung, Sun berlari menuju kamarnya. Mengambil jaket dan tasnya.

***

Kaki Sun tidak berhenti berlari setelah turun dari taksi. Ia berlari sekuat tenaga menuju lobi rumah sakit. Dirinya terlalu cemas sampai-sampai ia tidak sengaja membentak resepsionis yang mencoba mencari daftar pasien yang bernama Joon dan Yeol. Saat tahu mereka berada di ruang UGD, Sun kembali berlari menuju ruang UGD.

Saat masuk ke dalam ruang UGD, kaki Sun langsung berhenti melangkah. Ia tidak suka rumah sakit karena hal itu akan mengingatkannya kembali pada ibunya yang meninggal di rumah sakit. 

Sun dapat melihat tirai-tirai pembatas berwarna hijau yang membatasi ranjang-ranjang yang ada di ruang UGD. Ia dapat melihat Joon dan Yeol yang sedang terbaring di ranjang mereka masing-masing. Ranjang kedua orang itu bersebelahan sehingga memudahkan Sun untuk menengok keduanya sekaligus.

"Joon!" Sun menghampiri Joon yang ternyata sudah membuka matanya. Ia dapat melihat dengan jelas tangan kanan Joon yang berbalut kain perban. 

"Joon, apa yang sebenarnya terjadi? Kau tidak terluka parah khan? Aku benar-benar cemas sekali. Kenapa kau tidak berhati-hati menyetir?" rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Sun memperlihatkan betapa ia sangat mengkhawatirkan lelaki itu.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now