17. Kesalahpahaman yang Terselesaikan

65 61 5
                                    

"Kau sudah mengurus semua biayanya?"

"Sudah Sajangnim," anak buah itu mengangguk pelan. "Ia juga sudah dipindahkan ke ruangan VIP."

"Bagus kalau begitu. Kita akan kembali lagi besok! Semoga ia bisa secepatnya dioperasi," pria itu terus berjalan dengan diikuti anak buahnya dibelakang.

Pria itu dan anak buahnya berjalan melewati lobi rumah sakit dan berpapasan dengan Yeol yang masih menenteng tas ransel berwarna merah yang ia dapat di rumah adik ibu panti asuhannya. Yeol melewati mereka begitu saja. Pria itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Yeol. Matanya tertuju pada tas ransel merah milik Yeol. Ia kemudian bertanya kepada anak buahnya.

"Lelaki itu yang tadi datang bersama anak Hwan Min bukan?"

"Iya Sajangnim."

"Selidiki latar belakangnya dan laporkan kepadaku segera!"

"Baik Sajangnim."

Sun masih sibuk mencari-cari pria yang berada di dalam kamar ibunya tadi. Pria itu tadi pergi bersama dokter yang memeriksa ibunya dan tidak kembali lagi ke kamar ibu Sun. Saat Sun ingin membayar biaya rumah sakit ke bagian administrasi, ternyata pria itu sudah membayar lunas semua biaya rumah sakit ibu Sun. Sun benar-benar ingin berterima kasih padanya. Ia tidak tahu siapa orang itu, yang pasti orang itu pasti mengenal ibunya dan ia sangat baik hati sekali.

Sun harus menjaga ibunya di rumah sakit. Ia sudah meminta tolong Min mengambilkan pakaian untuknya di rumah. Ia juga meminta tolong Hyeon untuk mengurus kebutuhan ibunya. Hyeon dan Min sudah seperti saudara kandungnya. Mereka tumbuh saat remaja bersama-sama sehingga ada ikatan persaudaraan yang melekat pada mereka. Saat salah satu sedang mengalami masalah, maka yang lain akan membantu.

Tubuh Sun sebenarnya terasa lelah karena semalaman ia menjaga Yeol yang terus mengigau karena demam. Ia pun berjalan sedikit oleng dan hampir saja terjatuh karena kurang tidur. Yeol yang terus berada di belakangnya pun merasa cemas. Ia tidak tahu mengapa ia mencemaskan seorang gadis seperti Sun.

"Pulanglah! Biar aku yang menjaga ibumu," Yeol menawarkan bantuannya.

Sun menggelengkan kepala sambil terus berjalan menuju kamar ibunya.

"Bagaimana bisa kau menjaga ibumu sementara kau kurang tidur," Yeol meninggikan suaranya. Sun pura-pura tidak mendengarnya dan membuka pintu kamar ibunya. Ibunya sudah dipindahkan ke ruangan VIP. Sebenarnya Sun tidak menginginkan hal yang berlebihan seperti itu, tetapi pria itu memilih perawatan VIP dan terbaik yang ada di rumah sakit itu. Sun pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Tangan Yeol tiba-tiba meraih tengkuk dan lutut Sun dengan cepat. Ia menggendong Sun dan membawa Sun masuk ke dalam kamar ibunya. Wajah Sun seketika memerah, "Cepat turunkan aku!" ia merasa sangat malu sekali. Apa Yeol memang sengaja ingin mempermalukannya di depan umum.

Yeol tidak menghiraukan Sun . Ia berjalan menuju sofa berwarna coklat yang ada di ruangan itu dan melemparkan badan Sun ke atas sofa.

"Auuuuu..." Sun memegangi pantatnya yang terasa sakit karena dilemparkan begitu saja ke atas sofa, "Yaa! Bisa tidak kau bersikap lebih lembut padaku! Kau pikir aku ini barang? Main asal lempar saja!" Sun mengusap-usap pantatnya, "Aaa..sakit tau."

Yeol mengambil kursi yang berada di sebelah ranjang ibu Sun, meletakkannya di sebelah sofa dan duduk. "Kau ini berisik sekali. Sudah sana cepat tidur! Aku akan menjaga ibumu!" Yeol menyilangkan kedua kakinya dan menatap tajam ke arah Sun yang masih terus mengumpat pelan.

"Cepat tidur!" bentak Yeol. Sun terlihat takut melihat Yeol yang terus memelototinya.

Sun langsung memejamkan matanya dengan cepat. Kenapa ia terus melotot ke arahku? Apa otak lelaki ini sudah konslet karena demamnya semalam? Sikapnya sangat menyeramkan sekali! Sun tidak mengerti dengan semua perlakuan Yeol. Sun rupanya terlalu lelah untuk terus berpikir. Tak lama ia sudah tertidur dalam lelapnya. Wajahnya sudah terlihat letih dan lelah.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now