23. Kembali ke Titik Awal

55 50 6
                                    

"Apa kau tahu rasanya kembali lagi ke titik awal saat kau memulai semuanya kembali dari awal setelah kau melalui berbagai memori berharga yang seharusnya terus kau simpan dalam ingatanmu."

Sun berjalan menuju taman kecil di dekat sungai Geumho, tempat ia merawat bunga-bunga yang hampir layu di sana. Setelah Joon menelponnya, ia langsung melesat pergi menuju taman di dekat sungai Geumho. Kali ini Joon menggunakan satu kupon permohonannya untuk menemui Sun. Begitu Joon menelpon dan mengajaknya bertemu, Sun langsung meninggalkan toko dan pergi menemui Joon.

Sun menghentikan langkahnya saat ia tiba di taman. Langit sudah mulai gelap dan taman hanya di sinari cahaya lampu taman yang tidak seberapa penerangannya. Ia dapat melihat Joon yang sedang duduk di bangku taman yang terbuat dari kayu. Lampu taman menyinari sebagian wajahnya yang terlihat sedih. Joon melihat Sun yang datang.

"Maaf menyuruhmu datang ke sini, tapi aku sangat membutuhkanmu," ucap Joon lirih.

"Tidak apa-apa. Kau kan punya kupon permohonan. Lagipula aku juga akan pulang ke rumah," Sun duduk di samping Joon. "Kenapa kau memanggilku kemari?"

"Kau pasti tidak akan percaya ini. Kau masih ingat kakakku?"

Bola mata Sun bergerak ke kanan dan kiri. Dahinya berkerut. Ia kemudian teringat anak lelaki yang selalu bersama mereka. "Oh, si anak nakal yang suka berkelahi itu. Seung Yeol. Di mana ia sekarang? Aku tidak pernah mendengar kau menceritakan dia."

Joon memaksakan dirinya tersenyum tipis, "Kau masih ingat. Dia...." Joon terdiam sejenak sebelum menceritakan kejadian lima tahun yang lalu, "Lima belas tahun yang lalu, setelah ibuku meninggal, aku dan kakakku pergi dari rumah. Ia mengajakku pergi ke Seoul untuk tinggal bersama bibi. Malam itu adalah malam terakhir aku bertemu dengannya. Ia berjanji akan segera kembali setelah membelikanku minuman. Tetapi ia malah menghilang meninggalkanku sendiri. Saat itu, aku benar-benar kedinginan karena tidur di bawah kolong sungai Han. Badanku membeku sampai aku terkena hipotermia," Sun bisa melihat setetes air mata yang menggumpal di ujung di pelupuk mata Joon.

"Untung saja anak buah ayahku cepat menemukanku setelah ayahku menerima telepon dari bibi sehingga aku tidak sampai mati kedinginan. Saat itu...aku benar-benar sangat membenci kakakku karena telah meninggalkanku begitu saja. Aku benar-benar sangat membencinya sampai sekarang. Lebih baik aku tidak bertemu lagi dengannya. Apa ia tidak tahu penderitaanku saat itu? Dia tega sekali meninggalkanku seperti itu," mata Joon memancarkan sinar kesedihan di dalamnya.

Sun menatap Joon lekat-lekat, "Lalu, sekarang dia ada di mana?"

Joon tidak langsung menjawab pertanyaan Sun. Ia memengangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit seperti dipukuli benda keras bertubi-tubi. Ia pun mendengar dengungan-dengungan kencang di kepalanya. Pandangan matanya pun mulai kabur. Ia pun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dengan cepat.

"Kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat pucat sekali," tanya Sun saat melihat Joon memegangi kepalanya. Wajahnya memucat seperti orang terkena hipotermia. Bibirnya kering dan bulir-bulir keringat muncul di dahinya.

Joon mengangguk pelan. Ia hanya sesekali merasakan hal seperti itu, tapi dengan cepat rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya itu akan hilang dengan sendirinya. Ia lalu meneruskan ucapannya yang sempat terhenti, "Tadi pagi ia datang lagi ke rumahku... ia kembali lagi setelah lima belas tahun meninggalkanku," Joon masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya hari ini. "Apa kau tahu siapa kakakku?" Joon menatap kedua mata Sun. Gadis itu pasti akan sangat terkejut mendengar apa yang akan dikatakan oleh Joon.

"Kakak kandungku itu..." suaranya bergetar, "Yeol."

"Yeol???" Maksudmu Hwang Yeol yang bekerja di tokoku?" Sun mencoba memastikan pendengarannya. "Kau tidak bercanda khan?"

Joon mengangguk dengan gerakan pelan, "Iya, Hwang Yeol adalah kakakku. Kakak yang sudah lama menghilang. Bisa-bisanya dia muncul lagi setelah menghilang lima belas tahun," Yeol masih tampak tidak terima dengan kejadian lima belas tahun yang lalu. "Aku benar-benar tidak bisa menerima dia kembali."

"Joon...." Sun bingung harus berbicara apa. Kedua kakak beradik itu sama-sama saling membenci satu sama lain karena kejadian lima belas tahun yang lalu. "Kau tidak boleh berbicara seperti itu. Bagaimanapun juga, kalian berdua itu saudara kandung."

"Tidak ada saudara kandung yang meninggalkan saudaranya sendiri. Ia bilang, ia akan menjagaku setelah ibu meninggal. Tapi buktinya ia malah meninggalkanku begitu saja sampai aku hampir mati. Aku benar-benar tidak bisa menerima dia kembali. Aku lebih baik menganggapnya sudah meninggal," ucap Joon yang terdengar emosi saat membicarakan kakak kandungnya. Ia merasa sangat terluka karena kejadian lima belas tahun yang lalu sehingga ucapan yang ia lontarkan terdengar sangat menyakitkan.

"Seung Joon! Kau tidak boleh berkata seperti itu!" nada suara Sun meninggi. "Apa kau tahu kalau ia juga menderita sepertimu? Kau tahu kehidupan apa yang ia hadapi selama lima belas tahun? Ia tidak meninggalkanmu Joon. Ia kehilangan ingatannya."

Joon menatap Sun dengan tatapan marah. Merasa tidak terima dengan tanggapan yang dilontarkan Sun. Dirinya malam ini mudah sekali tersulut emosinya. "Kenapa kau malah membelanya?" tanya Joon dengan nada meninggi. "Aku tidak menyuruhmu kemari untuk membelanya!"

"Aku tidak membelanya. Aku mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Kau tidak seharusnya membencinya. Kalian itu kakak beradik."

"Dia sudah meninggalkanku Sun! Dia sudah melanggar janjinya!" bantah Joon yang masih berdebat dengan Sun. Ia merasa kalau perasaan dan pemikiran yang ia rasakan saat ini benar.

"Mengertilah Joon! Dia kehilangan ingatannya," Sun tidak tahan lagi dengan tingkah laku Joon yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan. Membenci seseorang tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya adalah hal yang salah. Ia pun memutuskan untuk berdiri dari kursinya.

Begitu melihat Sun berdiri, Joon langsung meraih pergelangan tangan Sun dengan cepat dan mencengkramnya dengan erat. "Kau menyukainya khan?"

"Kau penuh emosi Joon. Dinginkan dulu kepalamu dan berpikirlah secara jernih! Aku tidak mau berbicara dengan dirimu yang seperti ini! Lepaskan tanganku Joon!" Sun menatap tajam Joon.

Lelaki itu tidak mau melepaskan tangan Sun. Mereka terdiam beberapa detik lalu akhirnya Joon melonggarkan cengkraman tangannya dan Sun langsung menepis tangannya dari tangan Joon. Ia berjalan menjauh. Semakin lama semakin tidak terlihat lagi bayangan Sun. Seolah hilang ditelan oleh gelapnya malam dan meninggalkan sosok Joon yang kini berdiri terpaku. Mencoba mencerna perkataan yang diucapkan Sun dengan pikiran yang jernih.

Di tempat yang sama. Seseorang bersembunyi di belakang pohon Plum yang ada di belakang bangku taman. Hwang Yeol. Kedua matanya tak lepas dari memandang Joon yang kini masih berada di bangku taman.

Ia mendengar semua percakapan Joon dan Yeol. Semua perdebatan yang melibatnya dirinya di dalamnya. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat mengetahui apa yang telah ia lakukan di masa lalu terhadap adik satu-satunya itu. Tapi di salah satu sudut hatinya yang lain, ada perasaan hangat yang menyelimuti diri Yeol. Sun membelanya.

***

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now