26. Keping Kenangan

59 52 11
                                    

"Apa ingatannya tertukar atau ada yang salah saat ia menyusun lagi kepingan kenangan yang ada di kepalanya? Kenapa semuanya terlihat lebih rumit dari soal algoritma?"

Sun sibuk membantu ahjumma yang mengurus rumah keluarga Kim untuk menyiapkan sarapan. Sun selalu membantu ahjumma itu menyiapkan makanan untuk keluarga Kim karena hanya hal itulah yang bisa ia lakukan di rumah itu. 

Ahjumma yang ada di rumah keluarga Kim selalu melarang Sun mengerjakan pekerjaan rumah karena ia tidak ingin dimarahi oleh tuan besar maupun tuan muda Joon. Tapi Sun tidak pernah bisa berpangku tangan setelah menerima bantuan dari orang lain. Ia selalu diajarkan oleh ibunya untuk tidak berhutang budi pada seseorang.

Joon turun dari tangga utama dan langsung menuju dapur. Saat melihat Sun sedang menata makanan di meja makan, ia mengembangkan senyumnya ke arah Sun yang masih menggunakan celemek dapur. Perlahan ia mulai terbiasa dengan kehadiran Sun di rumahnya.

"Pagi!" sapa Joon sambil menarik kursi meja makan.

"Pagi!" sahut Sun. "Ah, pagi Tuan Kim!" Sun melihat tuan Kim masuk ke ruang makan bersama Yeol. 

Begitu melihat Sun, Yeol langsung memalingkan wajahnya seolah ia tidak ingin melihat Sun.

Cih, sebelum dan sesudah hilang ingatan, sifatnya sama saja. Tidak pernah berubah. Tetap saja menyebalkan.

Joon melihat menu makanan yang ada di hadapannya. Ada semangkuk nasi yang dicampur kacang merah, oi naengguk (sup mentimun dingin), galbi (daging iga panggang), omelet daun bawang, dan tidak ketinggalan kaktugi (kimchi dari lobak yang dipotong kotak-kotak). 

Ia kemudian menghela nafas pelan. Tangan kanannya masih dibalut perban sehingga tidak bisa makan dengan menggunakan sumpit. Ia terpaksa menggunakan sendok dengan tangan kiri dan hal itu bukanlah hal yang mudah baginya.

Sun yang berada di sebelah Joon kemudian mengambil sepotong kecil daging iga panggang dan ia letakkan di atas sendok Joon yang sudah berisi nasi. "Makanlah!" Sun kemudian berbisik pelan di telinga Joon. "Aku akan menjadi tangan kananmu."

Joon menjawab dengan tersenyum tipis. Ia kemudian berusaha menyuapkan sendok itu ke dalam mulutnya. Sun melakukan hal itu berulang kali. Mengambilkan beberapa lauk dan ia letakkan di atas sendok Joon yang sudah berisi nasi. Joon merasa sangat terbantu karena ia tidak terbiasa makan dengan tangan kiri.

Tuan Kim melihat kedua orang itu sambil terus tersenyum. Memang ini yang sudah ia damba-dambakan sebelumnya. Mendiang kedua orang tua Sun telah menitipkan Sun padanya. Itu berarti ia harus menjodohkan salah satu anaknya dengan Sun. 

Tadinya ia memang berniat untuk menjodohkan Sun dengan Joon karena mereka berdua terlihat sangat akrab, tetapi ia tidak akan menyangka kalau kedua anak itu ternyata memang sudah berjodoh tanpa harus ia turun tangan.

Berbeda dengan Tuan Kim, Yeol yang duduk berhadapan dengan Sun , memandang gadis itu dan Joon dengan tatapan yang tidak mengenakkan. Ia terus-terusan mendengus kesal dan uring-uringan. 

Ia ingat kalau gadis yang ada di hadapannya adalah gadis yang sering bersama mereka saat mereka kecil, tapi entah kenapa dalam ingatan Yeol, masih ada ingatan lain selain ingatannya tentang Sun kecil. Ia merasa kalau ia memiliki ingatan akan Sun dewasa. Ingatan yang harus ia temukan kembali.

"Tuan Kim, besok aku akan kembali lagi ke rumahku. Aku tidak enak jika terus berada di sini. Lagipula Joon sudah memasang berbagai macam alat keamanan di rumahku sehingga aku tidak perlu khawatir lagi."

"Kenapa mendadak sekali? Apa benar tidak apa-apa kau tinggal sendirian?" tanya Joon.

Ia terdengar sangat mencemaskan Sun. Yeol menatap sekilas ke arah Joon dan ia melihat perubahan di raut wajah Joon. Seperti raut wajah seseorang yang sedang mencemaskan kekasihnya. Yeol tidak suka raut wajah seperti itu ditujukan oleh adiknya pada Sun.

A Thousand Tears in DaeguWhere stories live. Discover now