AV. 13

60.7K 5.9K 465
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Tiga hari sudah Visya terkurung di dalam mansion Papa nya. Keluarga nya benar-benar memperhatikan nya dengan baik, hingga membuat keadaan nya pulih dengan cepat.

Besok ia akan masuk ke sekolah, walaupun Andrew dan Anna masih mengkhawatirkan keadaan nya, tapi Visya bisa meyakinkan kedua orang tua nya itu.

Mata bulat sebening kaca berkedip menatap langit-langit kamar nya. Ia tidur terlentang di atas ranjang.

Tadi ia baru saja menyelesaikan obrolan nya dengan Naira melalui sambungan telepon.

Visya lega mengetahui bahwa Naira dan teman sekelas lainnya baik-baik saja. Ia sungguh khawatir.

Badan kecil nya itu berguling. Visya bosan. Kakak nya Kennard tadi setelah makan malam langsung keluar, kata nya mau menjenguk teman nya di rumah sakit. Dia jadi teringat perkataan Naira soal Arta, si ketua osis praja utama yang kata nya koma.

"Arta itu bukan si..."gumam Visya seraya mengingat salah satu teman Galang saat SMP. Menurut Visya, Arta adalah orang yang paling banyak memiliki aura positif dan ramah di banding yang lainnya.

"Kalo bener iya, semoga dia baik-baik aja."lanjut nya.

Visya kembali termenung, ia fokus menatap foto pria-pria tampan yang sering ia sebut oppa di ponsel nya. Otak nya tanpa bisa di cegah langsung membayangkan hal-hal yang mungkin tak masuk akal. Seperti menghayal tentang kehidupan diri nya ketika menikah dengan salah satu pria tampan itu.

"Haishh..."Visya menggelengkan kepala, benar-benar konyol pikir nya.

Visya yang kelewat gabut dan juga belum ngantuk lantas bangkit dan keluar dari kamar.

Ia menoleh menatap ruang kerja milik Andrew dengan pintu yang tidak tertutup sempurna. Akhirnya ia memutuskan untuk mengganggu Papa nya saja.

"Papa?"

Andrew yang tengah fokus pada layar laptop nya langsung saja mendongak. Ia menaikan sebelah alisnya, menatap kepala anak nya yang nongol dari balik pintu. Tak lama ia terkekeh geli.

"Kenapa engga tidur?"tanya Andrew.

"Engga ngantuk."jawab Visya seraya melangkah mendekat ke meja kerja Papa nya. Ia duduk manis, seraya melirik secangkir kopi di samping Andrew dan tanpa ragu meminum nya. "Mama mana?"

"Mungkin udah tidur, tadi Papa yang nyuruh."benar, tadi Anna sempat menemani Andrew dan membuat kan nya kopi.

"Suami idaman."kekeh Visya.

Ujung bibir Andrew berkedut."Mama kamu itu beruntung banget punya suami kaya Papa."ujar Andrew membuat Visya memutar bola matanya.

"Andrew itu dulu gimana si?"tanya Visya seraya melipat kedua tangan nya di atas meja.  Andrew terkekeh seraya menyandar kan badan nya ke kursi.

AVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang