AV. 2

69.1K 6.2K 30
                                    

🔼🔼🔼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔼🔼🔼

Tiga tahun kemudian

DARKEZ. Sebuah geng motor yang terkenal hampir di setiap penjuru kota. Di bawah kepemimpinan remaja tampan arogan, dia GALANG AKALANKA, terkenal dengan panggilan Galang.

SMA Praja Utama adalah tempat dimana geng tersebut bernaung. Baru dua tahun lebih geng tersebut berdiri, namun atensi ratusan remaja laki-laki langsung terpatri untuk masuk geng tersebut.

Brak!

"LANG!"

Semua terjengkit kaget, mereka kini menatap sengit sang pelaku yang baru saja membuka kasar pintu markas.

Tatapan tajam sang ketua layangkan."Sampe ga penting, Lo tau akibatnya."pelan seperti bisikan, namun begitu menghunus tajam.

"I-itu Lang, itu s-si..."

"Santai bro."ujar seorang remaja tampan dengan bandana merah yang melekat di kepalanya. Dia Gevan.

Remaja yang tengah mati-matian menahan gugup itu sontak memberanikan diri menatap mata tajam ketua nya. "A-arta kritis, dia ada di rumah sakit sekarang!"dengan sekali tarikan nafas ia berbicara soal permasalahan ini.

Hening. Tiba-tiba...

Prang!

Meja yang terdapat beberapa botol kaca sontak melayang hanya karena satu hentakan tangan Galang.

"Brengsek!"desis Galang. Ia berjalan mendekat ke arah Rian, remaja yang telah membawa kabar buruk ke dalam markas.

"Siapa?"datar Galang seraya mencengkeram kerah baju Rian.

"Lang."tegur Jio, salah satu anggota inti dan juga sahabat dari Arta. Dia mengepalkan tangan nya ikut emosi, bagaimana tidak, tadi sore dirinya dan Arta sempat pulang sekolah bersama.

Rian menelan ludah kasar, "A-atrex,"ujar remaja tersebut susah payah.

"BANGSAT!"Galang benar-benar emosi, semua anggota yang berada di markas tak kuasa menatap kilatan dendam di mata tajam nya.

"Atrex bener-bener nganggep kita remeh Bang!"ujar salah satu anggota yang merupakan adik kelas Galang. Semua yang mendengar sontak mengangguk setuju.

"War?"celetuk Gevan. Wajah nya terlihat tenang, namun siapa sangka sedari tadi ia menahan emosi karena nyawa sahabat nya menjadi taruhan. Jika sampai terjadi sesuatu dengan Arta, maka ia siap untuk menghancurkan geng sampah itu.

Semangat semua anggota tiba-tiba berkobar, tentu saja. Satu dari mereka tumbang, balasan beribu kali lipat siap mereka lakukan.

"Jangan gegabah,"sahut Jio seraya menggaruk dagu nya.

Galang dengan kasar membanting tubuh nya di sofa, tatapan membunuh ia layangkan. Jari nya kini mengetuk-ngetuk permukaan meja, tiba-tiba mata nya melirik ke sebuah sofa panjang, dimana di sana terdapat seorang remaja yang tengah tertidur tanpa terganggu sedikit pun dengan suasana menegangkan tadi.

AVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang