1 | New

22.3K 1.2K 36
                                    

Di jaman modern dan pemerintahan negara yang sudah berubah menjadi konstitusional tak menutup kemungkinan masih terlihat garis kekuasaan keturunan aristokrat¹. Keluarga dari marga Park menduduki hierarki² puncak dalam kekuasaan dengan memimpin sembilan nama keluarga dibawahnya setelah berhasil menikahi Matriark³ Kim yang saat itu keluarganya menduduki hirarki puncak, membuat Park yang berada di hirarki ketiga naik pesat menuju puncak, semua berkat Patriark⁴ Park melalui isterinya, Matriark Kim.

'Garis Suksesi⁵, Siapa Pewaris Takhta selanjutnya?'

Langit kota hari ini sangat cerah bahkan bersih berwarna biru terang tak ada awan setitik menghiasi ketika Headline berita terpampang jelas di laman pencarian layar laptop Haruto, ia terus menggulir kursor. "Siapa peduli?"

Haruto merupakan pria akhir duapuluhan dan bekerja di firma hukum sebagai pengacara muda yang minim akan pengalaman. Ini merupakan tahun kedua Haruto sebagai pengacara, sejauh ini Haruto sudah menangani lima kasus kecil. Bayangkan dalam dua tahun dengan lima kasus kecil membuat reputasi Haruto sebagai pengacara memang patut dipertanyakan.

"Tidak mungkin putera Patriark Park yang menjadi pewaris setelah skandalnya yang menghebohkan waktu lalu, jadi cucunya yang akan maju?" Haruto melirik rekan sesama pengacara di hadapannya, sama-sama fokus dengan laptopnya sendiri.

Kedengarannya menarik.

Haruto kembali menempatkan kursornya ke atas di situs berita yang memuat tentang suksesi Park. Terbuka, Haruto membaca dengan cermat isi berita tersebut.

"Keren sekali sistem keluarga ini." Haruto mencibir dalam hati, terus membaca berita tersebut.

Haruto tidak mungkin tidak tahu siapa cucu Patriark Park. Sewaktu masih menempuh pendidikan Haruto pernah berada dalam satu acara dengan cucu pewaris, tidak hanya satu atau dua kali, mereka bertemu berkali-kali saat itu.

"Cucu Patriark belum menikah? Sungguh beruntung yang menjadi pasangannya nanti jika cucu Patriark benar-benar menduduki takhta, tidak mungkin upik abu sepertiku bisa masuk kesana lagian cucu Patriark ini pasti masih normal."

Haruto menyandarkan punggungnya di punggung kursi, membayangkan jika ia masuk ke dalam keluarga aristokrat tersebut sebagai menantu utama, bisa dibayangkan hidupnya akan jauh lebih berbeda dan mungkin sangat mudah.

"Haruto!"

"YA?!" Haruto menegakkan duduknya cepat, menatap rekannya.

"Aku memanggilmu sejak tadi, kau malah melamun."

Haruto tertawa canggung lalu meminta maaf atas kesalahannya.

•••

Haruto pulang ke apartemen berjalan kaki, ini dilakukannya agar ia bisa menyimpan sebagian gajinya demi kehidupan yang lebih baik. Seteleah menekan kombinasi angka, Haruto melemparkan tasnya di atas sofa dan duduk disana untuk mengistirahatkan kakinya sejenak.

"Kenapa uangku tidak bertambah?" Haruto meletakkan ponselnya asal di meja setelah mengecek tabungannya.

"Susah sekali hidup tanpa harta warisan, bisa-bisa aku menjadi gelandangan dalam waktu singkat. Huhu." mengusap wajahnya kasar, Haruto beranjak masuk ke dalam kamar mandi, mencuci wajahnya agar tampak lebih segar dalam menghadapi hidup.

Seharusny Haruto bisa mendapat kasus yang besar apalagi ia bergabung dengan kantor pengacara yang sudah memiliki nama, tapi karena mulutnya yang sering asal dalam berbicara itu membuatnya sedikit —hampir banyak— kesulitan dalam meyakinkan kliennya. Hal itu berdampak pada kantor yang jarang mempromosikannya, yang seharusnya sudah mendapat promosi sejak satu tahun lalu kini hampir tidak mendapat peomosi sama sekali. Malang sekali nasibmu, upik abu!

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora