37

4.6K 618 72
                                    

Bibi Rose menangis di dalam kamarnya, wanita muda itu merasa sepi sebab Ayahnya jatuh sakit dan Ibunya yang menjalani hukuman tidak boleh dikunjungi sama sekali kecuali oleh pelayan yang sudah ditugaskan.

"Nyonya... Berhentilah menangis, Tuan tua tidak suka melihat anda seperti ini." Bibi Shin mengelap air di pelupuk mata Bibi Rose dengan sapu tangan yang selalu dibawanya.

"Semua orang menaruh perhatian pada Keponakan menantu, tidak ada yang memperhatikan kesehatan Ayahku sama sekali bagaimana aku tidak merasa sedih?" tanya Bibi Rose dengan suaranya yang sengau akibat menangis.

Selama Matriark menjalani hukumannya, Bibi Shin hanya bekerja mengawasi seluruh pekerjaan pelayan dan memperhatikan etiket setiap penghuni Manor.

Bibi Rose selama ini tinggal di Manor karena suaminya harus bekerja di anak perusahaan keluarga Park yang berada di luar negeri dan juga Bibi Rose merupakan anak perempuan satu-satunya Matriark terlepas dari Bibi Rael yang merupakan anak angkat Matriark.

"Semua menantikan Tuan tua pulih kembali Nyonya, surga pasti mendengar keluhan anda." balas Bibi Shin dengan wajahnya yang tetap datar.

"Tapi Bibi, Ayahku sudah mengatakan adanya perwalian takhta. Ketika Keponakan Jeongwoo naik otomatis keponakan menantu akan menjadi Tuan Manor selanjutnya. Sudah dipastikan Ayahku tidak akan kembali seperti dulu."

•••

Keduanya berbaring diatas ranjang dengan Jeongwoo yang rela menjadikan tubuhnya sebagai sandaran oleh Haruto.

"Jadi kau mengira aku terpengaruh olehmu karena aku tidak pernah meminta kompensasi apapun?"

"Ya, seperti itu. Ternyata aku yang jauh lebih terpengaruh olehmu."

Haruto tersenyum penuh kemenangan, jadi ia tidak perlu bertanya lagi pada orang lain atau bahkan Jeongwoo sendiri, adakah orang lain yang sebenarnya dicintai oleh si Tuan muda hingga menjadikannya sebuah batu loncatan untuk melindungi orang tercintanya.

"Kalau begitu, sebentar lagi ulangtahunmu. Apa aku perlu memberikan sesuatu untukmu?" tanya Haruto penasaran.

Jeongwoo yang berada di belakang Haruto itu tersenyum samar, "aku sudah memiliki terlalu banyak benda-benda mewah."

Haruto memutar matanya malas, ia benar-benar merasa jengkel dan tercengang di waktu yang bersamaan.

"Kau bisa membayarnya dengan cintamu." Jeongwoo tersenyum geli ketika mendapati Haruto mendengus kesal. Sepertinya calon anaknya pun juga merasa kesal sehingga memberinya respon sebuah tendangan kuat membuat telapak kaki kecilnya meninggalkan jejak dari dalam perut Ibunya.

"Anakmu saja tidak mau aku memberikannya padamu." Jeongwoo merasa gemas pun menyentil bekas telapak kaki tadi main-main.

"Aku tidak perduli. Aku sudah bosan dengan barang-barang mahal."

Haruto tidak lagi merasa jengkel dengan ucapan sombong Jeongwoo, memang orang kaya selalu seperti itu.

"Hmm... Uang tabunganku hanya mampu untuk membelikanmu sebuah ikat pinggang atau mungkin penjepit dasi. Bagaimana?" Haruto mendongak dan menatap Jeongwoo serius.

Pada akhirnya Jeongwoo pun mengangguk setuju membuat Haruto tersenyum samar.

•••

Ketika akan keluar menuju taman belakang rumahnya untuk menjernihkan pikiran, langkah Mirae terhenti saat melihat punggung asing berdiri diantara dua pilar besar bagian belakang rumahnyanya.

"Tuan muda Lee?" panggil Mirae ragu.

Yang dipanggil sebagai Tuan muda Lee itu menoleh dan mengangguk menyapa Mirae. Tuan muda Lee ini bahkan masih menggunakan etiketnya meskipun tidak berada di lingkungan Manor.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuWhere stories live. Discover now