34

4.7K 638 33
                                    

"Ibu jangan pernah lagi menyuruh Haruto, dia bukan milikmu."

"Dia milikku, hanya aku yang bisa menyuruhnya. Jika aku tau Ibu menyuruhnya lagi, aku tidak akan mengijinkan dirinya mengunjungi Ibu selamanya."

"Ibu hanya ingin tau kabar anak Ibu dari menantu apa tidak boleh?"

"Maka pergi lah ke Diamond Village. Aku permisi."

Yoora tersenyum getir mengingat percakapannya dengan Jeongwoo beberapa waktu lalu, Puteranya itu tau bahwa dirinya menyuruh Haruto untuk memperhatikan Matriark dan melapor padanya. Sebenarnya tidak masalah, tapi Jeongwoo dengan sifat posesifnya sulit untuk dilunakkan.

"Sangat disesalkan nama baik cucuku hampir tercemar." komentar Kakek Ji. Beliau datang membawa asbak untuk menampung abu cerutunya.

"Benar sekali. Kejam sekali dua Nona muda itu menjebak dan menuduh menantu lebih dulu tanpa bukti yang jelas." Yoora berdecak dramatis.

Jelas kejadian malam itu tidak berhenti disana karena beberapa mata menyaksikan yang pastinya akan menyebar dari mulut ke mulut di kalangan aristokrat.

Seperti hari ini, kabar Patriark yang mendadak sakit pun juga terdengar sampai ke telinga Kakek Ji, maka dari itu beliau mengundang Yoora untuk datang ke kediamannya. Keduanya berada di gazebo besar di taman belakang, para pelayan sudah menyiapkan banyak kudapan untuk menemani obrolan keduanya.

"Menurutmu jika si tua itu sampai sakit keras apa dia benar-benar akan melakukan pemangkuan?"

"Anda bisa menafsirkannya dengan cara lain." Yoora menaikkan sebelah sudut bibirnya dan telunjuk jari tangannya mengusap bibir cangkir dengan gerakan memutar searah jarum jam sangat pelan.

"Aku ingin berpikir optimis tapi tetap tidak bisa."

"Anda mampu."

"Bagaimana jika penurunan kekuasaan?" tanya Yoora penuh minat pada topik yang keduanya bahas saat ini.

"Ya!" Yoora beralih menatap Kakek Ji didepannya tatapan matanya tidak berubah sejak tadi. "Penurunan? Kau tau itu hanya omong kosong? Sejak dulu kau selalu mengadu padaku bahwa mertuamu itu akan melakukan penurunan tapi nyatanya tidak pernah." lanjut Kakek Ji geram, beliau hampir menghancurkan cerutunya diatas asbak.

"Badai bisa saja merubuhkan pohon dengan akarnya yang paling kuat dan dalam, anda masih berpikir jika Patriark berbohong lagi karena beliau pernah berbohong?" tanya Yoora dengan wajah seperti menggurui.

"Umur Patriark sudah sangat tua untuk mengurusi permasalahan keluarga aristokrat, apalagi isterinya yang sangat ceroboh itu. Anak-anak dan menantunya yang tidak sabaran itu akan memikirkan rencana yang matang untuk mencegah bahkan melengserkan cucumu menempati posisi Tuan Manor menyusul naiknya Pewaris sebagai pemimpin tertinggi. Anda orang yang sangat teliti sebelumnya, tapi anda sangat lemah tentang Pewaris. Puteraku, Park Jeongwoo." imbuh Yoora sebelum menyesap teh di cangkirnya.

"Kenapa kau mengkritikku seperti itu?" tanya Kakek Ji yang sepertinya sedikit tersinggung.

"Karena anda terlalu lama mengeluarkan kartu keberuntungan."

•••

Jeongwoo bersungguh-sungguh atas ucapannya hari itu, saat ini Matriark mengenakan hanbok putih bersih dibantu para pelayannya masuk ke dalam salah satu bangunan kecil di Manor. Matriark seprti di asingkan dan disuruh berdoa oleh Jeongwoo pada leluhur untuk merenungi segala kesalahannya, Jeongwoo juga tidak menyebutkan kapan masa itu berakhir jadi doakan saja Jeongwoo tidak ingat dengan hukuman yang dilakukan Neneknya.

Matriark mengetahui suaminya jatuh sakit tapi dia bisa apa ketika para pelayannya sudah menggiringnya ke dalam bilik dan menguncinya dari luar. Para pelayan hanya boleh mengantar makanan di waktu pagi dan malam, serta memberinya akses ke kamar mandi dua kali dalam satu hari. Tidak ada seorang pun yang boleh menemaninya kecuali pelayan yang sudah diberikan jadwal untuk berjaga.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuWhere stories live. Discover now