27

4.6K 674 54
                                    

Sudah menikah tanpa kompensasi, lalu ditaruh begitu saja tanpa petunjuk. Haruto harus selalu berhati-hati dalam menginjakkan kakinya di keluarga Park, Haruto harus pandai dalam mengenal dan menggali setiap orang di keluarga ini, siapa yang pantas di jadikannya teman dan siapa yang pantas untuk dibuangnya nanti dengan akurat. Meskipun Jeongwoo terbuka padanya, Haruto masih belum puas akan fakta tentang Jeongwoo, masih ada yang laki-laki itu tutupi darinya. Seperti Mirae, wanita itu sangat mudah dibaca dan dipermainkan emosinya, mulutnya juga sangat fasih dalam memutar balikkan fakta yang ada. Lalu Hyunsuk, meskipun dia masih dalam status calon keluarga, dia adalah informan terbaik Haruto, dia juga bermulut fasih tapi terlalu ceroboh.

Haruto sudah menerima apa yang dimintanya dari Jihoon semalam, dia puas dengan hasil kerja kakak sepupu iparnya itu. Dalam foto yang dikirim Jihoon terdapat bukti artikel yang memuat kematian Kakeknya yang sengaja di tarik dari media masa untuk melindungi citra bisnisnya.

Beberapa hari lalu sebelum meminta bantuan Jihoon, Haruto sendiri tidak sengaja mendengar pembicaraan Patriark Park dengan asistennya saat dirinya tengah berkeliling Manor. Karena pintu ruangan Patriark tidak ditutup dengan rapat jadi sayup-sayup percakapan dari dalam terdengar.

"Ini beberapa artikel yang dulu sempat anda minta untuk dihapus dari internet dan juga koran." Haruto mendengar itu bukan suara Patriark Park karena suaranya terdengar sangat jernih, beda dengan Kakek mertuanya yang sedikit serak.

"Apa sudah semuanya?"

"Sudah Tuan, tidak ada yang bida di akses dengan kata kunci yang bersangkutan. Sejauh ini tidak ada orang yang mengakses kata kuncinya, tidak banyak orang yang tertarik dengan artikelnya."

"Sekarang cucunya sudah berada di dalam rumah ini, tidak mungkin dia tidak mengusutnya terus menerus karena kepolisian juga melepas laporan begitu saja. Bisa saja nanti berita itu akan muncul kembali dalam bentuk lisan." suara Patriark Park tidak terdengar untuk sesaat membuat Haruto harus menajamkan pendengarannya.

"Istri reporter ini bukannya dia pelayan senior Harin dan guru etiket?" imbuh Patriark.

Keduanya tidak sadar bahwa pembicaraannya didengar oleh orang yang bersangkutan, siapa lagi kalau bukan Haruto dari balik pintu.

Haruto segera pergi dari depan ruangan Patriark tanpa suara. Ada hal penting yang harus dilakukannya dengan pembicaraan yang tak sengaja di dengarnya. Dia harus dapat bukti tersebut bagaimana pun caranya.

•••

Sudah beberapa hari sejak Haruto meminta Doyoung memberinya informasi tentang Nenek mertuanya itu tapi Doyoung belum memeberinya kabar lagi.

Terpaksa malam ini Haruto mengikuti Jeongwoo menghadiri undangan pesta ulangtahun temannya, anggap saja sekalian acara reuni teman lama.

Jeongwoo dan Haruto memilih berada di pinggir ruangan menghindari berdesakan dengan tamu yang lain juga takut Haruto dan calon bayinya terhimpit yang lainnya. Ketika Jeongwoo dan Haruto tengah menikmati kudapan yang hilir mudik dibawa oleh pelayan, mata Haruto tidak sengaja menangkap bayangan seseorang yang dikenalnya. Ryuhee. Wanita muda itu bergandengan tangan dengan salah seorang laki-laki keluar dari aula menuju tangga lantai dua.

"Jeongwoo... Bukankah itu Ryuhee?" Haruto berbicara dengan suara pelan, matanya masih terkunci pada Ryuhee yang baru saja menaiki anak tangga bersama seorang laki-laki.

Jeongwoo pun mengikuti arah pandangan Haruto, benar, disana ada Ryuhee dengan seorang laki-laki. Jeongwoo pun meletakkan gelas minumnya asal di meja segera menggenggam tangan Haruto berniat membawanya untuk mengikuti Ryuhee.

Keduanya berjalan senormal mungkin mengikuti kemana arah yang dituju Ryuhee. Saat keduanya sampai di anak tangga terakhir, Haruto dapat melihat sekilas gaun yang dipakai Ryuhee sebelum tertelan dibalik pintu. Memang lantai dua ini cahayanya sedikit remang karena pencahayaan difokuskan di aula bawah.

Jeongwoo dan Haruto mendekat ke arah pintu, keduanya saat ini benar-benar menguping. Haruto yang terlalu fokus mencoba mendengar suara dari dalam pun seketika terkejut, suara-suara manja itu terdengar cukup keras hingga membuatnya agak malu.

Wajah Haruto sedikit memerah sedangkan Jeongwoo menyatukan alisnya bingung melihat Haruto, dia pun sedikit berbisik di depan pintu "kenapa? Apa yang kau dengar?" Haruto menarik Jeongwoo untuk lebih dekat padanya.

Suara-suara manja yang di dengar Haruto tadi berubah menjadi lenguhan dan desahan. Haruto segera menjauh dan menarik Jeongwoo lagi, dia sedikit menunduk mengistirahatkan kepalanya di bahu Jeongwoo. Haruto merutuki apa yang baru saja di dengarnya, dalam hati Haruto menyerapahi Ryuhee bagaimana bisa seorang aristokrat bisa melakukan hal tercela dan sangat rendahan itu.

Jeongwoo segera memeluk pinggang Haruto erat dan membawanya ke sofa panjang di sisi dinding dengan jendela besar disana, keduanya duduk dengan perasaan yang sedikit canggung. Walaupun mereka pasangan yang sah tetap saja jika memergoki hal seperti itu pasti akan merasa malu.

"Bagaimana bisa kita menguping kegiatan seseorang yang tengah memadu kasih?" tanya Haruto suaranya terdengar sangat canggung membuat Jeongwoo yang mendengarnya harus menahan tawa.

Tidak ada hal yang lebih memalukan daripada memergoki kegiatan intim tersebut walaupun hanya berbentuk suara.

"Memang sudah takdirnya begitu." balas Jeongwoo.

"Apa kita harus menunggunya sampai mereka selesai?"

"Kalau kau ingin bukti untuk ditunjukkan kepada Nenek silahkan saja. Ngomong-ngomong, apa kau tidak menginginkannya juga?"

Haruto segera mencubit paha keras Jeongwoo yang terbalut celana mahal itu.

"Anakmu bisa mendengarnya, lebih baik kau diam saja."

"Aku baru saja mengganti tindiknya dengan bentuk kupu-kupu, kau benar tidak ingin merasakannya?" wajah Haruto dibuat merah malu dengan perkataan yang diucapkan suaminya sendiri itu.

"Diam Jeongwoo... kita sedang memata-matai Ryuhee."

"Baiklahh... setelah pulang dari sini, aku ingin menyapa anakku." Haruto memilih tidak menanggapi ucapan cabul yang keluar dari mulut Jeongwoo. Dia tidak ingin terbuai dengan tindik sialan itu.

Setengah jam lebih keduanya duduk di sofa panjang dengan cahaya redup, akhirnya Ryuhee dan laki-laki itu keluar dari dalam kamar, tatanan rambut Ryuhee sedikit kusut berbeda dengan laki-laki yang bersamanya, rambutnya sangat jelas terlihat kusut. Haruto mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar keduanya.

•••

Tiba di rumahnya hampir tengah malam, Haruto jelas langsung menghindari Jeongwoo, dia tidak ingin Jeongwoo melancarkan aksinya. Berdiam diri di ruang tengah dengan menghirup aroma teh oolong, Haruto meluruskan kakinya sambil memikirkan perkataan Ibu mertuanya kemarin saat dirinya berkunjung.

Meskipun Ibu mertuanya sangat baik padanya dan terkesan membantunya, pasti ada tujuan yang ingin dicapainya juga.

Haruto ingat dengan jelas Ibu mertuanya memberitahu dirinya tentang Matriark, tapi Haruto menangkap maksud lain dari Ibu mertuanya. Yoora juga hampir sama dengan Matriark tapi bedanya beliau masih memiliki perasaan.

"Aku tidak suka orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan terlebih apa yang tidak aku dapatkan. Aku kehilangan posisi menantu utama karena mantan suamiku berselingkuh sehingga aku harus meninggalkan Manor, meninggalkan anakku disana. Aku hanya bisa melihatmu melalui Arin, ku harap kau bisa melindungi posisimu sendiri, jangan biarkan orang lain merebutnya."

Haruto terkekeh menatap pantulan wajahnya yang memburam di permukaan air teh dalam cangkirnya. Tidak kuasa untuk tidak mencibir.

Pada akhirnya semuang orang ingin menjadikannya sebagai batu loncatan bahkan boneka yang bisa disetir semau mereka.



••••

Tbc🙃🙃

Pendek bgtt, ga sih, biasanya juga pendek2 wkwkw

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang