22

5.1K 685 69
                                    

"Tanganmu kenapa?" Jeongwoo baru menyadari punggung tangan Haruto bengkak dan ada bekas merah disana.

"Dicium Moori." Haruto meletakkan gelasnya di meja.

Jeongwoo segera meraih tangan Haruto, sudah jelas terlihat itu luka bakar bukan karena dicium anjing milik Bibi Seulgi. Jeongwoo menatap datar mata Haruto membuat Jeongwoo berspekulasi siapa yang melukai tangan tercintanya ini.

"Mi—"

"Yedam." potong Haruto cepat dan menarik tangannya, tadi Arin sudah memberinya kompres dingin dan salep untuk meredakan peradangan di luka bakarnya.

Tanpa banyak bertanya lagi, Jeongwoo menyelipkan tangannya dibawah lutut dan memegang erat bahu Haruto, membawa Haruto kembali ke dalam kamar. Haruto yang diperlakukan seperti itu reflek meremat pundak Jeongwoo sangat kuat.

Di turunkannya pelan-pelan tubuh Haruto di ranjang, Haruto bingung sendiri. Jeongwoo langsung mencari ponselnya menghubungi dokter pribadi Manor menyuruhnya untuk datang ke kediamannya. Ini sudah hampir pukul setengah dua pagi, jelas Jeongwoo menganggu waktu istirahat dokter tersebut tapi Jeongwoo tidak perduli, yang terpenting tangan Haruto harus segera mendapat perawatan medis.

"Sudah tau tanganmu terluka kenapa masih bersikap begitu tenang." omel Jeongwoo dalam gumaman.

"Dulu saat dilukai Mirae aku bisa langsung tau karena memang lukanya mengeluarkan darah, dan sekarang luka bakar karena Yedam. Sebenarnya apa yang kalian lakukan, kenapa selalu melibatkan fisik?"

Harutu mengerutkan bibirnya, dia malas jika sudah di omeli begini. Ya Haruto mana tahu Yedam akan melakukan hal tersebut, dirinya juga tidak bisa memprediksi kejadian tersebut akan menimpanya.

"Tunggu sebentar, Dokter akan segera sampai." Jeongwoo mengelus punggung tangan halus itu sangat hati-hati takut menimbulkan gesekan dan menyebabkan luka baru, beruntung tangan Haruto hanya bengkak dan kemerahan sangat kontras dengan kulitnya yang bersih tidak sampai melepuh yang sangat parah. "Sangat sakit?" Haruto menggeleng.

Tidak sampai memakan waktu duapuluh menit, Dokter pribadi Manor sampai di kediamannya, Jeongwoo mengantar langsung sang Dokter ke dalam kamarnya untuk memeriksa keadaan tangan Haruto. Jeongwoo terus memperhatikan cara Dokter tersebut bekerja memastikan bahwa seluruh bagian yang terluka telah diobati dia tidak ingin ada bagian yang terlewat dan membuat Haruto terus menahan sakit.

Setelah selesai, Dokter mengatakan bahwa lukanya tidak terlalu parah dan merusak jaringan kulit sehingga dalam waktu dua hari sudah kembali normal.

"Sudah lebih baik?" tanya Jeongwoo setelah mengantar Dokter pribadi Manor keluar dari kediamannya.

"Sudah, lebih baik dari yang tadi."

Jeongwoo membantu Haruto melepaskan mantelnya dan hanya menyisakan gaun tidur, menyimpannya di tempatnya, sudah dikatakan ketika mengandung tubuh Haruto sering terasa panas jadi dia memilih mengenakannya terus saat tidur daripada Haruto masuk angin karena suhu AC terlalu rendah, akan sangat tidak lucu.

Jeongwoo naik ke ranjang menarik Haruto mendekat padanya dan memeluknya seperti keinginannya saat berada di dapur tadi. Tentu tangannya yang lain terus memberi usapan halus penuh kehati-hatian katanya untuk meredakan nyeri.

•••

Di Manor, Matriark baru saja mendengar kabar dari Dokter Manor tentang kecelakaan kecil yang menimpa Haruto. Masih pagi sudah ada yang mengusik ketenangannya.

"Bang Yedam...." Matriark menggeram, beliau marah bukan karena Haruto yang terluka tapi takut hal tersebut mempengaruhi calon cicitnya. Beliau tidak menginginkan ada cacat setitik pun pada calon cicitnya.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuWhere stories live. Discover now