23

5.3K 698 95
                                    

Di tengah-tengah ruang kerja yang besarnya seperti ruang pertemuan itu, Jeongwoo duduk di sofa tamu sambil menikmati segelas white wine, disana juga disediakan rum tapi Jeongwoo memilih menikmati white wine. Sederhana, dia tidak ingin pulang dalam keadaan mabuk. Bukan, tempat ini bukan milik Jeongwoo atau pun Patriark, melain seorang Pria tua panggil saja Kakek Ji. Mereka baru akan membahas sesuatu yang penting tapi sebuah langkah kaki dan suara pintu yang terbuka menginterupsi kegiatan mereka.

"Tuan besar, Nona muda Go terus mendesak Tuan Go untuk menjadikannya isteri kedua Tuan Jeongwoo."

Kakek Ji sendiri tetap fokus pada cerutu-cerutunya yang masih berjajar rapih di dalam kotaknya. Meskipun tidak membalas, sang asisten paham dan meneruskan laporannya.

"Nona muda Go merasa tersaingi oleh pasangan Tuan Jeongwoo sehingga dia berani berkata seperti itu dan menyuruh Ayahnya Tuan Go untuk membicarakan ini dengan Tuan Tua Park." Kakek Ji menyeringai mendengar penuturan asistennya.

"Rewel sekali." komentar singkat Kakek Ji.

Jeongwoo melirik Kakek Ji dari tempatnya duduk, memikirkan kenapa Nona muda keluarga Go itu tiba-tiba bereaksi seperti ini.

"Sampai langit runtuh pun itu tidak akan pernah terjadi. Kelinci manismu itu tidak akan bebas membiarkannya." ucapan Kakek Ji membuat Jeongwoo berpikir sejenak, memangnya dia memiliki kelinci?

"Haruto?"

"Benar. Bukan hanya keluargamu saja yang tertarik padanya, tapi taman bungamu juga. Haruto memang pandai menarik seluruh mata agar tertuju padanya. Nona muda Go terlalu ambisius untuk menyingkirkan Haruto yang cerdas."

Jeongwoo sedikit bereaksi menyeringai samar. "Yah... Kakek sangat benar, baru bergabung dengan keluarga kami Haruto dengan nalurinya dapat langsung mengenali siapa musuhnya. Aku mengetahuinya dari Jihoon, dia yang sering terlibat menjadi saksi disetiap panggung yang Haruto buat."

Asisten pribadi dan juga Kakek Ji tersenyum, membenarkan dalam hati meskipun mereka tidak melihatnya secara langsung, hanya dari sebuah laporan yang disampaikan pada mereka. Haruto memang bukan orang yang sederhana, walaupun terlihat seperti orang yang sedang menguji keberuntungan dengan menjadi bagian anggota keluarga Park, sebenarnya Haruto sejak dulu sudah dikelilingi orang-orang yang tidak sederhana disekitarnya. Banyak orang dari kalangan konglomerat hilir mudik di kehidupannya.

•••

Entah kebetulan apa yang menghampiri, Ryuhee dan Yedam si peringkat atas taman bunga Jeongwoo itu berkumpul jadi satu di Manor utama Park. Ini sudah hampir satu bulan sejak kecelakaan kecil yang menimpa Haruto akibat ulah Yedam. Ya, Matriark menganggapnya sebuah kecerobohan tapi tidak dengan Jeongwoo, laki-laki itu memangkas saham milik keluarga Bang di salah satu anak bisnisnya. Membuat Tuan Bang langsung menghubungi Jeongwoo menanyakan perihal pemotongan tersebut dan membuat Yedam dicecar habis-habisan oleh Ayahnya.

Haruto yang berjalan sangat santai diikuti Arin dan juga Hyunsuk di belakangnya. Haruto tersenyum penuh arti melihat keduanya seperti sedang meributkan sesuatu di lorong.

"Kau mau menegur merek—" Haruto menutup mulut Hyunsuk karena volume suaranya yang kencang itu bisa membuat mereka sadar bahwa ada orang lain selain mereka.

"Aku akan menguping." ucap Haruto menurunkan volume suaranya, Arin menatap lugu Tuannya ini. Bukannya lebih baik langsung menghampiri dan dihabisi? Begitu menurut Arin.

Haruto tetap diam berdiri di tempatnya, melipat tangannya didepan dada mendengarkan pembicaraan ketiganya penuh minat karena kemungkinan besar mereka akan saling menyerang nantinya meski tujuan mereka sama yaitu menyingkirkan Haruto atau malah menjadi isteri kedua Jeongwoo yang terlihat sangat mustahil untuk menjadikannya nyata.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuWhere stories live. Discover now