16

6.5K 771 118
                                    

Boston merupakan Ibu Kota terbesar di Massachusetts dengan ekonomi berbasi kesehatan, pendidikan, perbankan dan masih banyak bisnis lainnya. Salah satunya anak bisnis milik keluarga Park dibawah nama TR1 Group mereka membangun bisnis di bidang perbankan swasta dan menjadi salah satu pemilik saham klub sebesar 70% di klub basket nasional disana sejak tiga tahun yang lalu hingga sekarang.

Satu minggu berada di Boston, Haruto seperti berada di dunia fantasi, semua yang dilihatnya seperti bunga tidur tapi sayangnya ini nyata dihadapannya. Banyak orang-orang kaya memarkir mobil mewahnya asal di pinggir jalan, hunian mewah dengan halaman luas itu benar-benar ada, Haruto melihatnya sendiri.

Hanya Haruto yang menikmati Boston sedangkan Jeongwoo tengah menyesuaikan jadwal kerjanya sebab dirinya memegang kendali secara langsung dibantu asistennya disini merupakan tangan kanannya yang lain.

Hunian yang diberi Patriark untuk mereka juga tak kalah mewah, Haruto sampai membandingkan harga jual rumahnya yang berada di komplek Diamond Village dengan yang berada di Boston.

"Kau sudah pulang?" Haruto menyadari pintu kamar dibuka dari luar, disana Jeongwoo dengan wajah lusuhnya melepas asal sepatunya.

"Menurutmu?"

"Yaa sudah."

"Besok kita akan bertemu dengan Dokter, persiapkan dirimu dengan baik." ujar Jeongwoo melepas kemejanya hanya menyisakan kaos tipis putih dan celana bahan abu-abu gelap. Menyusul Haruto yang asyik memakan buah anggur merah di ranjang bersandar pada headboard.

"Hmmm..."

Jeongwoo mengunyah pelan anggur di mulutnya, melirik Haruto dari bawah, dalam posisi tengkurap dengan siku yang menyangga sehingga posisi dada dan kepalanya sedikit lebih tinggi.

"Kenapa? Kau marah aku melarangmu meminum semua jenis minuman beralkohol?" tanya Jeongwoo ringan, berguling di ranjang menjadikan tulang kering Haruto sebagai bantalan karena pahanya memangku mangkuk anggur.

Haruto diam tidak berminat menjawabnya. Memang sangat menjengkelkan sebab Boston memiliki begitu banyak bar, pub¹, dan klub. Walaupun selama satu minggu Haruto sudah berkeliling di banyak tempat dia tidak terima dengan satu larangan yang Jeongwoo berikan. Akhirnya Haruto mengalah, tidak ingin membuat suaminya itu merasa tidak enak hati dengannya. Sudah dibawa ke negara orang malah dilarang melakukan apa yang diinginkan. Jeongwoo melakukan hal tersebut juga bukan tanpa alasan.

"Tidak. Kau ingin mandi?" tawar Haruto memindahkan mangkuk di pangkuannya ke meja nakas.

"Nanti saja."

Haruto menepuk pahanya yang kosong membiarkan Jeongwoo mengistirahatkan kepalanya disana.

"Apa kau memikirkan sesuatu?"

Jeongwoo yang sudah menutup mata dan menyamankan posisinya, dia mendesah pelan. "Aku hanya tidak bisa untuk tidak memikirkan kemungkinan terburuknya."

"Semua pasti berjalan lancar, kau hanya perlu mendoakanku saja nanti." ucapnya mengelus dahi Jeongwoo yang tertutup beberapa helaian anak rambut.

"Kau suka tinggal disini?" tanya Jeongwoo mengalihkan rasa cemasnya.

"Rumahnya sangat mewah."

Hah?

•••
note : dengerin yang di mulmed dilanjut Havana atau UN Villagenya Baek

Tiga bulan berlalu Haruto sudah mendapatkan tindakan dan perawatan pasca operasi, semua berjalan dengan semestinya. Selama dua bulan pertama Haruto harus terus mengonsumsi obat untuk menunjang keberhasilan pencangkokan.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuWhere stories live. Discover now