2 | New

9.8K 1K 46
                                    

Pukul delapan malam Hyunsuk meninggalkan apartemen Haruto dengan beralasan dia memiliki janji dengan teman. Haruto terlihat tidak begitu tertarik dengan urusan yang akan diurus oleh Hyunsuk, jadi laki-laki itu membiarkan teman ningratnya untuk pergi.

Sedikit Jauh dari apartemen Haruto. Hyunsuk mengunjungi kedai kopi merk terkenal itu tergesa-gesa sebab temannya itu sudah menunggu cukup lama. Tidak lama jika temannya memberitahu sejak awal berniat untuk bertemu.

"Apa kau tidak bisa membuat janji temu terlebih dahulu?"

"Duduk. Americano ice sudah ku pesankan untukmu."

Hyunsuk mendengus, dia tidak terlalu suka dengan sikap lawan di hadapannya ini yang kaku tanpa basa basi. "Jadi apa yang ingin kau bicarakan hingga orang sibuk sepertimu rela menungguku?" tanya Hyunsuk, habis mengairi tenggorokannya dengan seteguk americano yang pahit.

"Tentang perjodohanmu."

Alis Hyunsuk menyatu sempurna, wajahnya jelas menampilkan tanda tanya. Apa urusannya dengan orang ini? apa dia tidak terima? Pikir Hyunsuk.

"Apa masalahnya? Apa ada yang salah?"

Lawan bicaranya ini merubah posisi duduk menjadi lebih nyaman dengan bersandar pada punggung kursi kecil dari material kayu ini. Senyum tipis nampak pada peringainya yang kaku yang mengganggu bagi Hyunsuk. "Aku yang  berbicara dengan Tuan besar Choi."

"Jadi?! Kakekku menuruti perintahmu? Yang benar saja!" Hyunsuk jelas melotot tidak terima, bagaimana bisa?

"Semua dapat diatur dengan mudah, Tuan Muda Choi."

Sekali lagi Hyunsuk ingin melemparkan purse miliknya. "Apa yang kau rencanakan?" tanya Hyunsuk setelah meredakan emosinya, tidak mungkin Hyunduk berlaku demikian, keluarganya akan mendapat masalah jika berurusan dengan orang ini.

"Aku mau kau membawa Haruto ke Manor nanti saat perkenalan rencana perjodohan kalian nanti." perintahnya membuat Hyunsuk kali ini lebih tidk percaya lagi. Mau apa orang ini pada Haruto?

"Kenapa harus Haruto? Dia bukan aristokrat apalagi anak petinggi negara ini yang tidak ada kaitannya dengan keluarga kerajaan yang tersisa."

Lawan Hyunsuk ini tertawa kecil, Hyunsuk benar-benar tidak mengerti. Yaaa... setidaknya cukup bagus jika tidak ada seorang pun yang tahu tentang ini.

"Mau kau apakan temanku, Park?!"

"Kau hanya perlu menuruti perkataanku, aku tidak menyakiti siapapun disini. Tidak akan ada yang tersakiti, percaya padaku."

•••

Hyunsuk pulang langsung menemui sang Kakek, karena Kakeknya lah yang setuju dengan rencana ini.

"Ada hal apa yang membuatmu mampir tengah malam begini?" tanya Patriark Choi. Pria tua itu masih sibuk dengan kertas putih di atas meja tanpa melirik sedikit pun pada Hyunsuk. Cucu tertuanya ini terkadang merasa kasihan melihat orang setua Kakeknya masih mengurusi pekerjaan keluarga besar.

"Perjanjian apa yang ditawarkan Park itu pada Kakek?"

Tuan Tua Choi lantas berhenti membuka kertas-kertas laporan kala pertanyaan itu keluar dari mulut Hyunsuk.

"Ini urusan Kakek dengan Tuan Park, kau hanya perlu melakukannya."

Hyunsuk mulai marah mendengar untaian kalimat yang meluar dari Kakeknya, bukan itu yang Hyunsuk mau.

"Tapi itu menyangkut masa depanku, kehidupan pernikahanku kelak, Kakek! Aku pantas mengetahui rencana yang Kakek buat."

Tuan Tua Choi melepas kertas yang sempat dipegangnya, bersendekap mencondongkan tubuhnya berhadapan dengan Hyunsuk.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuWhere stories live. Discover now