A1 || Extra Chapter || Caged Bird

840 114 10
                                    

Brak!!

"Dasar tak berguna!"

Atmosfir di ruangan tahta sangatlah berat sehingga membuat beberapa orang terduduk. Mereka menunduk di hadapan seorang pria dengan mata hitam legam, tidak berani mengangkat wajah bahkan membuka mata. Tanpa sadar, sebagian besar dari mereka menutup mata dan mencoba menuliskan pendengaran mereka.

Sring! Sring!

Rantai-rantai perak muncul dari balik jubah hitam kelam pria tersebut dan melata layaknya ular menuju tubuh seorang iblis yang tadinya terpental akibat kemarahan Tuan mereka.

Tubuh iblis tersebut terlilit rantai Tuan mereka dengan sangat erat. Bahkan terdengar suara tulang yang patah dan darah yang mengalir dari sela-sela rantai. Warna merah segar dari darah tersebut membasahi warna perak pada rantai. Menciptakan pemandangan yang mengerikan namun juga indah.

Iblis yang masih belum bisa menyembuhkan dirinya itu di seret menuju hadapan Tuannya. Tanpa ampun dicekik dengan kekuatan yang tak main-main.

Dirinya tidak bisa berteriak kesakitan apalagi meminta tolong. Membuatnya menjadi lebih menyakitkan karena harus memendam rasa sakit yang luar biasa. Dia bahkan tidak bisa mengeluarkan sedikit saja keluhan jika tidak ingin merasakan lebih.

Tangan yang dilapisi sarung tangan hitam tersebut mengetatkan cengkeramannya pada leher si Iblis. "Ku sudah katakan, jangan sampai tujuan kita ketahuan oleh yang lainnya. Apakah perintahku masih tidak jelas?"

"Ti-tidak..."

"Kalau begitu kenapa rencana kita bisa bocor?!! Bukankah ku perintahkan kau kirim orang terkuat untuk mendapatkan nya kembali?! Apakah dia yang terkuat?!"

"Ma-maafkan saya, Tuan!!"

"Argh!!"

BAM!

Tubuh yang diambang kehancuran tersebut menerima hantaman yang jauh lebih keras lagi. Bahkan sampai menembus dinding batu tebal kastil.

Rantai-rantai perak berlumuran darah menggeliat seperti ular-ular berbisa yang menampilkan atraksi. Tetapi itu sama sekali tidak menarik bagi yang lain, lebih seperti sebuah tanda kematian yang sepenuhnya menari dengan riang di hadapan mereka.

Sang Tuan duduk di singgasana miliknya. Sebelah tangannya dia gunakan sebagai pemangku wajahnya, dia mengusap rambut pirangnya ke atas, memperjelas penampilan tampannya. Manik hitam pekat itu sama sekali tidak tergerak ketika melihat tubuh gemetar dari anak-anak buahnya.

"Katakan," ujarnya dengan nada tajam. "Siapa bajingan yang menghalau rencana dan mendapatkan informasi paling pertama sebelum si brengsek Vandellous?"

"I-itu.. ka-kami tidak tahu namanya tapi..." iblis tersebut meneguk ludahnya ketika merasakan tatapan tajam Tuannya menusuk hingga tulang punggungnya. Dengan perlahan, dia berkata "dia dipanggil Gem..."

Sring!

Rantai yang sebelumnya hanya menari di sekitar singgasana langsung melilit pergelangan tangan si iblis. Tangannya yang terlilit di tarik sehingga hampir memutuskan dagingnya.

Teriakan kesakitan menggema di ruang tahta. Namun, hal itu tidak terjadi untuk waktu yang lama.

Ketika Tuan mereka langsung berdiri di hadapannya dengan mata yang sepenuhnya hitam total dengan lingkaran perak di tengahnya. Terdapat retakan hitam yang menjalar di sekitar matanya membuat suasana yang sudah mencengkam menjadi semakin berat, bahkan beberapa iblis yang paling lemah di ruangan tersebut jatuh pingsan atau kepala mereka meledak.

Little Secret (Revisi)Where stories live. Discover now