A2 || Chapter 17 || Duel

343 60 4
                                    

Yaya kembali bersama Shielda. Kedua gadis itu berbincang-bincang hal random. Sampai tiba-tiba suara sorakan mengagetkan keduanya.

Rasa penasaran mengendalikan tubuh mereka. Dari langkah yang awalnya menuju tempat mereka bertugas sebagai MC, beralih ke lapangan luas. Tempat orang-orang berada untuk menonton acara sebelumnya.

"Kak, ini ada apa?" tanya Shielda pada Sai. Yaya mengikuti dari belakang, mencoba berjinjit untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi.

"Biasa, ulahnya Gopal, ini si Fang juga ikut-ikutan. Kali ini korbannya Gempa dan Rui." Sai mendengus, kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Tetapi senyum di wajahnya tidak membohongi betapa semangatnya dia pada duel antara Gempa dan Rui.

Memang, kedua orang itu terkenal di sekolah akan kekuatan masing-masing. Hanya saja, berbeda dengan Rui yang memang pernah menunjukkan kehebatannya, Gempa hampir tak ada yang melihatnya bertarung. Hanya beberapa pihak guru atau OSIS, itu pun masih sangat terbatas. Pemuda itu biasanya hanya menggunakan trik-trik kecil dan alat sihir.

Jadi duel ini sangatlah menarik minat yang besar bagi yang lainnya. Penasaran, apakah Gempa benar-benar sekuat Rui sehingga dia pantas langsung mengambil posisi ketua.

Kedua gadis itu saling pandang. Shielda jelas-jelas tergoda akan pemikiran itu, tetapi tidak dengan Yaya. Walau samar-samar, dia ingat Gempa pernah bertarung melawan sesuatu...

Atau tidak?

Ingatannya buram, tapi dia yakin kalau terdapat Gempa di sana. Entah melawan apa, dan apa yang sebenarnya terjadi.

Semakin Yaya mencoba mengingat kejadian 3 tahun yang lalu, semakin buram ingatan itu.

'Tunggu, ada yang aneh...'

"Yaya, ayo! Gunakan sihir gravitasimu agar kita bisa ambil posisi di depan!" Shielda tidak menyadari ekspresi aneh Yaya. Dia mengayunkan tangan gadis yang lebih muda darinya, memohon.

Ayunan tangan Shielda sangat cepat dan kuat, Yaya merasa tangannya ingin putus. "Iya, iya, iya! Lepasin dulu tanganku, sakit ini," pintanya sembari memelas. Begitu tangannya bebas, Yaya menggunakan sihir gravitasinya untuk membawa mereka terbang dan mendarat di depan krumunan, melihat dengan jelas Gempa dan Rui yang saling berhadapan di tengah arena.

Sebuah perasaan familiar merayap ke dalam hatinya. Melihat Gempa berdiri tegap, pakaiannya serba hitam yang diberikan oleh pihak sekolah. Sebuah jubah anti sihir yang panjangnya menyentuh lututnya berkibar oleh angin, memberikan sentuhan dramatis. Terdapat besi pelindung kecil yang terikat di kedua bahu, sikut, dan lututnya, sedangkan di dada dan pinggulnya terdapat besi pelindung yang sedikit lebih besar, tersembunyi di balik jubah.

Rambut panjang Gempa diikat ke bawah, tanpa dikepang seperti biasanya. Helaian halus rambut cokelatnya bergerak tertiup angin, bersamaan dengan jubah hitam itu.

Yaya merasa tak nyaman. Dia beralih menoleh pada Senior Rui yang juga berpakaian sama dengan Gempa, dan menggunakan gaya biasanya. Hanya sedikit tambahan, yaitu satu bilah pedang yang terpasang rapi di pinggangnya.

"Psst! Yaya, mau bertaruh?"

Panggilan Shielda mengalihkan perhatiannya. Dia melihat kakak kelasnya itu menatapnya bingung, ragu, atau khawatir. Entahlah, itu bercampur.

"Kamu kenapa?" Shielda meletakkan tangannya pada bahu Yaya. Dahinya mengkerut saat melihat wajah pucat sahabatnya itu, "kamu sakit? Kalau iya, nanti aku minta senior lain yang menggantikanmu. Kamu istirahat saja-"

"Tidak, aku tidak sakit." Yaya segera membantah. Dia tersenyum, mencoba meyakinkan Shielda kalau dia baik-baik saja. "Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk melihat adu kekuatan Gempa dan Senior Rui secara langsung, 'kan?" tanyanya dengan cengiran terpatri di wajahnya.

Little Secret (Revisi)Where stories live. Discover now