A3 || Chapter 22 || First Appearance

376 57 12
                                    

Halilintar tidak berada di dekat Komandan Kaizo saat seseorang melaporkan invasi iblis di stadion. Sehingga dia tidak tahu bahwa keberadaannya sebenarnya sangat dibutuhkan.

Saat itu terjadi, dia sedang menerobos setiap jalur Hutan Kabut yang dia ketahui untuk mencari keberadaan Thorn. Laporan dari Taufan yang mengatakan Thorn menghilang langsung membuatnya menjatuhkan tugasnya. Yang terlintas di kepala Halilintar hanyalah perintah untuk menemukan adiknya.

Seingatnya, tidak ada jebakan yang menghilangkan jejak seseorang begitu saja. Di tambah Taufan mengatakan bahwa Thorn menghilang tepat setelah serangan terakhir mereka. Dan terdapat jejak tipis dari energi sihir yang tidak dikenali.

Mencari seseorang di Hutan Kabut yang luas dan berbahaya sangatlah mustahil.

Seharusnya Halilintar tidak perlu khawatir. Karena dia tahu Thorn itu kuat, dia dapat melindungi dirinya sendiri. Juga adiknya itu selalu membawa petasan asap berwarna sebagai kode lokasi. Jika dia tersesat, maka Thorn akan langsung menembakkan petasan itu, membuat yang lain mudah untuk menemukannya.

Tetapi setengah jam berlalu, dan Thorn belum menembakkannya. Hanya ada dua kemungkinan di kepala Halilintar.

Yang pertama, Thorn kehilangan petasan itu.

Yang kedua, Thorn terkena sihir ilusi Hutan Kabut.

Ada alasan kenapa penggunaan Hutan Kabut butuh izin dari kerajaan. Lokasi Hutan Kabut yang mereka gunakan kurang dari seperempat keseluruhannya. Akan sangat menyusahkan jika Thorn ternyata menghilang melewati perbatasan.

Dari luar, Hutan Kabut itu terlihat kecil. Tetapi begitu kau menginjakkan kaki, setengah kemungkinan kau tersesat, setengah kemungkinan kau akan mati.

Sihir Ilusi Hutan Kabut salah satu yang terkuat diantara seluruh sihir ilusi murni alam. Mereka dapat menyesatkanmu dan memangsamu begitu kau jatuh ke dalam ilusinya. Itulah yang membuat Halilintar dan Rui tampak tak yakin dengan perubahan lokasi.

"Ck, tidak ada sinyal."

Semakin jauh Halilintar memasuki Hutan Kabut, semakin sedikit sinyal yang diterima holophone miliknya. Namun terdapat jejak sihir di daerah sekitarnya, mengarah semakin masuk ke dalam hutan. Membuatnya yakin Thorn ada di sekitar. "Thorn!!" teriaknya sekeras mungkin.

Tidak ada balasan, tentunya. Halilintar mulai takut. Karena dia sudah berada di ujung wilayah yang disarankan, semakin masuk ke dalam artinya sudah di luar pengawasan sekolah. Dan pastinya, semakin berbahaya.

Langkah Halilintar terhenti, merasa ragu-ragu untuk melewati batasan wilayah. Dia berani mengatakan dirinya kuat, tetapi dia belum berani mengatakan dirinya tak terkalahkan.

Antara sihir petirnya dan sihir petir milik Senior Rui, jelas miliknya jauh lebih kuat. Tetapi duel terakhirnya membuktikan bahwa Halilintar masihlah jauh dibawahnya.

'Perlukah aku melapor pada Gempa?'

Belum sempat Halilintar memantapkan pemikiran itu, sebuah suara mengambil perhatiannya sepenuhnya.

Sebuah suara yang familiar.

"AAAAAARRRGGGHH!!"

"SOLAR!!"

Darah mengalir dari luka di perut Thorn, membasahi pakaian yang dipakai oleh Solar. Ia berusaha sebisa mungkin memapah kembarannya tanpa menekan pada lukanya, semuanya berlangsung selama mereka lari dari bajingan itu.

Berbagai macam perasaan bercampur aduk di kepalanya. Air mata yang mengalir dikarena oleh banyak hal. Namun tiga hal utama merupakan penyebabnya.

Little Secret (Revisi)Where stories live. Discover now