A2 || Chapter 14 || Little Help

620 88 16
                                    

Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa, hari festival sekolah hanya tinggal hitungan jari. Begitu Gempa kembali masuk, dia telah kembali disibukkan dalam program tahunan ini.

Bukan hanya organisasi sekolah, tetapi juga klub-klub yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini sedang sibuk-sibuknya latihan untuk penampilan mereka di hari besar nanti.

Bahkan mereka yang tidak ikut dengan klub, atau mereka yang tidak mewakili klub mereka, juga sibuk mempersiapkan kelas masing-masing untuk hari kedua festival.

Ice, yang berniat untuk bersantai selama yang lainnya sibuk, harus mulai mengambil tindakan. Teman-teman sekelasnya semuanya telah mulai rewel menentukan tema kelas yang ingin ditampilkan nanti.

"Sudah ku bilang, sebaiknya kita buka kafe saja. Itu lebih simpel dan paling menguntungkan."

"Heh, darimana ya menguntungkan? Hampir setengah sekolah memilih tema yang sama untuk cafe-cafean itu!"

"Kalau begitu karaoke!"

"Kau yang jadi biduannya, mau?"

"Nggak, nggak. Kelas ini nggak kedap suara, bodoh! Yang ada kita justru dapat masalah kalau membuka karaoke."

"Ya sudah, buat tema horor saja. Jadikan rumah hantu dengan restoran di tengahnya."

"Ih, kau mau ngebuang-buang make up untuk satu hari saja?"

"Rumah hantu lebih rumit lagi, nggak sih? Dekorasinya jauh lebih banyak dibandingkan yang lainnya."

"Sudah, ah! Kafe Karen saja! Ku dengar itu lagi populernya di luar."

"Dan kena tampol orang tua kita? Maaf, kau saja. Aku masih mencari aman."

"Keluargaku sudah bilang kalau mereka ingin datang. Aku nggak mau ditendang dari kartu keluarga, ya."

"Nah, jadi gimana ini, ah?!"

Ice mengabaikan kesibukan teman sekelasnya. Dia memotong-motong kertas secara acak dan menyiapkan kapur tulis.

"Diam."

Otomatis seluruh kelas kembali diam. Kini fokus mereka teralihkan kepada Ice yang menyangga kepalanya dengan tangan kanannya. Manik Aquamarine tersebut melirik satu persatu teman sekelas yang dari tadi sibuk.

"Kalian tulis satu tema yang kalian ingin tampilkan. Kalau selesai, lipat. Terserah mau bagaimana yang pasti lipat." Ice menyerahkan potongan kertas yang dia buat tadi dan kembali membaringkan kepalanya.

Wakil ketua kelas mewakili yang lain untuk bertanya, "untuk apa ini?"

"Tulis saja. Kalau sudah kumpul ke mejaku." Suara Ice sedikit serak dan dingin, membuat yang lain tidak berani bertingkah dan hanya menurut.

Tak lama setelah kertas dibagikan, keributan kembali terjadi. Tapi masih dalam hal standar, sehingga Ice tidak terlalu peduli. Dia memejamkan matanya, percaya kalau hal menuliskan tema yang mereka inginkan itu memakan waktu yang jauh lebih lama daripada seharusnya.

Dan benar saja, butuh sekitar setengah jam agar seluruh kelas selesai mengumpulkan kertas tadi. Beruntung karena itu jam kosong, jika diselingi dengan waktu pembelajaran, kemungkinan butuh lebih dari dua jam.

Little Secret (Revisi)Where stories live. Discover now