O8. Hantu Jatuh Cinta

1.5K 253 24
                                    

Ternyata sebuah kesalahan besar berkunjung ke rumah tetua desa sehabis isya. Jalannya gelap ditambah tadi sore sempat hujan gerimis membuat jalanan becek.

Semuanya memilih berjalan kaki ditemani oleh Heeseung dan Hyein yang menggantikan Pak Junho karna beliau sedang ada rapat ke kecamatan. Sementara Pak Namjoon beliau pulang untuk mengambil beberapa barang bawaan dan menjenguk istri serta anaknya yang lahir prematur, beliau janji akan kembali besok sebelum subuh.

Ini adalah kali pertama anak-anak itu keluar malam. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan tapi masih ada satu rumah yang harus mereka kunjungi letaknya sedikit jauh dari perkampungan, kata Hyein rumah Mbah Darmo itu dekat alas tebu di mana dia sering bermain sewaktu kecil bersama teman-temannya.

"Jangan dicubit juga dong Bang sakit nih," gerutu Karina ketika lengannya dicubit  tiba-tiba oleh Hendery yang terkejut oleh rerumputan yang bergoyang. 

Mereka berjalan secara bergerombol sementara Hyein dan Heeseung memimpin jalan di depan sambil membawa obor sebagai penerangan jalan.

"Gue denger dari Jeno kalau lo bisa lihat hantu ya? Ada hantu nggak sekarang?" Tanya Sunghoon kepada Ryujin yang berjalan di depannya sembari merangkul pundak Giselle dan Yunjin.

"Hantunya di belakang gue," jawab Ryujin membuat Sunghoon sontak menoleh ke belakang dan tidak menemukan apa-apa hanya jalanan sepi saja.

Haechan yang jalan di sebelah Sunghoon menghela napas. "Maksudnya itu hantunya lo," ujar Haechan yang langsung disetujui oleh Ryujin.

"Sialan," umpat Sunghoon.

Hyein berteriak mengatakan kalau mereka segera sampai.

"Capek nggak Ji? Kalau capek jalannya pelan-pelan aja," ucap Yeonjun perhatian kepada Yeji.

Ya, dua manusia bucin itu jalan bersama sambil berpelukan menghiraukan ocehan-ocehan dari anak yang lain.

"Nggak capek sih cuma telapak kaki rasanya panas banget," jawab Yeji.

"Nanti sampe posko aku pijetin ya."

"Iya."

Mereka kembali bermesraan membuat Giselle, Ryujin dan Yunjin yang berada tepat di belakang mereka menatap penuh rasa iri dan dengki.

Ternyata sampai di rumah Mbah Darmo untuk kesekian kalinya mereka disuguhi minuman dan makanan, sampai-sampai kata Isa pulang nanti nggak usah makan karna kekenyangan disuguhi terus. Rumahnya juga tidak semenyeramkan bayangan anak-anak malahan rumah Mbah Darmo terlihat lebih modern dan terang meskipun di sisi kanan dan kirinya banyak pohon-pohon.

Tapi tentu saja Ryujin yang anak indomie itu tidak berani untuk menatap ke langit-langit bangunan rumah ini. Ada banyak mahluk-mahluk aneh yang mengintip seakan ingin tau mereka sedang apa sampai membuat telapak tangan Ryujin dingin.

Sekitar jam sepuluh akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke posko. Rasanya lebih mencekam, jalanan kian gelap, lampu-lampu rumah warga juga sudah banyak yang dimatikan, dan suara-suara hewan malam yang terdengar bersahutan.

"Lo denger suara anak ayam nggak?" Tanya Hendery yang semakin mempererat genggaman tangan ke lengan Karina. Karina sendiri sebenarnya juga mendengar malahan dia mencium bau anyir sejak mereka keluar dari rumah Mbah Darmo tadi.

"Cok, gue merinding bangsat." Jeno mengumpat ketika Haechan meniup-niup tengkuknya.

Ryujin langsung melotot. "He! Jeno mulut lo nggak bisa direm ya?" Gadis ini sejak tadi sudah menguatkan diri untuk tidak melihat hal-hal aneh di jalanan tapi Jeno malah memancing mereka.

Oh, KKN! Where stories live. Discover now