20. Lebih Dekat

1.2K 207 10
                                    

Harusnya pagi itu Ryujin bisa berada di alam mimpi lebih lama jika saja tidak ada gangguan suara lembut seseorang memanggilinya. Seperti biasa kemarin malam Ryujin jadi anak yang terakhir tidur karna diajak mabar game sama Beomgyu yang berakhir diketawain sama Gadis karna Ryujin kalah mulu.

Awalnya gadis itu hanya menggeliat  merasakan sebelah tangannya yang kaku, Ryujin pun mengerjap perlahan membuka mata dan melihat lengannya digunakan sebagai bantal oleh Isa. Matanya perlahan mulai terpejam kembali sembari memutar badan ke arah Isa dan memeluk gadis itu bermaksud melanjutkan tidurnya. Namun sedetik kemudian dia merasakan bahunya sedikit diguncang-guncang sambil terus memanggili namanya.

Masih setengah sadar, Ryujin merubah posisi menjadi telentang sambil meracau menyuruh untuk siapapun yang membangunkannya untuk berhenti.

Tapi bukannya berhenti orang itu malah menyentuh pipinya, menepuk secara pelan.

"Ryujin..."

Secara reflek sebelah tangan Ryujin bergerak, bertengger di pergelangan tangan orang yang menepuk-nepuknya. Matanya pun terbuka dan melihat pemandangan seorang pemuda dengan sarung motif kotak-kotak coklat dengan baju koko lengan pendek berwarna merah maroon berjongkok di sebelahnya.

Ryujin membisu, tatapannya terpaku kepada wajah Haechan dengan surai gelapnya tersisir rapi, terlihat lembab dan berkilau akibat pantulan cahaya. Belum lagi kulit sawo matang Haechan yang membuatnya terlihat lebih manis dan sempurna.

Pasti ini mimpi kan?

"Kamu nggak sholat?" Pertanyaan Haechan barusan langsung menyadarkan Ryujin bahwa dia tidak sedang berada di alam mimpi. Ia melepaskan cengkraman tangan di pergelangan Haechan, menarik tangannya berpura-pura mengucak mata.

"Lagi halangan ya? Kalau iya lanjut aja tidur maaf udah bangunin soalnya cuma tinggal kita aja," ujar Haechan.

Ryujin menggeleng kecil, ia masih terus mengucak matanya menyembunyikan rasa malu yang terukir di wajahnya.

Haechan sendiri juga merasa kikuk. Bangun tidur tadi dia melihat anak-anak yang lain sudah tidak ada, bahkan Hendery dan Giselle yang biasanya masih molor waktu anak yang lain sholat juga tidak ada, hanya tersisa dia, Ryujin dan Isa.

Bisa saja Haechan meninggalkan Ryujin dan Isa untuk ke musholla tapi pemuda ini tidak tega, alhasil dia pun membangunkan Ryujin.

"Anak-anak yang lain udah ke musholla." Haechan memberitahu.

Ryujin melirik sekilas, kemudian mengangguk sebagai balasan.

"Bangunin Isa nanti kita barengan ke musholla." Haechan beranjak dari tempatnya.

Ryujin manut. Mengguncang-guncang tubuh Isa berusaha untuk membangunkan gadis itu tapi Ryujin ingat kalau Isa kemarin mengajaknya ke warung untuk membeli pembalut, "Isa halangan Kak aku baru inget," ucap Ryujin.

Haechan hanya mengangguk kecil.

Ryujin dengan hati-hati menarik lengan yang digunakan sebagai bantal oleh Isa tapi ketika tangannya sudah berhasil bebas, gadis itu tiba-tiba mengaduh seraya memegangi belakang lehernya.

"Awh!" Rintih Ryujin dengan wajah kesakitan.

Dengan raut cemas, Haechan menoleh. Ia kembali jongkok di depan Ryujin memegang kedua bahu Ryujin dengan mata terbelabak, "kenapa?"

"Ini kepala aku sakit banget...nggak bisa gerak...kalau digerakin nyeri..." adu Ryujin.

"Kamu nggak pake bantal ya? Bentar, ini gimana ya aku juga bingung."

"Sakit banget kak." Mata Ryujin kian jelas berair menahan tangisannya, sejak kecil gadis ini memang tidak kuat merasakan sakit.

Haechan makin panik, bingung hendak mencari bantuan kemana. Tangannya juga masih memegangi kepala Ryujin dengan lembut, "ehm...bentar aku kayaknya punya koyo ditempelin itu aja biar sakitnya hilang."

Oh, KKN! Where stories live. Discover now