19. Hal Kecil Sederhana

1.1K 196 23
                                    

Film horor tahun 90-an menemani malam anak-anak kelompok  ini. Seharian tadi hujan lebat mengguyur desa membuat beberapa aktivitas mereka terbatas bahkan kunjungan Pak Namjoon juga harus ditunda hari ini.

Sunghoon, Isa, Haechan, Beomgyu dan Jeno berbaring di depan laptop sementara Ryujin, Yunjin, Jeno, Karina, Yeji, Giselle, Yeonjun dan Hendery lebih memilih untuk melihat sambil duduk.

"Gyu, geser sonoan dikit." Jeno mendorong kepala Beomgyu supaya memberikannya ruang untuk bergerak.

Dari film di mulai tadi Beomgyu nggak pernah ngelepasin pelukannya ke Jeno.

Bukannya bergeser Beomgyu malah semakin mempererat pelukannya. Kepalanya disandarkan di bahu kiri Jeno sementara tangannya memeluk pinggang Jeno.

Suasana pun semakin tegang ketika hantu muncul diiringi oleh alunan lagu-lagu mencekam, membuat sebagian besar dari gadis-gadis itu menjerit ketakutan.

Tapi kalau cuma jerit-jerit sih gapapa ya, ini mereka juga jambak, mukul, bahkan sampai nendang.

"Aw..sakit Yeji ini nanti rambutku botak kamu jambakin," adu Yeonjun.

Hendery juga sama. "Ryujin lo kalau takut mending kaga usah lihat udah tidur sono. Main keplak-keplak aja."

Sunghoon dan juga Beomgyu ternyata tidak luput dari keganasan Isa, satu-satunya cewek yang berbaring di depan.

"Sakit Sa jangan digigit dong tangan gue!" Keluh Sunghoon.

"Rambut gueee!!!! Isa lepasin rambut gueee!!!" Teriak Beomgyu.

Mereka kembali lagi fokus menonton film yang semakin mendekati ending, semakin seru. Hingga tiba-tiba lampu di posko mati diikuti oleh suara guyuran hujan dan kilatan petir.

Semuanya panik, berteriak saling memanggil nama satu sama lain. Untungnya ada cahaya dari laptop yang masih menyala, Jeno dengan cepat merabah kantong celana dan menyalakan senter hp sebagai penerangan sementara.

Teman-temannya saling berpelukan satu sama lain tapi ada juga yang tetap santai seperti Hendery dan Haechan, sisanya udah pada pelukan kayak teletubis.

"Gara-gara Yeji nih belum beli token pulsa jadi mati kan," seru Haechan yang pasrah kedua tangannya dipeluk-peluk sama Yunjin dan Giselle.

"Kok gue sih?! Kemarin udah beli kok lima puluh ribu," balas Yeji.

"Udah, udah, gue mau tanya ke Pak Junho dulu semuanya kumpul aja di depan laptop biar nggak mencar-mencar." Jeno memerintah membuat teman-temannya dengan sigap berkumpul di depan laptop.

Ryujin sendiri sejak mati lampu tidak melepaskan pelukannya di lengan Hendery. Gadis ini juga membaca semua doa yang dia bisa karna sempat melihat sesuatu tinggi besar berada di pojokan.

Dugg dugg dugg

Tiba-tiba terdengar suara tumbukan dinding membuat lagi-lagi mereka berteriak.

"Jeno bajingan, lo jangan main-main deh gelap begini mana ujan! Gak usah becanda," ucap Yeonjun memeluk erat tubuh Yeji. Keduanya sama-sama ketakutan bahkan suara jeritan yang paling keras tadi berasal dari Yeonjun.

Isa semakin beringsut kepada Sunghoon, posisi mereka kini duduk berdampingan dengan Beomgyu yang berada di sisi kirinya.

"Tau Jeno, nggak usah main-main gitu! Lagi genting nih," omel Ryujin yang sebenarnya tau suara itu bukanlah suara dari Jeno.

"Gue duduk di samping lo Ryujin gimana bisa gue mainin tembok," bantah Jeno yang sedang menghubungi Pak Junho menanyakan perihal lampu mati di posko ini.

Oh, KKN! Where stories live. Discover now