31. Kalau Suka, Bilang!

1.2K 171 10
                                    

Sudah satu jam lebih Hyunjin dan teman-temannya termasuk Jihoon berkunjung ke posko, mereka mengobrol banyak hal termasuk rencana mendatang setelah selesai KKN. Hyunjin sejak tadi merecoki Yeonjun dan Yeji yang hendak bermesraan sementara Jihoon selalu menempel kepada Giselle seolah memberikan peringatan kalau Giselle adalah miliknya.

Sementara Karina entah menghilang bersama dengan Yoshi.

Jeno sendiri sekarang sedang ngopi sambil merokok di teras bersama dengan Hendery dan Beomgyu. Di depan mereka ada Ryujin, Yunjin dan Isa yang sibuk bermain kelereng bersama dengan beberapa anak desa sembari menunggu solat ashar.

"Masalah sama Karina udah selesai?" Tanya Hendery.

Jeno menoleh, "lo tanya ke gue bang?"

"Emang yang ada masalah sama Karina disini selain lo siapa?"

Jeno tersenyum. "Gue udah bilang maaf ke dia tapi Karina langsung ninggalin gitu aja, mungkin emang gue brengsek banget ya bisa-bisanya deketin cewek di saat hati gue bukan buat dia."

"Itu tau," jawab Hendery sembari menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Dari awal lo deket sama Karina gue udah ngerasa ada yang nggak beres sama lo."

"Hah?"

Hendery membuang putung rokok yang hanya tersisa sepanjang jari kelingking ke tanah kemudian menginjaknya dan menatap Jeno, "lo deket sama Karina tapi mata lo selalu tertuju ke Giselle, bahkan saat pentas dulu yang selalu lo tanyain keberadaan Giselle padahal udah jelas dia sama cowoknya sementara Karina yang ada di depan lo seakan nggak terlihat, dari situ aja gue udah tau kalau sebenarnya lo sukanya sama Giselle bukan sama Karina," jelas Hendery.

Hendery ini meskipun kadang bersikap aneh atau bisa jadi pendiam banget tapi dia peka sama sekitarnya.

"Terus menurut lo sekarang gue harus gimana?" Tanya Jeno.

"Gue nggak bisa kasih masukan karna gue nggak pernah terjebak di antara dua wanita, mungkin lo bisa tanya ke Beomgyu tuh," ujar Hendery sembari menunjuk ke arah Beomgyu yang sejak tadi diam-diam melihat permainan kelereng teman-temannya.

Jeno melirik kemudian menggelengkan kepala, "mana bisa dia ngasih solusi orang masalah hatinya sendiri aja dia masih bingung," kata Jeno.

"Apaan ya?" Beomgyu menoleh menatap Jeno dan Hendery, "meskipun gue ngelamun begini indra pendengaran gue masih berfungsi baik."

"Sok banget lo," celetuk Jeno yang juga sudah membuang putung rokoknya. "Kasih gue solusi gimana nyelesein masalah gue dong Gyu, lo kan pakar cinta."

"Noh tanya aja sama Bang Yeonjun yang lebih ahli soal wanita," kata Beomgyu sembari menunjuk ke dalam posko di mana Yeonjun berada. "Lagian sih Jen lo pake bikin masalah segala, ngamuk kan sih Karina untung doi profesional dan proker kita juga tinggal itungan hari doang kalau ketahuannya pas awal-awal kan bisa bikin nggak nyaman semuanya."

"Iya, maaf...maaf, gue salah." Jeno mengucapkan dengan penuh penyesalan, "gue juga nggak mau kayak gini sih sebenarnya. Dari awal gue udah mau confess ke Giselle dan nggak nyangkut pautin Karina tapi gimana ya gue takut disangka perebut pacar orang."

"Lebih mending menurut gue daripada sekarang lo nyakitin hatinya Karina. Lo juga jadi alasan putusnya hubungan pertemanan Karina sama Giselle," tutur Beomgyu.

Jeno tau dia salah dan jika dia bisa memutar kembali waktu dia pasti akan memperbaiki semuanya tapi nasi sudah menjadi bubur, hanya tersisa penyesalan saja sekarang.

"Gue bingung sekarang harus gimana," ucap Jeno.

"Minta maaf," sahut Beomgyu. "Bukan cuma ke Karina aja tapi juga ke Giselle, pastiin sebelum kita keluar dari desa ini nggak ada yang mengganjal di hati dan bikin dendam. Kita ke sini dengan suasana hati yang baik, kembali ke kampus juga harus gitu."

Oh, KKN! Où les histoires vivent. Découvrez maintenant