35. Selamat Tinggal, Banowati

652 79 7
                                    

Cuaca pagi itu mendung, seakan enggan untuk berpisah dengan anak-anak yang hari ini akan mengakhiri masa KKN mereka.

Semua sudah berkumpul di rumah Pak Junho, berpamitan dan berterimakasih karna telah mengijinkan mereka untuk tinggal dan belajar di desa ini. Tentu saja mereka semua sedih bahkan ada beberapa yang sudah menangis terharu enggan untuk berpisah, seperti Ryujin.

"Sudah...sudah... kan nanti kalau waktunya senggang bisa main ke sini lagi Dek Ryujin, tenang ya." Bu Yoona dengan lemah lembut menenangkan Ryujin. Sementara Beomgyu yang duduk di samping gadis itu mangguk-mangguk dan mengelus pundak Ryujin, "lu kalau nangis begini entar diketawain Gadis yang ada, udah ya nanti kita main ke sini lagi."

Lain dengan Ryujin, Yunjin malah sibuk mencari seseorang yang tidak terlihat sama sekali. Heeseung, selama dua hari ini Yunjin tidak pernah melihat batang hidungnya. Sebenarnya Yunjin sudah ikhlas lebih dari ikhlas kalau memang dia dan Heeseung hanya sebatas teman saja.

"Heeseung kemana Bu?" Tanyanya.

"Heeseung ya? Nangdi arek iku, tadi seh ijin ke kamar mandi tapi kok nggak ada ya," jawab Bu Yoona.

Karina menyenggol lengan Yunjin pelan sambil tersenyum, "apasih?!" Respon Yunjin.

Mereka kembali berbincang-bincang, atau yang lebih tepatnya Jeno yang berbicara dengan Pak Junho sembari menunggu kedatangan Pak Namjoon dan mobil jemputan mereka.

"Ini kalian mau saya dan warga berikan apa?" Tanya Pak Junho, setelah menyeruput kopinya.

Kening Jeno berkerut, "maksudnya apa ya Pak?"

"Sebagai oleh-oleh begitu, kalian mau apa? Tapi ya memang saya dan warga tidak bisa memberikan yang wah begitu," jelas Pak Junho.

Jeno langsung menggelengkan kepala, "waduh pak nggak usah repot-repot. Lagian mobil juga sudah penuh nanti sama barang bawaan anak-anak, cukup minta oleh-oleh doa-nya saja semoga kita semua disini dilancarkan urusan pendidikannya."

"Yo pasti itu Bapak sama Ibuk selalu doakan yang terbaik buat kalian. Terimakasih juga karna berkat kalian banyak warga yang terbantu dan maaf karna fasilitas di desa ini masih banyak kurangnya," ucap Pak Junho.

"Seharusnya ya saya yang berterimakasih Pak, sudah mau menerima kami dan menyediakan tempat tinggal sementara."

Pak Junho mengangguk-angguk. Beliau menatap yang lainnya, "ini beneran nggak mau minta oleh-oleh apapun? Kalau mau, bilang saja nanti Bapak bisa kirim sama Heeseung ke kota naik mobil pick up," ujarnya.

Semua menggeleng kompak. "Nggak usah repot-repot Bapak, seperti kata Jeno barusan kita cuma mau minta doanya saja," ucap Giselle.

"Atau mau bawah anak desa buat dinikahin? Boleh banget loh, nanti Bapak bilangin ke orang tuanya."

Mereka kembali kompak tertawa mendengar candaan Pak Junho. Yeonjun mengangkat tangan, "anaknya Bu Naeun boleh juga Pak," ucapnya yang langsung kena side eye menyeramkan dari Yeji.

Emang Yeonjun tuh nggak ada takut-takutnya.

"Anaknya Bu Naeun bukannya cowok ya?" Tanya Bu Yoona.

"Putrinya seng mbarep itu loh Bu, yang dulu pernah jadi TKW ke Korea," jelas Pak Junho.

"Sapa seh Pak? Aku kok gak tau."

"Halah itu loh sopo seng jenenge Cher..cher ngunu lah."

Ditengah-tengah perdebatan Pak Junho dan Bu Yoona, suara mobil milik Pak Namjoon terdengar. Anak-anak langsung menoleh, mengintip tak sabar untuk bertemu dosen berwibawa itu. Terlebih cewek-ceweknya, Yeji yang awalnya marah karna Yeonjun menanyakan cewek lain saja sekarang sudah menata rapi rambutnya, sembari tersenyum bersiap menyambut Pak Namjoon.

Oh, KKN! Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon